December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Trauma Anak-Anak Yang Melihat Orang Tuanya Berselingkuh

3 min read

Banyak anak-anak yang ketenangan hidupnya terganggu akibat salah satu orangtuanya terlibat hubungan dengan orang ketiga. Perceraian, perselingkuhan, dan pertengkaran orang tua tentu tidak sepatutnya disaksikan anak. Namun terkadang semua itu terjadi di luar kontrol orang tua. Dalam beberapa kasus perceraian, perselingkuhan justru terungkap dari kesaksian sang anak yang sudah beranjak remaja, yang sudah mulai memahami arti kesetiaan, meskipun masih sangat sederhana.

Jika ini terjadi, apa yang harus dilakukan orang tua? Apa dampaknya pada anak jika pernah menyaksikan sesuatu yang tidak semestinya mereka ketahui?

Psikolog anak dan remaja dari TigaGenerasi, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menjelaskan efek jangka pendek dan jangka panjang yang kemungkinan besar dialami anak ketika mereka memergoki atau menemukan bukti perselingkuhan yang dilakukan orang tuanya. “Efek jangka pendeknya adalah marah, kecewa, kehilangan kepercayaan, hingga benci kepada orang tua yang berselingkuh,” kata Vera.

Di Hong Kong Ibu Mesum Dengan India, Di Kampung Anaknya Yang Masih ABG Menderita

Adapun efek jangka pendeknya adalah perasaan takut atau cemas jika mereka mengalami hal yang sama di kemudian hari. “Hingga muncul keengganan untuk menikah ketika dewasa,” ucapnya.

Ketika anak menyaksikan atau menemukan bukti pengkhianatan, kemungkinan besar mereka akan melaporkan kepada orang tua yang posisinya dikhianati. Jika ini terjadi, orang tua boleh saja marah, tapi jangan melupakan aspek psikologis anak.

“Pasti sulit menyembunyikan perasaan marah kepada pasangan, terlebih ketika anak sendiri yang melaporkan,” kata Vera. Jika ini terjadi, orang tua disarankan tidak memosisikan anak di antara keributan orang tua.

Senada dengan Vera, psikolog Tiara Puspita, MPsi, menyarankan orang tua yang diselingkuhi tidak selalu menceritakan masalah kepada anak sehingga anak merasakan hal yang sama dengannya, entah itu marah, benci, atau dendam. Bagaimanapun, semua itu emosi negatif yang tidak baik bagi jiwa anak.

“Mungkin hal ini dapat memberikan perasaan nyaman bagi pihak yang diselingkuhi, karena menyadari ia tidak sendirian dan sama-sama menjadi pihak yang disakiti. Namun sebaiknya orang tua tidak menceritakan detail perselingkuhan, khususnya jika itu dianggap bisa menjadi sebuah cara untuk membalas pasangan yang berselingkuh,” kata Tiara.

 

Anak Menyaksikan Perselingkuhan Orang Tua: Bisa Trauma, Bisa Tidak

Jangan menjadikan anak sebagai sarana untuk menampung kemarahan, kekecewaan, atau perasaan tersakiti, karena anak akan terbebani permasalahan yang belum sanggup ia hadapi.

Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., psikolog anak dan remaja TigaGenerasi, mengungkapkan, pengalaman menyaksikan perselingkuhan sebenarnya tidak serta-merta menimbulkan trauma, jika bisa diselesaikan dengan baik.

“Timbul trauma atau tidaknya tergantung dari apa yang dialami anak secara personal. Jadi tidak selalu (muncul trauma). Bisa timbul trauma, misalnya jika anak menyaksikan pertengkaran hebat di antara orang tua yang sampai menyakiti satu sama lain,” Vera menjelaskan.

Penting untuk berpikir dengan kepala dingin tentang cara menyikapi konflik, melakukan pendekatan terhadap anak, hingga mengambil penyelesaian masalah yang mampu memberikan solusi menyenangkan bagi semua pihak. Semuanya harus menitikberatkan kepentingan anak.

“Perceraian, apa pun penyebabnya, tidak selalu membuat anak menjadi anak broken home. Tergantung pada bagaimana orang tua menjelaskan kepada anak, mengapa perceraian terjadi, bagaimana orang tua menjalani proses perceraian—apakah dengan tenang atau dengan ribut terus- menerus, dan bagaimana kehidupan berjalan sesudah perceraian. Banyak anak yang baik-baik saja meski orang tua bercerai, karena orang tua tetap memberikan apa yang mereka butuhkan sebagai anak,” Vera menjabarkan.

Andai perselingkuhan bisa diakhiri dan perceraian bisa dihindari, orang tua yang berselingkuh harus melakukan pendekatan kembali terhadap anak.

“Bicara kepada anak, minta maaf, dan pastikan tidak terjadi lagi. Tentu butuh waktu untuk mengembalikan kepercayaan anak, karena itu harus bersabar,” pungkas Vera. [Asa/Net]

Advertisement
Advertisement