Warga +62 Lebih “Rajin” Ngutang ke Bank Dibanding Menabung ke Bank
JAKARTA – Pangsa pasar bank syariah di Indonesia naik tipis menjadi 7,09% per akhir 2022. Hal ini didorong oleh lonjakan pertumbuhan aset sebesar 15,63% secara tahunan (yoy).
Sebagai informasi per 31 Desember 2022, bank syariah melaporkan jumlah aset sebesar Rp 802,26 triliun. Sebanyak 66,3% di antaranya merupakan sumbangsih bank umum syariah (BUS). Kemudian unit usaha syariah (UUS) dan bank perekonomian rakyat syariah (BPRS), masing-masing, berkontribusi 31,2% dan 2,5%.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat dalam beberapa indikator, bank syariah menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Sebagai informasi, bank konvensional mencatat pertumbuhan aset sebesar 9,5% yoy pada 2022.
Selain itu, pertumbuhan pembiayaan bank syariah juga lebih tinggi, yakni 20,44% yoy. Pada periode yang sama bank konvensional tumbuh 10,72% yoy.
Akan tetapi dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), masyarakat Indonesia masih lebih memilih bank konvensional dibandingkan bank syariah. Hal ini terlihat dari pertumbuhan DPK bank konvensional yang lebih tinggi (17,6% yoy), sedangkan bank syariah (12,93% yoy).
Dari sisi industri, bank konvensional juga terlihat lebih menguntungkan dari bank syariah. Tingkat pengembalian aset atau return on asset (ROA) bank syariah pada 2022 sebesar 1,9%, sedangkan bank konvensional 2,5%.
Bila dibedah, kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan bank syariah sebagai sumber pembiayaan yang bersifat konsumtif. Pembiayaan konsumsi menyumbang 51,7% dari total dana yang disalurkan bank syariah kepada masyarakat.
Tren tersebut akan terus berlanjut, seiring dengan pertumbuhan pembiayaan konsumsi yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan modal kerja dan investasi. OJK melaporkan pembiayaan konsumsi sepanjang 2022 naik 23,4% yoy, modal kerja 11,28%, dan investasi 23,2%. []
Sumber CNBC