SOLIDARITAS TUTY TURSILAWATI, JBMI GELAR DOA LINTAS AGAMA
CAUSEWAY BAY – Prihatin atas eksekusi mati terhadap Tuty Tursilawati, Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI) menggelar doa bersama Komunitas Katolik Indonesia di Hong Kong (KKIHK), Gereja Solomon, dan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an, Minggu (4/11). Tuty adalah pekerja migran Indonesia (PMI) asal Majalengka, Jawa Barat, yang bekerja di Arab Saudi sejak 2009. Namun karena tersandung kasus pembunuhan yang memberatkannya, ia dijatuhi hukuman mati pada 2011 dan dihukum pancung oleh Kerajaan Arab Saudi pada 29 Oktober 2018.
Kasus Tuty merebak sejak info hukuman mati dijatuhkan. ”Kami yakin, apa yang dilakukan almarhumah Tuty adalah usaha mempertahankan diri dari siksaan dan pelecehan seksual yang kerap dilakukan kakek yang dijaganya, Suud Malhaq Al Utaibi,” tulis JBMI dalam rilisnya, Rabu (7/11). Upaya yang dilakukan pihak Indonesia kepada Kerajaan Saudi pada titik akhir, ditolak. Tuty akhirnya meregang nyawa. Sebelum menggelar doa bersama, JBMI juga mengadakan aksi di depan Gedung KJRI Hong Kong.
Acara yang dihadiri sekira 400 orang tersebut sekaligus mendoakan 188 PMI lain yang masih terancam hukuman mati di luar negeri, dan sewaktu-waktu nyawanya bisa melayang. Dari 188 kasus, ada 148 orang di Malaysia, 20 di Arab Saudi, 11 di Cina, 4 di Uni Emirat Arab, 2 di Singapura, 2 di Laos, dan 1 orang di Bahrain.
Romlah Rosidah, penanggung jawab acara, menyampaikan bahwa persoalan pekerja migran di luar negeri sudah ada sejak sebelum terbitnya kebijakan pemerintah lewat UU PPTKILN No. 18/2017. Namun, sampai sekarang kondisinya tetap tidak jauh berbeda dan belum bisa menjawab kebutuhan serta perlindungan sejati bagi PMI dan keluarganya.
Doa-doa dipanjatkan oleh perwakilan dari lintas agama. Mereka adalah Lilik dan Romlah Rosidah (Islam), Suster Yasinta Yulita Canossian (KKIHK), Pendeta Slamet Yahya Hakim (Gereja Solomon), serta Tunik (Buddha). [hanna]