April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Jangan “Jatuh Cinta” di Sembarang Tempat

5 min read

“wahai yang bersemayam di dalam rasa dan dirikuengkau jauh dari penglihatan dan pandanganengkau adalah ruhku jika aku tak memandangmudia lebih dekat denganku dari segala pendekatan”

(Petikan Syair Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah dalam buku Taman orang-orang yang jatuh cinta dan memendam rindu)

Siapa yang tidak pernah jatuh cinta? Mungkin tidak ada. Bahkan orang gila sekalipun pernah merasakan jatuh cinta. Perasaan fitrah yang bisa dipastikan dimiliki oleh setiap anak cucu Adam. Ialah cinta, berbicara tentangnya, adalah perjuangan. Sebab cinta adalah tragedi hati paling berharga bagi siapapun. Seperti penggalan syair Ibnu Qoyyim rahimahullah; “ adalah  cinta jauh dari penglihatan dan pandangan.” Ia bersemayam  merekah  hingga mampu menjulang dilangit-langit hati seseorang dan bersemi sampai ajal memanggil pulang.

Bagaimana bertahannya Rasulullah shallallahu’’alaihi wasallam dengan cibiran,hujatan,lemparan dan ancaman dikala menghadapi kerasnya hati kaum musyrikin  agar menerima seruan dakwahnya, tidak lain adalah karena cinta pada Rabbnya; Cinta yang ditempatkan pada tempat yang paling tinggi lagi luas. Allah Ta’la. Lalu bagaimana teguhnya Mushab bin Umair radhiallahu’anhu sahabat Nabi yang meninggalkan kekayaan, keluasan harta dan ibunya terkasih karena perasaan yang juga  sama ; cinta pada Rabbnya.

Maka jika penyair berkata ; “cinta tanpa definisi” , adalah benar. Sebab,  bukankah cinta akan bekerja tanpa perlu kata-kata?!

 

Fenomena cinta Kekinian

Seseorang yang dimabuk cinta akan menghadapi kenyataan-kenyataan pahit dalam meneguhkan kecintaannya. Seseorang yang didera perasaan cinta akan menghadapi masa, dimana sehari 24 jam begitu singkat untuk merayakan cinta dengan segala pemaknaanya. Seorang ibu bertarung nyawa karena cinta pada si ranum bayi jelita. Seorang lelaki bertarung agar merawat setia pada perempuan yang dinikahi lalu sakit menahun berkepanjangan. Serangkai cinta yang dilihat oleh mata ,dirasa oleh hati lalu ditempatkan diruang yang tepat. Sehebat itulah cinta bekerja.

Seperti itupula manusia paling mulia, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang bertarung hidup dan mati untuk ummatnya terkasih;kaum muslimin. Agar selamat dunia akhirat, gigih memperjuangkan nilai-nilai keesan akan DzatNya Allahu Rabbul Izzati. Bersama seluruh para pencinta dakwah menyeru hal yang sama; Allah sebagai tujuan, dan itulah pemaknaan cinta paling dalam, paling berharga juga paling tepat.

Tidak sebagaimana yang setiap tahun harus disaksikan,saat  jutan kawula muda merasa penting menyalakan kembang api cinta sebanyak-banyaknya, semeriah-meriahnya. Februari; perayaan cita Valentine’s day dimulai.

Suatu  perayaan besar yang  sejatinya harus menyadarkan  kaum muslimin pada apa dan bagaimana perayaan valentine.  Meski ada banyak versi cerita, akan tetapi  cukuplah  fakta sejarah ini membuktikan mengapa perayaan valentine harus dibumi hanguskan selamanya dalam kultur kaum muslimin.

Dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia sebuah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari), dimana  dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Kala itu, para pemuda akan mengundi nama–nama gadis di dalam kotak,lalu setiap pemuda mengambil nama dengan acak dan gadis yang namanya keluar harus setia  menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Hingga pada 15 Februari  mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Maka selama upacara ini, kaum mudapun melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.Wana’udzubillah

Kemudian ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, dengan mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Lalu Lalu agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, 496 Masehi Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

Maka apa kaitan yang harus dipahami dari hari kasih sayang dengan Valentine ini?The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan adanya 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari kala itu , seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998). Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)

Sepanjang dan sebanyak apapun sejarah hari kasih sayang yang disebut jatuh pada bulan Februari itu tidak akan menggoyahkan prinsip kita kaum muslimin untuk turut berperan serta merayakan Valentine’s Day itu. Bukan hanya karena persoalan asasi bahwa hari kasih sayang tersebut adalah bentuk penyembaan kepada benda atau makhluk yang tidak memiliki kuasa apapun. Tetapi bahwa dengan merayakannya itu sama persis  kita telah menerima dan menjadi bagian dari kaum yang merayakannya. Sangat merugi!

Dari Ibn Umar radhiallahu’anhu beliau berkata,Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda;

 

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

 

‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan)

 

Ujian besar yang dihadapi generasi muda dengan perayaan Valentine ini hanyalah satu diantara sekian banyaknya problematika kehidupan. Remaja, para pemuda dengan gejolak cinta sesaat akan selalu menuruti tuntutan nafsu,jauh dari tuntunan akal sehat,menjadi bagian dari penikmat cokelat dan bunga di hari Valentine. Sebab keterbatasan ilmu dan kejahiliyaan akhlak tiada yang biasa melerai para pemuda  untuk  merayakan cinta,kecuali mereka yang mengerti arti cinta mu’lia kembali pada kitabullah dan hadist.

Olehnya, hanya orang-orang pilihan Allah-lah yan mampu membangun cinta dan memilih tempat yang tepat  menjatuhkan cintanya pada siapa yang dekat oleh lamat-lamat Dzikir kepadaNya.  Wallahu’alam

Advertisement
Advertisement