December 15, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Sosok yang Pertama Kali Mencetuskan Maulid Nabi Muhammad SAW

3 min read

JAKARTA – Tahun ini Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati pada Senin (16/9/2024). Maulid Nabi menjadi salah satu momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia.

Namun, pernahkah Telikers bertanya, siapa yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi? Apakah perayaan ini sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah atau baru muncul kemudian?

Maulid Nabi adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang lahir pada 12 Rabiul Awal di Tahun Gajah. Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari pasangan Aminah dan Abdullah.

Mengutip CNN Indonesia, Jumat (13/9/2024), kehadirannya menjadi rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadis. Nabi Muhammad sendiri pernah menjelaskan bahwa hari Senin adalah hari kelahirannya.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab, hari Senin adalah hari aku dilahirkan,” (HR Muslim).

Pertanyaan mengenai siapa yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi sering kali menjadi perdebatan di kalangan ulama dan ahli sejarah Islam. Meski perayaan ini sekarang dilakukan di berbagai penjuru dunia, asal-usulnya tidak lepas dari berbagai pandangan yang berbeda.

Ada beberapa tokoh dan dinasti yang diklaim sebagai pencetus pertama perayaan Maulid Nabi.

Dilansir dari NU Online, menurut salah satu pendapat yang paling populer, orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi adalah Raja Mudhaffar Abu Said Kuukuburi. Raja ini dikenal sebagai salah seorang penguasa yang bijaksana dan mulia dari Irbil. Ia tidak hanya mengadakan perayaan Maulid Nabi, tetapi juga memperluas Masjid al-Mudhaffari di kaki Gunung Qasiyun.

Dalam kitab al-Hawi lil Fatawi, Imam as-Suyuti menuliskan, “Orang yang pertama kali mengadakan seremonial Maulid Nabi adalah penguasa Irbil, yaitu Raja Mudhaffar Abu Said Kuukuburi bin Zainuddin Ali ibn Buktitin, salah seorang raja yang mulia, agung, dan dermawan.”

Pendapat ini juga didukung oleh Syekh Muhammad bin Ali asy-Syaukani, yang dalam salah satu karyanya menyebut bahwa Raja Mudhaffar adalah sosok yang menginisiasi perayaan ini. Raja tersebut memperingati Maulid Nabi dengan penuh khidmat dan kemuliaan, serta melibatkan banyak ulama dan umat Islam di wilayahnya.

Peringatan ini kemudian menyebar ke berbagai daerah dan menjadi tradisi yang terus dilakukan hingga saat ini.

Namun, pendapat lain muncul dari seorang sejarawan Mesir, Hasan as-Sundawi. Dalam kitabnya, ia menyebut bahwa perayaan Maulid Nabi pertama kali diadakan oleh Dinasti Fatimiyah, yang diprakarsai oleh Ubaid al-Mahdi.

Dinasti Fatimiyah adalah dinasti yang berkuasa di Mesir dan Afrika Utara pada abad ke-10 hingga ke-12 Masehi. Mereka merayakan berbagai peringatan kelahiran, tidak hanya Maulid Nabi, tetapi juga kelahiran Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, serta Sayyudina Hasan dan Husain.

Namun, perayaan-perayaan ini sering kali dikritik karena dianggap tidak sepenuhnya sesuai dengan syariat Islam.

Setelah Dinasti Fatimiyah runtuh, tradisi perayaan Maulid Nabi tetap dipertahankan, namun dengan beberapa penyesuaian. Ulama dan penguasa dari kalangan Sunni menghapus praktik-praktik yang dianggap berlebihan, tetapi tetap merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan cara yang lebih sederhana dan sesuai dengan ajaran Islam.

Pendapat ketiga mengenai asal-usul Maulid Nabi datang dari Syekh Bukhit Muhammad Bukhit al-Muthi’i. Dalam kitabnya, ia berpendapat bahwa yang pertama kali mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah Sultan Nuruddin.

Sultan ini adalah salah satu pemimpin Islam yang terkenal setelah runtuhnya Dinasti Fatimiyah. Beliau merayakan Maulid Nabi setiap 12 Rabiul Awal, tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini kemudian diikuti oleh berbagai penguasa dan umat Islam di berbagai wilayah, dan menjadi tradisi yang terus berlanjut hingga saat ini.  []

Advertisement
Advertisement