April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Banyak Wanita Indonesia Enggan Deteksi Dini Kanker Serviks

2 min read

Jumlah perempuan yang melakukan pemeriksaan dini kanker serviks masih relatif sedikit. Jika Anda salah satu dari perempuan yang malas untuk melakuan pemeriksaan pap smear secara rutin, ketahuilah hal tersebut merupakan langkah penting sebagai tindakan preventif kesehatan.

Menurut penelitian yang dirilis oleh Mayo Clinic dan dipublikasikan oleh Journal of Women’s Health, jumlah perempuan yang melakukan screening kanker serviks masih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.

Penelitian menyebutkan bahwa kurang dari dua pertiga perempuan dengan rentang usia 30 sampai dengan 65 tahun yang telah tercatat melakukan pemeriksaan dini kanker serviks pada 2016 silam di Amerika Serikat.

Perempuan yang berusia lebih muda, rata-rata berusia 21 sampai 29 tahun bahkan jumlahnya sangat sedikit yang melakukan deteksi dini, hanya setengah dari kelompok usia ini yang mawas dengan informasi seputar kanker serviks.

“Angka yang terungkap tidak sesuai harapan, masih sangat rendah,” ujar Dr Kathy MacLaughlin, seorang dokter kesehatan keluarga di Mayo Clinic.

“Pemeriksaan dini sepert tes Pap sebanyak satu kali dalam tiga tahun sangat penting. Lalu, sekali dalam lima tahun memeriksakan dengan co-testPap-HPV untuk memastikan perubahan pra-kanker agar terdeteksi lebih awal. Tujuannya supaya potensi kesembuhan meningkat.”

Penelitian ini juga menemukan, ada perberdaan signifikan terhadap kesadaran dini kanker serviks berdasarkan etnis.

“Perempuan Afrika-Amerika 50 persen lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan deteksi dini dibandingkan perempuan etnis Kaukasia,” imbuhnya.

Dia menambahkan, perempuan Asia 30 persen kemungkinannya lebih kecil melakukan deteksi dini daripada perempuan Kaukasia.

Studi pada tahun 2018 membeberkan kondisi yang demikian bisa jadi karena rasa tidak percaya terhadap institusi medis. Selain itu, sejarah perilaku diskriminatif pada masa lalu di rumah sakit atau klinik kesehatan juga dianggap masih membayangi sejumlah perempuan sehingga mereka pun enggan menjalani pemeriksaan.

Penderita kanker serviks, berdasarkan penelitian, jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Perlu Anda ketahui bahwa kanker yang merupakan tumor ganas pada leher rahim perempuan ini merupakan pembunuh nomor satu bagi perempuan Indonesia.

“Penderita kanker serviks sangat tinggi. Setiap tahun tidak kurang dari 15.000 kasus terjadi di Indonesia. Itulah yang menjadikan kanker ini sebagai pembunuh perempuan nomor satu,” kata Prof. DR. dr. Aru Wicaksono, Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) kepada Kumparan.com.

Oleh karena itulah, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menganjurkan para perempuan tidak menunda melakukan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara. Tujuannya, tentu saja untuk mencegah angka kesakitan dan kematiaan akibat penyakit mematikan ini.

Oscar Primadi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, menerangkan bahwa deteksi membantu kejadian kanker ditemukan lebih awal supaya keberhasilan pengobatan pun semakin besar.

Deteksi dini kanker leher rahim diimplementasikan melalui metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Apabila ditemukan IVA positif akan ditindaklanjuti dengan krioterarapi.

Sementara itu, deteksi kanker payudara dilakukan melalui metode pemeriksaan payudara secara klinis (SADANIS).

Lebih dari 3.700 puskesmas di Indonesia saat ini telah dilatih dalam memberikan pelayanan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim. []

Advertisement
Advertisement