April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Terlantar, Ditinggal Ibu Jadi PMI, Bapak Tidak Peduli, Dua Bocah ini Jadi Korban TPPO

2 min read

ApakabarOnline.com – Malang sekali nasibnya. Diusia yang seharusnya penuh dengan kehangatan kasih sayang dan keceriaan, dua bocah asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Fikri (12) dan Ifan (10) diduga jadi korban perdagangan anak. Kakak beradik itu ditemukan relawan bersama petugas Dinsos Samarinda, Kamis (21/03/2019) sekitar pukul 23.00 WITA di kawasan taman Mahakam Lampion Garden (MLG).

Dua bocah itu kabur dari rumah penampungan anak jalanan di Samarinda Seberang, Kalimantan Timur. Keduanya terlihat mengalami luka di kepala dan memar di bagian badan.

Fikri bercerita soal upaya kabur dari rumah penampungan anak jalanan. Dia bekerja sebagai pengemis dan pengamen jalanan di Samarinda.

“Saya dengan adik saya dibawa om-om dari Timor (NTT) naik kapal buat cari uang di sini,” kata Fikri ditemui merdeka.com di home base relawan Info Taruna Samarinda (ITS), Jalan Bhayangkara, Jumat (22/03/2019), seperti dikutip merdeka.com.

Di Samarinda, Fikri dan adiknya serta anak-anak lain dipaksa harus mendapatkan uang Rp 1 juta dari hasil mengamen dan mengemis di jalanan.

“Kalau tidak dapat dipukul pakai balok,” ujar Fikri, sambil memperlihatkan luka di kepala dan memar di badannya.

“Saya dapatnya setiap hari Rp 50 ribu. Kalau saya kasih ke om-om, saya dapat Rp 10 ribu. Kalau makan, kadang makan, kadang tidak. Kalau tidur di pasar, tidak tentu,” ujar Fikri.

Sang adik, Ifan mengatakan, ibunya mereka sudah sejak lama pergi ke Arab Saudi menjadi pekerja migran. Di Ende, keduanya hanya tinggal ayahnya.

“Ibu di Arab. Tidak tahu kalau Bapak (saat ditanya apakah dia dicari ayahnya atau tidak,” terangnya.

Fikri, mengaku bersekolah di bangku kelas 5 SD di Ende dan adiknya, di bangku kelas 3 SD. “Tidak mau pulang ke Timor. Saya mau ke pesantren,” timpal Fikri.

Koordinator ITS, Joko Iswanto mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan KPAI Provinsi Kaltim terkait 2 anak yang diduga menjadi korban perdagangan anak ini.

“Tinggalnya di Samarinda Seberang. Diduga, ada puluhan anak lain jadi korban serupa. Jadi, kalau ke Seberang, naik kapal klotok nyeberang sungai, baru ada yang mintai uangnya. Targetnya memang ditarget Rp 1 juta setiap hari,” kata Joko. []

Advertisement
Advertisement