Tinggal dan Bekerja di Apartemen Tai Po yang Terbakar, Nasib Yasmiati Hingga Kini Belum Diketahui
2 min read
JAKARTA – Kesedian akibat kebakaran yang terjadi di Tai Po, sampai dan dirasakan di Indonesia. Beberapa keluarga pekerja migran yang menjadi korban terutama, mengalami kesedihan secara langsung setelah kehilangan orang yang mereka cintai. Salah satunya, suasana duka tersebut terasa di Desa Guyangan, Kecamatan Godong, Grobogan, Jawa Tengah.
Pekerja migran asal Grobogan, Jawa Tengah, bernama Yasmiati, dikabarkan menjadi korban kebakaran apartemen di Hong Kong pada 26 November 2025. Hingga kini, keberadaan dan kondisi Yasmiati masih belum diketahui secara pasti.
Karnoto mengaku mendapat kabar musibah tersebut dari kakak iparnya yang juga bekerja sebagai pekerja migran di Hong Kong. Meski diliputi rasa panik, dia masih menyimpan keyakinan bahwa istrinya akan ditemukan dalam keadaan selamat.
“Kabar terakhir yang kita dapat dari PJTKI yang memberangkatkan istri saya terus pasti kan ada agen yang di sana. Terakhir katanya pas yang di lokasi istri saya dicek sama pihak pemadam dan kesehatan katanya di ruangan itu tidak ada orangnya, istri saya sama yang dirawat tidak ada di gedung itu,” kata Karnoto, Senin (1/12/2025).
Yasmiati telah bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Hong Kong selama 2,5 tahun melalui penyalur tenaga kerja PT Pelita Karya Juhari yang berkantor di Kecamatan Godong.
Selama berada di Hong Kong, dia rutin berkomunikasi dengan suami dan dua anaknya yang masih kecil. Komunikasi terakhir terjadi lima hari sebelum tragedi kebakaran apartemen itu terjadi.
Karnoto kemudian menghubungi pihak penyalur untuk meminta bantuan melacak keberadaan istrinya. Pihak penyalur menyatakan telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di Hong Kong dan terus memantau perkembangan.
“Harapannya selamat dan cepat ketemu,” ucapnya.
Sementara itu, ibu mertua Yasmiati masih dalam kondisi syok akibat beredarnya informasi simpang siur di media sosial mengenai keberadaan korban.
Keluarga besar di Grobogan tetap berharap Yasmiati dapat segera ditemukan dalam keadaan hidup, meski rasa cemas terus menghantui mereka. Harapan itu menjadi satu-satunya pegangan di tengah ketidakpastian yang masih menyelimuti. []
