Tak Berani Pulang Ke Kampung Halaman, Eks PMI Hong Kong Lesbian Gabung Dengan Komunitas LGBT Di Sukabumi
SUKABUMI – Lembaga Penelitian Sosial dan Agama (LENSA) Sukabumi menyebutkan, orang dengan perilaku seks menyimpang atau yang lebih dikenal Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Kota dan Kabupaten Sukabumi jumlah cukup fantastis.
Data dari tahun 2014 hingga 2017 ini saja, jumlah LGBT di Kota dan Kabupaten Sukabumi sudah mencapai kurang lebih 1.300 orang. Bahkan, dari jumlah tersebut, 44 orang sudah dinyatakan positif terjangkit HIV/AIDS.
Mirisnya lagi, populasi penyuka dan penikmat kelamin sesama jenis itu ternyata di Sukabumi banyak juga yang sudah berstatus menikah, alias sudah memiliki suami atau sudah memiliki istri.
“Data itu kami peroleh dari Kementerian Kesehatan RI dan Komisi Penanggulan AIDS Nasional (KPAN). Dari 1.300 orang itu, baru 1.191 orang yang mau didata oleh kami,”kata Direktur LENSA Sukabumi, Daden Sukendar seperti yang diberitakan radarsukabumi.com beberapa waktu yang lalu.
Baru saja hal tersebut dirilis, giliran warga disebuah kampung, menemukan banyak pasangan lesbian yang menghuni sebuah kos-kosan.
Sejumlah kos-kosan di Kampung Sundawenang RT 25/11, Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, dihuni pasangan yang diduga lesbian. Warga semakin resah dengan keberadaan mereka.
“Keberadaan mereka membuat warga kita merasa terganggu karena sering bawa tema-temanya ke kos-kosan hingga larut malam,” tutur Yuda Prawira (48 Tahun) tokoh pemuda Desa Sundawenang, kepada sukabumiupdate.com
Warga kerap kali memantau perilaku pasangan tersebut. Secara fisik pun nampak wanita tapi berpenampilan seperti pria. Tapi ada juga yang berpenampilan wanita hanya saja perlakuan kepada teman wanitanya layaknya pasangan.
“Lebih dari lima orang jadi beberapa pasangan lesbian. Ketika melakukan observasi mendapatkan informasi bahwa yang berlaku sebagai laki-laki itu rambutnya pendek. Ada yang berpenampilan biasa seperti perempuan pada umumnya, sehingga sulit membedakan mana yang berperan sebagai laki-laki,” jelasnya.
Yuda mengungkapkan, ada indikasi perempuan pasangan yang diduga lesbian ini diperjualbelikan juga oleh pasangannya.
“Itu saya dapat informasi tersebut dari tetangga yang dulu sebelah kos-kosannya. Yang pasti keberadaan mereka sudah mengganggu ketenangan warga. Dengan adanya media Sukabumiupadate.com, ikut mengupdate persoalan ini, kami harap lingkungan bersih dari tindakan yang mengarah ke asusila sesuai yang di inginkan masyarakat,” pungkas Yuda.
PMI Yang Tidak Berani Pulang Ke Daerah Asal
Sementara itu, Oding, seorang warga yang berprofesi sebagai pedagang keliling yang biasa masuk ke kawasan kos-kosan tersebut mengaku, mengetahui ada beberapa pasangan lesbian yang berlatar mantan pekerja migran (PMI) dari Hong Kong.
Hal tersebut dia ketahui berdasarkan pengakuan mereka. Mereka memilih tinggal di kos-kosan karena mereka tidak mungkin pulang ke kampung asal mereka dengan menjadi lesbian.
“Ada yang terang-terangan lesbian sejak dari Hong Kong, tinggal disini, bukan karena tidak punya rumah, tinggal disini karena tidak berani pulang ke rumah” tutur Oding.
“Dia orang Jawa Timur, katanya di kampung punya anak juga. Karena memilih untuk menjadi lesbi, anaknya ditinggal entah siapa yang ngurus, entah siapa yang ngasih makan” lanjutnya.
PEMDES Belum Bisa Ambil Tindakan
Pemerintah Desa (Pemdes) Sundawenang bakal melakukan rapat koordinasi dengan Muspika Kecamatan Parungkuda terkait keberadaan wanita lesbi atau LGBT yang sempat membuat resah warga Kampung Sundawenang RT 25/11.
Kepala Desa Sundawenang Wahid mengungkapkan, soal wanita lesbi baru sekedar indikasi. Sehingga pemerintah desa berhati-hati menyikapi pengaduan masyarakat soal adanya penghuni kosan di daerahnya yang lesbian.
“Soal Lesbi atau LGBT baru di indikasikan. Kami belum punya kekuatan apalagi menuduh sembarangan atau menjustifikasi, makanya kita harus hati-hati menyikapi pengaduan masyarakat,” ujarnya.
Wahid mengungkapkan, meski perilaku penghuni kosan yang mengarah ke lesbi, seperti dari gaya pakaian, perilaku, tata krama namun itu belum kuat.
Kecuali kalau kita sudah sudah bukti kuat, mereka tertangkap melakukan tindakan asusila dengan sejenisnya baru ambil tindakan.
“Makanya kita harus hati-hati menyikapi pengaduan masyarakat.
Melalui surat pernyataan sikap maka kami sosialisasikan ke masyarakat dan para pemilik rumah kos-kosan. Dan dalam waktu dekat kami akan lakukan rapat koordinasi dengan muspika dan MUI Kecamatan Parungkuda,” jelasnya.
Wahid menghimbau masyarakat agar lebih tenang dalam menyikapi persoalan dilingkungnya.
“Harus peka terhadap yang terjadi dilingkungan apalagi yang bertentangan dengan norma agama dan hukum, kalau ada hal yang seperti itu jangan main hakim sendiri karena ada pihak berwenang. Koordinasi kan dengan kami,” jelasnya. []