April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Mungkinkah Diganti (?), Kinerja Tiga Menteri Ini Tak Menonjol Selama Pandemi

2 min read

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu sempat menyinggung rencana reshuffle kabinet lantaran banyak menteri yang kinerjanya tidak maksimal. Beberapa aspek seperti kesehatan, sosial ekonomi dan bidang hukum menjadi sorotan.

Survei Indonesia Political Opinion (IPO) juga menunjukkan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto dan Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, menjadi tiga nama teratas yang diharapkan diganti oleh publik.

Yasonna Laoly berada di posisi teratas paling diharapkan diganti dengan hasil survei 64,1 persen, disusul Terawan Agus Putranto 52,4 persen, dan Ida Fauziah 47,5 persen serta beberapa menteri lain di bawahnya.

Menanggapi hal ini, Pengamat Politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati menilai, ketiga nama teratas yang diharapkan diganti oleh publik memang belum menunjukan kinerja yang menonjol. Terlebih selama pandemi covid-19 ini.

“Saya pikir alasan ketiganya perlu diganti karena kinerja mereka yang belum menonjol selama penanganan pandemi ini,” kata Wasis dikutip dari Valid News, Kamis (09/07/2020).

Ia menjelaskan, sektor kesehatan jelas paling tersorot dalam penanganan pandemi ini. Sedangkan lesunya ekonomi karena pandemi juga tidak menimbulkan inisiatif pembukaan lapangan kerja baru oleh Menteri Ketenagakerjaan.

“Dan yang paling kontroversial memang Menkumham dengan kebijakan pelepasan napi. Ini mungkin membuat publik malah menilai negatif,” imbuhnya.

Adapun dalam survei IPO menyebutkan tiga nama yang diharapkan masuk ke kabinet. Ketiganya adalah Susi Pudjiastuti dengan 37 persen, Arief Yahya 32 persen dan Dahlan Iskan 31 persen.

“Tidak aneh ya publik menginginkan mereka, ketiganya merupakan orang lapangan yang selama ini tahu seluk-beluk masalah. Tapi saya pikir Susi dan Arief Yahya lebih tepat karena prestasi beliau berdua ketika jadi menteri,” ucap Wasis.

Lebih lanjut, Wasis berpendapat, rencana reshuffle kabinet ini memang tidak lepas dari dampak pandemi covid-19 yang membuat berbagai aspek melemah. Ia menyebut covid-19 ini juga berdampak terhadap politik yang berpengaruh pada legitimasi pemerintah di depan rakyatnya.

“Sebenarnya Indonesia bukan belum siap, tapi belum berpengalaman. Indonesia terbiasa hadapi bencana alam tapi bukan bencana wabah,” cetusnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan saat ini Jokowi sedang berada dalam posisi dilema. Pasalnya, menteri yang dianggap memenangkannya di Pilpres mendapatkan survei paling tinggi diharapkan diganti.

“Dilema bagi Presiden melihat menteri yang bersusah payah memenangkan Pilpres 2019 justru berada di urutan teratas paling diharapkan reshuffle, jangan sampai ada asumsi karena kedekatan ini membuat mereka aman dari kritik dan koreksi,” tutur Dedi. []

Advertisement
Advertisement