Yunita, PMI Hong Kong asal Rajabasa Menjadi Korban Tsunami Selat Sunda
ApakabarOnline.com – Kamis (20/12/2018) malam Jumat, menjadi malam terakhir bagi Yunita, PMI Hong Kong asal Rajabasa Lampung Selatan bisa menikmati berlindung dibawah rumah yang dibangun dari hasil mengais dolar di Hong kong. Pasalnya, Jumat (21/12/2018) siang, Yunita harus bertolak ke Jakarta untuk terbang ke Hong kong menumpang pesawat yang lepas landa pada Sabtu (22/12/2018) pagi dari bandara Internasional Soekarno Hatta.
“Ya Allah mas, semoga Allah memberi ketabahan dan semangat kepada keluargaku, tetangga-tetanggaku dan seluruh warga Rajabasa dan Kalianda yang menjadi korban Tsunami” tutur Yunita dengan suara bergetar menahan tangis saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com.
Petang hari, Sabtu (22/12/2018) saat dirinya baru saja tiba di rumah majikannya, saat lelah usai menempuh perjalanan masih terasa, tengah malam saat akan beristirahat, tiba-tiba majikan Yunita memberitahu kalau di Indonesia ada Tsunami lagi.
“Awalnya saya biasa saja mendengar informasi dari majikan. Namun saat saya melihat ke arah layar yang sedang dilihat majikan, kok posisinya di Selat Sunda. “ lanjut Yunita.
Penasaran dengan yang sedang dilihat majikannya, Yunita pun berusaha mencari informasi melalui layar ponselnya.
“Saya buka ApakabarOnline.com, kaget melihat ada judul berita breaking news tsunami pantai Anyer – Lampung Selatan karena rumah saya berada di Lampung selatan” aku Yunita.
Sampai menjelang pagi, Yunita tak mampu memejamkan matanya setelah mengetahui bahwa kecamatan Rajabasa menjadi salah satu area terdampak Tsunami. Yunita terus berusaha menelusuri update berita dari berbagai media masa, namun hingga pagi menjelang, data kongkret yang menjelaskan belum juga dia dapatkan.
“Pagi-pagi, majikan kaget melihat saya menangis, kemudian majikan tanya apa keluargamu menjadi korban, saya jawab, saya khawatir keluarga saya menjadi korban karena keluarga saya tidak ada yang bisa dihubungi” tutur Yunita.
Beruntung, Yunita berhasil menghubungi salah seorang sahabatnya yang berasal dari tetangga Kecamatan yang aman dari terjangan Tsunami lantaran letaknya bukan di bibir pantai yang menghadap Selat Sunda.
Berkat bantuan sahabatnya, Yunita menemukan jawaban, keluarganya mengungsi ke kantor Gubernur Lampung bersama dengan ratusan tetangganya satu desa dan warga yang kampungnya terdampak Tsunami di wilayah kabupaten Lampung Selatan lainnya.
“Saya bersyukur, keluarga saya selamat semua meskipun emak mengalami luka ringan karena jatuh saat panik mau melarikan diri. Meskipun hanya baju yang nempel dibadan yang bisa dibawa dan diselamatkan, sebab rumah kami roboh rata dengan tanah. “ lanjut Yunita.
Berdasarkan penuturan keluarganya, Yunita menyatakan bahwa saat melarikan diri, tidak ada barang berharga yang sempat diselamatkan. Rumah yang dibangun dari hasilnya bekerja di Hong Kong selama delapan tahun pun roboh rata dengan tanah. Berbagai aset berharga mulai dari perhiasan, cadangan uang kontan, surat-surat penting seperti sertifikat rumah, kendaraan, ijazah, akta kelahiran serta lainnya belum ditemukan.
Yunita merupakan satu dari dua PMI Hong Kong yang mengalami nasib serupa. Ghaissani Wa’adah Dzahabiyah, PMI Hong Kong asal Pandeglang juga menyatakan, keluarganya turut menjadi korban. Dalam laporan yang disampaikan ke ApakabarOnline.com, Wa’adah menuturkan bahwa keluarganya yang bertempat tinggal di area terisolir hingga saat dirinya melaporkan, belum diketahui nasibnya.
Menurut Wa’adah, sulitnya akses menuju lokasi, membuat sebaran update informasi sulit dia peroleh. Keluarga Wa’adah yang menjadi korban Tsunami bertempat tinggal di salah satu kawasan parah terdampak, yaitu di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang.
Wa’adah berharap, wartawan bisa masuk ke lokasi tersebut agar update perkembangan informasi bisa dengan mudah diketahui warga, khususnya warga kecamatan Sumur baik yang berada di Pandeglang maupun yang merantau keluar daerah, terlebih lagi ke luar negeri seperti Wa’adah. [Asa]