Usai Ditipu Pria Yang Menikahinya, 15 Tahun ke Hong Kong, Nuryani Menghilang
“Dugaan kami, frustasi mas, yang menjadi sebab dek Nur tiba-tiba berada di Hong kong setelah rumah tangganya tertimpa musibah.” Jelas Indraswati saat mengawali perbincangan dengan Apakabar pada Minggu (25/11/2018) kemarin di kediaman keluarga besar mereka di jalan Depo I nomor 66A Balun Cepu Blora Jawa Tengah.
Indraswati merupakan kakak tertua dari seorang PMI Hong Kong bernama Nuryani dengan alamat asal yang sama.
“Dari sisi itunya (musibah rumah tangga) kami sangat maklum, dek Nur sampai nekad ke Hong Kong yang kami yakin maksudnya tentu bukan hanya bekerja mencari uang saja, tapi juga menenangkan pikiran. Tapi, dengan dek Nur memutuskan ke Hong Kong, kami menjadi kehilangan” lanjut Indras.
“beberapa kali kami meyakinkan kalau kondisi di rumah sudah berbeda dengan dulu, tapi dek Nur tetap dingin terhadap kami semua” timpal Suliyani, kakak kedua Nuryani.
Dituturkan oleh keluarga, menjelang pernikahan Nuryani dengan lelaki idamannya 15 tahun silam, sebenarnya telah berkali-kali mengingatkan bahwa laki-laki yang dipilih Nuryani bukanlah laki-laki yang baik dan telah berkeluarga. Namun entah kenapa, Nuryani tidak menghiraukan nasehat keluarganya. Nuryani nekad menjadi istri kedua dari seorang karyawan pengeboran minyak di kawasan blok Cepu.
Dan benar saja, setahun usai pernikahan tersebut digelar, badai rumah tangga menghempas keutuhan Nuryani dengan suaminya. Dibawah tekanan istri pertama beserta kedeua anak suaminya, akhirnya Nuryani terhempas dan harus ikhlas menerima kenyataan, ditinggalkan oleh suaminya.
Insiden tersebut bukan hanya menjadi pukulan batin bagi Nuryani saja. Seluruh keluarga Nuryani, kedua kakak, ibu dan almarhum bapaknya sangat sedih dan terpukul. Terlebih lagi, cekcok didepan umum terjadi saat istri pertyama suami Nuryani datang melabrak ke kediaman mereka dan menjadi tontonan warga. Bahkan, Ketua RT dan tokoh masyarakat sampai turun tangan mendinginkan suasana.
“Setelah kejadian itu mas, dek Nur tiba-tiba menghilang dari rumah selama lebih dari 2 bulan. Kami semua bingung mencari, takut kenapa-kenapa kan, wong dia pergi tanpa pamit dan didahului dengan peristiwa seperti itu” tambah Indras.
Menghilangnya Nuryani dari keluarga 15 tahun yang lalu terjawab saat sebuah panggilan telpon masuk dan diterima oleh almarhum Surono ayah Nuryani. Kepada Almarhum ayahnya, Nuryani menyampaikan permohonan maafnya dan sekaligus berpamitan akan berangkat ke Hong Kong. Nuryani waktu itu mengabari kalau dirinya telah berada di sebuah PPTKIS yang berkantor di Sidoarjo. Keluarga masih sempat bertemu Nuryani sehari sebelum terbang di penampungan PPTKIS yang memberangkatkan.
Namun setelah itu, Nuryani hanya dua kali saja berkabar kepada keluarga setelah dirinya sampai di Hong Kong. Nuryani hilang kontak dua kali. Menurut keterangan keluarga, hilang kontak pertama terjadi antara tahun 2003 usai dirinya mengabarkan telah sampai di Hong kong hingga tahun 2011. Tahun 2011, Nuryani tiba-tiba muncul kembali ke rumah dalam rangka cuti liburan selama sebulan.
“Selama sebulan di rumah, tidak banyak bicara mas. Lebih banyak diam dan lebih banyak mengurung diri didalam rumah” jelas Suliyani.
Usai cuti, Nuryani kembali lagi ke Hong Kong dan sesampainya di Hong Kong dia sempat mengabari keluarga kalau sudah tiba kembali di Hong Kong. Namun setelahnya, sampai sekarang Nuryani tidak pernah lagi berkirim kabar.
Anak pensiunan karyawan pengeboran minyak blok Cepu ini menurut keluarganya telah hilang untuk yang kedua kalinya selama hampir 8 tahun. Bahkan, saat Surono, almarhum ayahnya meninggal dunia pada tahun 2013, keluarga bingung mencari jejak Nuryani untuk mengabari.
Sejak kali pertama ke Hong Kong tahun 2003 hingga sekarang, keluarga tidak ada yang mengetahui seberapa banyak dan kemana hasil kerja Nuryani di kirimkan.
Melalui ApakabarOnline.com, keluarga berharap, Nuryani bisa ditemukan dan kembali pulang ke kampung halaman agar tidak menjadi beban pikiran keluarga, terutama Tarwiyah sang ibunda yang kini usianya telah merangkak semakin senja.
“Ibu sudah tua nduk, tolonglah, kamu pulang saja. Kedua kakakmu sudah punya tempat tinggal dan kehidupan yang mapan. Kamu pulang saja, tinggal bersama sisa-sisa umur ibu di rumah ini. Tolong ya nduk, Nur, pulang! “ singkat pesan Tarwiyah yang terhenti oleh tangisnya.
“Dek Nur, pulanglah dek. Tidak usah mikir uang buat bikin rumah. Aku dan mbak mu Suli sudah punya rumah tangga dan kehidupan masing-masing. Jadi, rumah ini untuk kamu. Sewaktu-waktu kamu pulang, kamu tidak usah bikin rumah. Langsung balik nama saja rumah ini. Pulang ya dek” pinta Indras.
“Dek Nur, ibu sudah tua, aku dan mbak Indras sudah berkeluarga dan punya rumah masing-masing. Sekarang yang menjadi tanggungan ibu sebagai orang tua tinggal kamu. Renungkan dek, bukan hanya usia ibu yang semakin hari semakin bertambah tua, usiamu sekarang juga sudah lewat empat puluh tahun. Pikirkan masa depanmu, segera pulang. Kalau kamu punya simpanan uang hasil kerja, manfaatkan untuk keperluanmu membuka usaha misalnya, tidak usah mikir buat rumah. Rumah ini sudah kami sepakati untuk kamu dek. Pulang ya dek” pinta Suliyani. [AA Syifa’i SA]