Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga, Belasan PMI yang Tergiur Gaji Gede Tertipu dan Ujungnya Terlilit Hutang
JAKARTA – Sebanyak 18 orang yang terdiri dari warga Wonosobo, Grobogan, Semarang, Cilacap dan Purworejo calon pekerja migran tertipu agen pemberangkatan dan terlantar di wilayah Temon Kulon Progo beberapa waktu lalu. Kini mereka ditampung di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta untuk mendapatkan pelatihan dengan harapan bisa dimanfaatkan ketika kembali ke rumah nantinya.
Rabu (12/07/2023), Menteri Sosial Tri Risma Harini datang mengunjungi mereka. Risma menyapa secara langsung dan menanyakan satu per satu alasan serta latarbelakang mengapa mereka tergiur bekerja di New Zealand hingga akhirnya justru membawa pada hal buruk.
Betapa tidak, mereka sudah mengeluarkan dana rata-rata Rp 20 juta hingga Rp 50 juta untuk biaya keberangkatan. Uang sudah disetorkan, namun mereka justru gagal berangkat dan berakhir di balai milik Kementrian Sosial itu sebagai korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Sodik dari Wonosobo misalnya, ia memiliki hutang hingga Rp 100 juta karena usaha yang gagal. Ia akhirnya mencari informasi melalui media sosial dan tergiur tawaran bekerja di luar negeri dengan penghasilan 20 dollar per jam.
Hal senada disampaikan Andika dari Grobogan, yang tertarik pergi ke New Zealand untuk membayar angsuran bank. Sebelumnya ia sempat mengikuti program kerja di Inggris ikut teman, namun belum sampai waktunya, ia gagal berangkat.
“Saya waktu itu sudah keluar uang Rp 20 juta baru kembali Rp 9,3 juga. Saya kebetulan sekolah SMK jurusan Teknik Komputer Jaringan. Ya saya ingin gaji besar untuk tambahan modal nantinya, tertarik ikut ke luar negeri ini,” ungkapnya.
Nasib lebih nahas sebenarnya dialami Fakhrurozi dan istri yang memaksakan hendak pergi karena terlilit hutang hingga Rp 1 miliar. Usaha keduanya gugur karena terjangan pandemi dan akhirnya mereka tergiur menempuh jalan cepat bekerja di New Zealand dengan tawaran gaji hingga Rp 30 juta per bulan.
Cerita-cerita itu terkumpul dengan intisari bahwa 18 korban yang terlibat TPPO memiliki persoalan sebelumnya dan ingin cepat menyelesaikan dengan bekerja di luar negeri. Mensos Risma yang menemui mereka pun menjanjikan akan membantu mengembalikan hutang mereka pada bank dan saudara yang digunakan untuk biaya sedianya berangkat ke New Zealand.
“Kita pikir hutangnya tidak sebesar itu seperti catatan saya, tapi besar dan banyak ternyata. Tak mungkin kami penuhi semuanya, tapi untuk yang impact pemberangkatan, kami bisa bantu, tapi di luar itu kami bisa bantu usaha,” tandas Risma.
Kepada seluruh korban yang bersiap dipulangkan ke rumah masing-masing, Risma juga berpesan untuk tak lagi terpengaruh hal yang sama, apalagi tawaran menggiurkan tidak masuk akal. Keinginan para korban untuk membangun usaha lagi di daerah asal masing-masing diharapkan menjadi momen kebangkitan dari keterpurukan.
“Kita tak bisa mimpi macam-macam tapi settle pondasi agar kuat kalau kita mau bangun. Keinginan itu yang membawa dampak. Saya walikota Surabaya ya hanya kerja tidak ingin yang lain-lain, aaya pernah ditawari uang berapa puluh miliar, saya sempat takut dan lari lewat belakang padahal uang sudah disiapkan. Jadi tidak bisa kita membayangkan sesuatu yang aneh-aneh. Jangan melihat sesuatu yang tidak mungkin, mengharap sesuatu yang lebih kalau kita sulit mencapainya,” pungkas Risma. []
Sumber Kedaulatan Rakyat