Yatim Karena Corona, Bocah Usia 14 Tahun ini Terpaksa Berjualan Pentol Keliling Gantikan Ayahnya
PONOROGO – Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Alih-alih menghilang, virus yang berasal dari Wuhan Tiongkok ini, makin menjadi-jadi.
Di Kabupaten Ponorogo, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal pun nyaris mencapai seribu, yakni diangka 974 orang (Data dari Dinkesjatim tanggal 12 Agustus 2021). Kehilangan orang terkasih pun bisa menimpa siapa saja, akibat virus tersebut. Bisa orangtua kehilangan anaknya, begitupun sebaliknya. Banyak anak-anak yang menyandang status yatim, anak piatu maupun anak yatim piatu.
Itulah yang baru dialami oleh Abi Rizal Mandani. Bocah berusia 14 tahun itu harus kehilangan bapaknya, Triono, yang meninggal akibat Covid-19. Untuk membantu perekonomian keluarganya, sejak dua Minggu lalu dia harus keliling menggunakan sepeda motor, untuk berjualan pentol dan batagor.
Usaha itulah yang dulu dilakoni bapaknya semasa masih hidup. “Mas Abi berjualan pentol dan batagor sudah sekitar 2 mingguan ini, meneruskan usaha almarhum bapaknya,” kata sang ibu, Muryati (56), saat ditemui di rumahnya.
Muryati menceritakan, awalnya ia tidak tahu kalau suaminya meninggal, sebab saat itu dirinya juga terpapar Covid-19 dan dirawat di ruang isolasi RSUD dr. Harjono Ponorogo. Beberapa minggu menjalani perawatan di ruang isolasi dan dipindah ke rumah karantina shelter sentra industri kampung reyog, Muryati dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang.
Alangkah terkejutnya dirinya saat tiba di rumah, oleh kerabat diberitahu jika suaminya meninggalkan dirinya selama-lamanya, saat menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah. “Meninggalnya ya pada Juli lalu, saya lupa tanggalnya. Pokoknya saya pulang ke rumah itu, sudah lewat 7 harinya,” katanya.
Beruntung, Abi yang merupakan anak satu-satunya Muryati dan almarhum Triono itu, tidak terpapar Covid-19. Perasaan sedih pasti dirasakan oleh Muryati dan anaknya yang kini menginjak kelas 9 SMP tersebut. Namun, hidup harus terus berjalan dan mereka tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan.
Nah, sekitar 2 minggu lalu, Abi berkeinginan untuk berjualan pentol dan batagor seperti bapaknya dulu. Itu dilakukan untuk membantu ibunya mencari uang. “Sebenarnya juga kasian dan gak tega, saat temen lainnya bermain, Abi harus berkeliling berjualan pentol. Kadang saya juga nangis saat melihat Abi berangkat jualan,” ungkap Muryati dengan berkaca-kaca.
Niat kuat Abi yang ingin membantu dirinya, meluluhkan hati Muryati, Ia akhirnya mengizinkan anaknya berjualan. Dirinya yang membuat pentol, kuah bakso dan batagornya, sedangkan Abilah yang akan menjajakannya. “Saya yang membuat adonan pentol dan batagornya. Kemudian Abi yang keliling untuk menjualnya,” katanya.
Sementara itu, Abi Rizal Mandani mengaku tidak minder dan malu berkeliling jualan pentol. Bahkan Ia merasa senang bisa mendapatkan uang dan bisa membantu ibunya. Malahan, jika tidak sengaja ketemu teman, teman Abi malah ikut membantu menjualkan pentol dan batagornya.
“Kadang teman ikut jualan, jadi ya seperti kayak lagi main sama teman,” kata Abi semangat, seperti tidak menyiratkan kesedihan bahwa dirinya belum lama ditinggal bapaknya untuk selamanya.
Dalam sehari, dirinya bisa dua kali berjualan. Yakni pagi mulai pukul 08.00 WIB hingga 10.30 WIB dan sore mulai pukul 15.00 hingga waktu salat mahrib tiba atau sekitar pukul 17.30 WIB. Jualannya tidak menetap, Abi biasanya keliling ke Kecamatan Sukorejo, Kelurahan Keniten, Jalan Suromenggolo dan alun-alun Ponorogo. “Namanya jualan ya tidak pasti, kadang masih sisa banyak, sisa sedikit kadang juga bisa habis,” kata Abi.
Kegiatan berjualan Abi ini tidak mengganggu aktivitas belajarnya. Pasalnya, jika ada kegiatan atau tugas sekolah, maka Ia tidak berjualan dulu. Kalaupun berjualan hanya pada waktu sore saja. Sedangkan paginya untuk kegiatan sekolah. “Kalau ada tugas dari sekolah ya libur tidak jualan,” katanya.
Abi bisa dibilang bocah pekerja keras. Selain berjualan pentol, kadang-kadang Abi juga mempunyai kerjaan lain sebagai tenaga bantu di bengkel sepeda motor. Dari bantu-bantu di bengkel itu, Abi mendapatkan upah Rp 50 ribu sehari.
“Uang dari jualan pentol diberikan ke ibu, sedangkan upah dari kerja di bengkel buat jajan dan buat beli data internet,” pungkasnya.[]
Sumber Berita Jatim