Terlalu Menggilai Dunia Itu Berbahaya, Begini Cara Islam Menghindarinya
JAKARTA – Cinta dunia (hubbud-dunya) adalah penyakit yang secara fakta ada, dan sudah ditegaskan di dalam Al-Qur’an. Rasulullah SAW telah mengingatkan masalah ini.
“Cinta dunia adalah biang keladi dari semua kesalahan.” (HR. Baihaqi).
Bahkan Sayyidina Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu pernah berujar dalam khotbahnya, “Dunia ini ibarat ladang tempat makan orang baik dan orang jahat.”
Tanda-tanda jauhnya keimanan dalam diri seseorang ialah dekatnya seseorang dengan kehidupan dunia dan melupakan bekal untuk akhirat mereka. Dan dunia memang merupakan ujian yang Allah SWT ciptakan untuk hamba-Nya.
Mengutip Hidayatullah.com, jika melihat berbagai ayat Al-Qur’an serta hadis Nabi, mayoritas “orang tidak baik” lah yang mendominasi kehidupan di dunia ini. Karena hampir tidak ada yang tidak “menoleh’ kepada dunia kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah.
Imam Ghozali menyebutkan di dalam Ihya’ Ulumuddin bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keburukan dunia sangat banyak. Dan kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an memuat mengenai keburukan (fitnah) dunia dan anjuran untuk memalingkan makhluk dari dunia serta mengajak kepada akhirat.
Zaid bin Arqom pernah bersama Sayyidina Abubakar Asshidiq Radiyallahu Anhu, saat itu beliau meminta minuman lalu diberikan kepadanya air dan madu. Maka ketika beliau telah kenyang dari minuman itu beliau menangis hingga sahabat-sahabatnya juga ikut menangis.
Lalu para sahabatnya itu diam dari tangisnya dan tidak demikian dengan Abubakar, beliau menangis lagi dan para sahabatnya menyangka bahwa Abubakar ada masalah yang mereka tidak mampu membantunya. Lalu Abubakar mengusap kedua matanya dan para sahabatnya bertanya, “Wahai Khalifah penerus Rasulullah SAW, apa yang membuat engkau menangis?”
Abubakar menjawab, “Aku pernah bersama Rasulullah SAW dan aku melihat beliau menolak sesuatu dari dirinya padahal aku tidak melihat seorangpun bersamanya. Maka aku bertanya kepada beliau apa yang engkau tolak tadi?
Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“Inilah dunia menampakkan diri kepadaku dan aku berkata kepadanya pergilah dariku kemudian dia kembali dan berkata sesungguhnya engkau (Rasulullah SAW) bisa lepas dariku namun tidak akan ada yang bisa lepas dariku sepeninggalmu.” (HR. Bazzar, Hakim, Baihaqi).
Hujjatul Islam Imam Al Ghazali menukil sebuah hadis di dalam kitab Ihya’ Ulumiddin dalam bab fitnah (kejelekan) dunia yang berbunyi,
“Sesungguhnya Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih dibenci daripada dunia. Dan sesungguhnya Allah tidak pernah melihat kepada dunia sejak Dia menciptakannya.” (HR. Ibnu Abi Dunya dan Baihaqi).
Suatu ketika Rasulullah memberi nasihat kepada Abdullah bin Umar dalam mengarungi kehidupan dunia:
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR Al Bukhari no. 6416).
Mengutip khazanah.republika.co.id, paling tidak ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar tidak terlena oleh godaan dunia.
Pertama, kita harus menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, dan kehidupan akhiratlah yang kekal. Allah SWT berfirman:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid [57]: 20).
Kedua, menyadari bahwa apa pun yang kita miliki merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Kesadaran ini berdampak pada timbulnya sikap untuk selalu menjaga dan menunaikan hak-haknya dari apa yang kita miliki, seperti mengeluarkan zakat dan sedekah.
Allah berfirman: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.” (QS At-Taubah 9: 103).
Ketiga, sederhana dalam kehidupan. Kesederhanaan mengajarkan kita untuk selalu mensyukuri setiap karunia yang Allah berikan. Kesederhanaan pun mengajari kita untuk tidak serakah.
Rasulullah menjelaskan keuntungan dari hidup sederhana dalam sabdanya, ”Barang siapa yang sederhana terhadap dunia, maka Allah mengajarkannya sesuatu yang tanpa belajar, dan memberinya petunjuk tanpa hidayah secara langsung dan telah menjadikannya melihat, dan Allah membukakan daripadanya kebutaan.” (HR Abu Na’im dari Ali).
Keempat, mengingat kematian sebagai pemutus kelezatan dunia. Sebanyak apapun manusia mengumpulkan harta dunia, harta tersebut tidak akan dibawanya. Sebab harta yang bermanfaat dan kekal hanyalah harta yang disedekahkan untuk keperluan akhirat.
Sebagaimana sabda Rasulullah: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat)” (H.R Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani). []