December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Sri Mulyani : 59% Hanya Lulusan SMP, 71,7% PMI Menjadi Pekerja Rumah Tangga

2 min read

JAKARTA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani sekali lagi menaruh perhatian pada permasalahan pendidikan di Indonesia.

Saat menghadiri rapat dengan Komisi XI DPR Kamis (13/6/2019) kemarin, Sri Mulyani mengatakan bahwa Fokus APBN tahun 2020 adalah kualitas sumber daya manusia (SDM), yang mana hanya bisa ditingkatkan dengan pendidikan. Mayoritas pekerja di Indonesia adalah lulusan SD dan SMP, terbanyak justru lulusan SD.

“59% tenaga kerja kita masih berpendidikan SMP atau di bawah SMP, skill tidak memadai dengan pertumbuhan ekonomi dan modernisasi yang makin meningkat,” ujar Sri Mulyani.

 

Kondisi Sebenarnya?

Apa yang disampaikan Sri Mulyani memang benar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2019, dari 129,3 juta orang yang bekerja di Indonesia, sebanyak 75,37 juta jiwa (setara 58,26%) merupakan lulusan SMP atau di bawahnya.

Namun bila dirinci lagi, faktanya lebih menyedihkan dari itu. Dari total jumlah orang yang bekerja, sebanyak 40,51% adalah lulusan SD atau lebih rendah. Sementara yang lulusan SMP hanya 17,75%. Artinya porsi SD ke bawah jauh lebih tinggi ketimbang SMP.

Dalam empat tahun terakhir (2015-2019), sudah ada sedikit perbaikan dalam profil tenaga kerja di Indonesia.

Tercatat porsi lulusan SD telah berkurang sebesar 4,68% pada periode tersebut. Di saat yang sama, porsi lulusan SMA dan Universitas mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,47% dan 1,46%.

Tapi perlu diakui bahwa perubahan profil tenaga kerja tersebut agak kurang signifikan. Terbukti dengan lulusan SMP ke bawah yang masih mendominasi pasar tenaga kerja di Indonesia.

Tenaga Kerja di Luar Negeri?

Tidak hanya di Indonesia, profil yang serupa juga menular pada Pekerja Migran Indonesia (PMI). Mereka merupakan penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri.

Berdasarkan data dari Badan nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) hingga November 2018, sebanyak 38% dari total PMI hanya berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) juga masing-masing sebesar 31% dan 30%. Sementara yang sarjana dan pascasarjana sama-sama tidak sampai 1%.

Artinya lebih dari separuh PMI, atau 69% PMI memiliki tingkat pendidikan SMP atau lebih rendah.

Maka tak heran apabila hampir sepertiga (28,8%) dari total PMI yang mencari nafkah di luar negeri bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART). Sementara 19,1% lainnya merupakan tenaga perawat (caregiver). Bahkan sepuluh besar bidang pekerjaan PMI merupakan pekerjaan kasar.

Sebenarnya tidak ada yang salah. Bukan berarti pekerjaan tersebut tidak terhormat.

Hanya saja, andai pengembangan SDM melalui program pendidikan yang mumpuni lebih digenjot, profil PMI bisa ditingkatkan. Pekerjaan-pekerjaan yang bisa menghasilkan devisa lebih besar jadi sangat mungkin untuk diambil oleh PMI. Pekerjaan-pekerjaan tersebut notabene memerlukan tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi.

Bila itu bisa dilakukan, devisa dari pos pendapatan sekunder bisa terdongkrak dan memberi fondasi pada transaksi berjalan. Harapannya, beban defisit transaksi berjalan (CAD) bisa dikurangi. Ini tentu masih jadi pekerjaan rumah pemerintah. [CNBC]

Advertisement
Advertisement