Tak Tahan dengan Tekanan Polisi, Seorang Mantan PMI Nekat Akhiri Hidupnya

JAKARTA – Keadilan yang hakiki sepenuhnya memang milik Allah SWT. Keadilan di dunia akan bisa ditegakan jika antara aturan dan aparat yang menegakan aturan benar-benar bebas kepentingan selain menegakan aturan. Robohnya tatanan hukum, justru seringkali dipisu oleh ulah banyak oknum aparat penegak hukum yang demi kepentingan uang, merugikan bahkan mendzalimi rakyat yang seharusnya dilindungi.
Dugaan kejadian serupa kembali berhembus, setelah sebuah insiden yang dilakukan oleh seorang mantan pekerja migran Indonesia (PMI) bernama Rizkil Watoni (27), warga Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang nekat mengakhiri hidupnya.
Mengutip beberapa sumber media lokal di NTB menyebutkan, Rizki ditemukan dalam kondisi tergantung pada Senin (17/3/2025) oleh ayahnya sendiri, Nasruddin (53), jelang berbuka puasa.
Rizkil Watoni memutuskan aksi nekat tersebut lantaran diduga depresi setelah dipaksa mengaku sebagai maling HP oleh oknum aparat polisi, padahal kasusnya sudah berakhir damai.
Adapun video tersebut kabarnya dibuat oleh mendiang Rizkil Watoni sendiri satu bulan sebelum dirinya wafat dan diunggah di Instagram Story @rizkil_watoni.
Video ini diunggah ulang di sejumlah akun di media sosial, salah satunya akun @MiskinTV_ di X (dulunya Twitter) pada Kamis (19/3/2025).
Akun @MiskinTV_ menulis caption:
Rizkil Watoni, seorang ASN yang BD diduga akibat depresi setelah diperas oknum polisi belasan hingga puluhan juta. Dari video perjalanan hidupnya, sepertinya beliau adalah seorang pekerja keras, supel, dan gemar berorganisasi.
Video ini menunjukkan semacam diary kecil perjalanan hidup Rizkil Watoni dari masih sekolah di bangku SD, masa remajanya, hingga masa dirinya sudah mulai dewasa.
Dalam video terlihat, Rizkil Watoni adalah sosok yang gigih sejak belia. Ia pernah berjualan cilok setelah lulus sekolah, lalu merantau ke Malaysia.
Saat bencana gempa bumi di Lombok pada 2018, ia harus kembali ke kampung halamannya dan melihat hasil kerja kerasnya hancur karena gempa.
Namun, ia tidak menyerah. Ia lalu memutuskan untuk kuliah dengan menggunakan sisa uang yang ada.
Ia sempat mengambil jurusan Teknik Lingkungan, tetapi pindah jurusan lantaran tidak merasa cocok, hingga akhirnya ia mendapat beasiswa Rp100 juta di Semarang.
Di ibu kota Jawa Tengah itu, Rizkil Watoni kuliah di jurusan Planologi.
Ia juga menyematkan sejumlah pengalamannya saat kuliah, mulai dari mencari rumput untuk sapi, menjadi relawan, siaran, kerja dengan konsultan, berjualan sepatu dengan teman, berjualan tempe, jadi mentor untuk anak SMK, menekuni desain, magang di kementerian, aktif di organisasi, dan rutin mengaji.
Hingga akhirnya, pada 2022 ia lulus kuliah dan diterima sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Pada 2024, ia dapat membeli tanah dengan hasil kerja kerasnya.
Kronologi Rizkil Watoni Dituduh Mencuri HP
Kejadian tersebut bermula pada Jumat (7/3/2025) sore, ketika Rizkil Watoni secara tidak sengaja membawa ponsel milik seorang pegawai Alfamart karena terburu-buru.
Rizkil Watoni pun sudah mengembalikan ponsel tersebut dan sudah berakhir dengan kesepakatan damai.
Namun, video CCTV saat Rizkil Watoni telanjur viral. Lalu, ia ditangkap oleh polisi dan ditahan di Mapolsek Kayangan.
Para kepala dusun Desa Sesait pun sempat berkumpul dan membuat surat perdamaian antara Rizkil Watoni dan pegawai Alfamart tersebut.
Namun, meski permohonan pencabutan laporan sudah diajukan pada 8 Maret 2025, Rizkil Watoni masih tetap diproses hukum.
Kuat dugaan, ada oknum polisi yang menekan Rizkil Watoni untuk mengaku sudah mencuri ponsel, lalu mengancamnya dengan hukuman 5 tahun penjara dan denda Rp500 juta.
Akibatnya, Rizkil Watoni merasa depresi dan stres berat hingga nekat mengakhiri hidupnya.
Kasus bunuh diri Rizkil Watoni pun diduga memicu pengrusakan Kantor Polsek Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, pada Senin malam (17/3/2026) pukul 20.00 WITA.
Pengrusakan dilakukan ratusan massa yang berasal dari Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.
Sang Ayah Sebut Rizkil Watoni Mengaku Lebih Baik Mati daripada Disuruh Mengaku Perbuatan yang Tidak Dilakukannya.
Ayah Rizkil Watoni, Nasruddin (53) mengungkapkan keprihatinannya atas tekanan yang dialami putranya, dikutip dari Kompas.com.
Menurutnya, anaknya itu merupakan sosok yang rajin dan disiplin.
“Setelah masalah ini, dia menjadi murung dan sedih. Dia bahkan mengatakan lebih baik mati daripada mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya,” ungkap Nasrudin dengan suara bergetar.
Kejadian tragis ini terjadi menjelang buka puasa. Rizkil Watoni ditemukan tewas gantung diri di lapak jualannya setelah dipanggil Nasrudin untuk berbuka.
“Dia memang sudah bilang pada saya, lebih baik mati daripada dipaksa mengaku mencuri,” kata Nasrudin dengan penuh kesedihan. []
Sumber Tribun Network