Tirulah Rayap, Agar Tak Merayap *)
Jika semua warga negara menjalankan peran dan fungsinya masing-masing seperti rayap dalam membangun sarangnya, pembangunan infrastruktur pun akan berjalan dengan lancar.
Apakah kalian pernah mendengar Musamus? Ya, Musamus adalah bangunan kokoh besar yang menakjubkan yang dibangun oleh koloni rayap. Tentu jika dipikir, hal ini sulit dipercaya, melihat tubuh rayap yang sangat kecil bisa membuat bangunan yang tingginya mencapai 5 meter dengan diameter bisa mencapai 2 meter. Sangat kokoh, tahan gempa, dan mampu menahan bobot manusia dewasa yang memanjatnya.
Jangan berpikir jika rumah yang rayap bangun ini hanyalah tumpukan tanah bercampur liur rayap, atau hanya untuk tempat mereka berteduh dari hujan atau panasnya matahari. Mereka juga melakukan aktivitas lain di dalamnya. Rumah rayap juga merupakan tempat mereka untuk berkebun jamur guna memenuhi kebutuhan mereka. Itu artinya, jika rayap tidak membangun rumahnya, kebutuhan pangan mereka juga tak terpenuhi.
Begitulah analogi pentingnya rumah rayap untuk kelangsungan hidup rayap, layaknya pentingnya pembangunan infrastruktur untuk kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Pembangunan jalan tol bukan hanya tentang tumpukan aspal atau tentang menjalankan fungsi distribusi ekonomi. Tapi, lebih dari itu, pembangunan jalan tol mencakup semua elemen ekonomi, yaitu produksi, distribusi, dan juga konsumsi.
Dampak pembangunan infrastruktur terhadap aktivitas ekonomi daerah memang jelas adanya. Fakta empiris menunjukkan bahwa perkembangan kapasitas infrastruktur suatu wilayah berjalan seiring dengan adanya perkembangan output ekonomi. Ini berarti, secara langsung infrastruktur dapat berdampak pada peningkatan kegiatan ekonomi secara positif. World Bank (1994) menyatakan bahwa peningkatan stok infrastruktur secara rata-rata sebesar 1% akan berasosiasi dengan adanya peningkatan PDB sebesar 1% pula. Artinya, semakin besar pembangunan infrastruktur, semakin besar pula potensi peningkatan PDB.
Selain itu, dalam proses pembangunan infrastruktur Indonesia, dibutuhkan sumber daya untuk mengerjakannya, baik sumber daya alam yang menjadi bahan baku atau faktor pendukung pembangunan maupun sumber daya manusia. Hal ini akan membuka lapangan pekerjaan bagi manusia yang berada di daerah tersebut. Tidak ubahnya pengelolaan sumber daya alam, kegiatan pembangunan infrastruktur Indonesia itu sendiri juga membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk daerah tersebut dan wilayah lain yang terlibat.
Pada akhirnya, kesempatan yang terbuka akibat adanya pembangunan infrastruktur Indonesia dapat berdampak kepada sesuatu yang lebih besar, yakni pemerataan pembangunan. Pemerataan pembangunan merupakan sebuah langkah yang besar menuju pemerataan ekonomi. Dengan kemampuan ekonomi yang lebih baik, sebuah daerah pun dapat menghidupi dirinya sendiri.
Terbukanya kesempatan bagi suatu daerah berarti terbukanya kesempatan bagi setiap individu di dalamnya. Dengan begitu, kesenjangan ekonomi antara penduduk sebuah daerah dan penduduk dari daerah lain dapat dihindari. Jadi, tidak ada lagi daerah tertinggal. Setelah tercapainya pembangunan infrastruktur Indonesia, semua akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses ekonomi.
Peningkatan Kesejahteraan karena Pembangunan Infrastruktur di Indonesia
Pembangunan infrastruktur dewasa ini identik hanya dengan pembangunan tol, padahal infrastruktur yang dimaksud di sini sangatlah luas. Ada infrastruktur konektivitas, infrastruktur telekomunikasi, dan juga infrastruktur yang mendukung ketahanan pangan. Infrastruktur konektivitas yang telah dibangun 4 tahun terakhir berupa jalan tol dan jembatan, kereta api, bandar udara dan juga pelabuhan.
Pembangunan infrastruktur untuk konektivitas ini sudah mulai memperlihatkan manfaatnya. Pertumbuhan angkutan barang dari 2014 hingga 2017 melalui jalur darat diklaim naik 3%, jalur angkutan laut naik 3%, dan angkutan udara naik 2,7%. Angka tertingginya tercatat dalam pertumbuhan angkutan barang melalui jalur kereta api, yakni sebesar 7,8%. Selain itu, juga terjadi peningkatan pertumbuhan penumpang yang menandakan bahwa peningkatan konektivitas benar-benar terjadi. Pertumbuhan penumpang angkutan udara dari 2014 hingga 2017 naik 6,5%, kereta api naik 8,9%, penyeberangan naik 1,3%, demikian pula Damri yang naik 1,7%.
Selain infrastruktur untuk konektivitas, juga sudah dibangun infrastruktur untuk menunjang ketahanan pangan, yaitu dengan membangun bendungan dan juga embung. Hingga 2017, ada 43 bendungan yang dibangun, dan pada 2019 ditargetkan akan terbangun 65 bendungan di seluruh Indonesia dengan kapasitas tampung sebesar 2,11 miliar meter kubik. Pemerintah menyebutkan, pembangunan bendungan berdampak kepada peningkatan pelayanan irigasi waduk sebesar 160.000 hektare. Selain itu, berdampak pula terhadap pemenuhan air baku sebesar 3,02 meter kubik per detik dan meningkatkan potensi energi sebesar 145 mega watt.
Infrastruktur telekomunikasi juga tidak kalah pentingnya dalam menunjang keberlangsungan kehidupan bangsa di era digital seperti sekarang. Dalam menopang produktivitas, pemerintahan berupaya memenuhi akses terhadap komunikasi dan teknologi. Caranya, dengan perluasan cakupan jaringan dan telekomunikasi. Salah satu proyek untuk mendukung misi tersebut adalah jaringan tulang punggung serat optik nasional bernama “Palapa Ring”. Program tersebut menghubungkan seluruh ibu kota kabupaten/kota di Indonesia menggunakan jaringan broadband (internet berkecepatan tinggi).
Jaringan Indonesia bagian barat, misalnya, dari total 2.275 km jaringan, telah dibangun 74% jaringan. Untuk jaringan Indonesia bagian tengah, dari total 2.995 km jaringan, pemerintah telah membangun 35% jaringan. Adapun, Indonesia bagian timur, dari total 6.878 km jaringan, telah dibangun 18% jaringan.
Dari total 514 kota/kabupaten di Indonesia, sudah ada 457 kota kabupaten yang telah terjangkau dengan jaringan broadband dengan 57 kota/kabupaten sisanya adalah daerah terpencil. Namun, pemerintah tetap berupaya menyediakan jaringan telekomunikasi di daerah terpencil itu, yakni dengan inovasi pembiayaan melalui pola kerja sama pemerintah badan usaha (KBPU). Pola kerja sama itu untuk penyediaan serat optik di daerah terpencil yang secara bisnis tidak layak usaha. Melalui pola kerja sama ini pula, pemerintah mendirikan jaringan broadband sehingga meningkatkan akses data di 137 daerah terpencil, khususnya di perbatasan.
Belajar dari Rayap
Uraian di atas sudah dirasa cukup menggambarkan betapa pentingnya pembangunan infrastruktur untuk kemajuan bangsa. Lantas, bagaimana kiranya pembangunan infrastruktur ini dapat efektif dan efisien? Bagaimana kita memberikan kontribusi terbaik sebagai warga negara dalam pembangunan infrastruktur? Marilah kita belajar dari rayap.
Rayap dikenal sebagai hewan bermasyarakat yang bisa membangun sarang raksasa yang disebut Musamus. Musamus ini hanya terdapat di beberapa negara saja, salah satunya di Indonesia, yaitu di Merauke. Musamus merupakan konstruksi yang sangat cerdas. Kontruksi sarang rayap didukung pasokan udara kontinu agar suhu dan kelembapan di dalamnya relatif tetap. Dinding tebal dan keras pada sarang rayap melindungi bagian dalam dari panas di luar. Sirkulasi udara diatur dengan membuat terowongan khusus pada sisi dinding bagian dalam. Pori-pori dalam dinding berfungsi menyaring udara.
Perlu diketahui pula, rayap merupakan hewan yang mempunyai indra penglihatan yang sangat lemah dan juga berbadan kecil. Tapi, bagaimana mereka bisa membangun arsitektur yang menakjubkan? Itu terletak dari sistem pembagian tugas koloninya yang rapi dan terorganisasi dengan baik. Rayap selalu hidup dalam koloni yang terbagi menjadi beberapa kasta, yaitu raja dan ratu, rayap pekerja, rayap prajurit, serta nimfa. Masing-masing dari mereka mengambil peran dan fungsi yang berbeda.
Istana rayap dibuat oleh rayap pekerja dari campuran tanah/lumpur, kunyahan kayu, dan air liur hingga membentuk gundukan. Rayap pekerja meletakkan adonan pada suatu tempat tertentu sesuai dengan rancangan induk. Raja dan ratu menjalankan fungsi reproduksi. Rayap prajurit bertugas untuk mempertahankan koloni dan melawan musuh (pemangsa). Ya, begitu rapi pembagian fungsi koloni rayap.
Demikian pulalah seharusnya rakyat Indonesia bekerja. Setiap warga negara harus memosisikan diri mereka sesuai dengan peran dan fungsinya untuk pembangunan infrastruktur demi kemajuan bangsa. Bagi mereka yang menggeluti dunia telekomunikasi atau digitalisasi, hendaknya memberikan masukan dan dapat berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur digital. Bagi mereka yang memiliki andil dalam dunia arsitektur, hendaknya berperan aktif mengawal pembangunan jembatan atau jalan tol, dan demikian seterusnya.
Dalam berbagai aktivitas pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pemanfaatan, sampai pengawasan memerlukan peran aktif masyarakat sebagai kontrol sosial. Citizen participation is citizen power. Karena setiap pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakatlah yang nantinya akan merasakan dampaknya baik positif maupun negatif. Berbagai rencana pembangunan yang dimiliki pemerintah semestinya sudah mulai mengajak partisipasi masyarakat. Tanpa didukung peran serta masyarakat, pembangunan yang dilaksanakan akan menjadi kurang efektif.
Dari tahun ke tahun, proses pembangunan yang dilakukan pemerintah ternyata juga semakin dikritik oleh masyarakat. Dan dampaknya, tumbuh bias-bias negatif dari masyarakat terhadap proses pembangunan yang sedang atau akan dilakukan. Salah satu gejala negatif yang muncul di tengah masyarakat adalah tumbuhnya sebuah sikap yang apatis terhadap proyek pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Tetap ada masyarakat yang tidak peduli akan proses pembangunan yang sedang dan akan dilakukan. Ini jelas menunjukkan adanya sebuah gejala kurangnya partisipasi masyarakat terhadap agenda pembangunan.
Sikap apatis ini, misalnya, muncul dalam beberapa peristiwa penolakan masyarakat terhadap proyek pembangunan yang akan dilakukan pemerintah. Kritik-kritik yang dilakukan oleh masyarakat ini tidaklah sepenuhnya salah sehingga menghambat pembangunan. Kritik yang membangun tentunya dapat dijadikan sebagai bahan masukan oleh pemerintah dalam mewujudkan pembangunan yang berkeadilan.
Peran lain yang dapat diberikan oleh warga negara adalah dengan tertib membayar pajak. Salah satu penyumbang terbesar pemasukan negara adalah pajak. Di Indonesia, pajak merupakan kontributor terbesar pendapatan negara. Pada APBN tahun 2017, misalnya, kontribusi pajak terhadap pemasukan dan belanja negara mencapai 83% atau setara Rp1.283,6 triliun. Untuk itu, salah satunya dari pemasukan dana pajaklah negara menjalankan fungsinya untuk pembangunan nasional seperti membangun fasilitas kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan pelayanan publik lainnya.
Jika semua warga negara menjalankan peran dan fungsinya masing-masing seperti rayap dalam membangun sarangnya, pembangunan infrastruktur akan berjalan dengan lancar. Infrastruktur ini nantinya akan menjadi investasi jangka panjang untuk terus menunjang pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Infrastruktur yang memadai dapat menarik investor untuk berinvestasi dan mengembangkan potensi daerah sehingga daerah dapat berdiri dengan kakinya sendiri. Karena itu, ayo kita tiru cara kerja rayap agar ekonomi kita tak merayap. []
*)Penulis Staza Dwi Fanurani adalah Pemenang Favorit Lomba Esai dalam rangka HUT Ke-2 Visi Teliti Saksama yang kini berstatus sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman