April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

6 Kali Lebaran Hartiningsih Hilang

4 min read

Kulo niku nate angsal serat ping tigo saking Hong Kong sing isine tagihan utang atas nama bojo kulo Hartiningsih. Jumlah utange niku 25 ewu dolar” terang Sugiarto saat mengawali percakapan dengan Apakabaronline.com di kediamannya.

Sugiarto adalah Suami dari Hartiningsih PMI Hong Kong asal Dusun Kembangarum RT 02 RW 03 Desa Mbotosengon Kecamatan Ndempet Kabupaten Demak Jawa Tengah yang sejak tahun 2011 tidak pernah berkabar lagi. Terakhir kali berkomunikasi pada pertengahan 2011, Hartiningsih menyatakan pada suaminya bahwa dia akan pulang menunggu tahun 2012 dulu setelah genap 6 tahun bekerja di majikan yang sama agar mendapat bonus. Dan sampai saat ini, itulah komunikasi terahir diantara mereka.

Keluarga meyakini bahwa Hartiningsih masih tetap berada di Hong Kong sampai saat ini lantaran di surat tagihan yang terakhir mereka terima dari sebuah public finance Hong Kong terlampir foto kopi paspor dan visa kerja Hartiningsih.

“Yang terakhir di surat tagihan yang kami terima tahun 2015, dilampirkan foto kopi paspor dan visa kerjanya Ning istri saya. Berarti sampai saat itu istri saya masih tetap bekerja di Hong Kong. Entah untuk siapa dia bekerja, yang pasti saya suaminya dan kedua anak kami tidak pernah berkomunikasi lagi, apalagi dikirimi uang dan kabar” imbuhnya.

Berbagai upaya pernah Sugianto lakukan untuk mencari Hartiningsih. Sugianto pernah datang ke Semarang ke sebuah PPTKIS yang dulu memberangkatkaan Hartiningsih. Namun jawaban mengecewakan yang dia terima.

 

“Saya pernah datang ke PT Phoenix miliknya bu Iwan yang dulu di jalan Imam Bonjol Semarang dan sekarang pindah ngontrak tempat di Jalan Hasanudin Semarang menanyakan perihal istri saya. Namun bukan tanggapan melayani mencarikan yang mereka berikan pada saya, malah justru mereka menuduh saya telah bermain dengan perempuan lain. Kan menyakitkan sekali, lha woong kenyataannya saya di Demak setiap hari banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan kedua anak perempuan saya. Setiap hari saya kumpul dengan anak saya. Kalau saya main perempuan, kedua anak saya pasti tahu, dan  mana mungkin kedua anak saya bisa sekolah sampai SMP dan SMA sekarang ? “ lanjutnya.

Kepada keluarga Hartningsih di Desa Ayam Putih kecamatan Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen pun Sugiarto juga sering menanyakan kalau-kalau istrinya pulang atau berkirim kabar. Namun kedua mertuanya memberi jawaban yang berbeda. Bapak mertuanya mengatakan bahwa Hartiningsih dua tahun yang lalu berkirim kabar, tapi ibunya mengatakan sudah sejak 4 tahun yang lalu Hartiningsih tidak pernah berkirim kabar. Pun demikian terhadap tetangga di kampung halaman istrinya yang banyak diantara mereka bekerja ke Hong Kong, seluruh yang ditanyai Sugianto menyatakan tidak pernah bertemu, melihat dan mengetahui jejak Hartiningsih di Hong Kong.

Kini, 12 tahun sudah lamanya Hartiningsih pergi bekerja ke Hong Kong, dan jika lebaran tahun ini Hartiningsih tetap tidak ada kabarnya, berarti telah 6 kali lebaran Hartiningsih hilang dari suami dan kedua anaknya. Tentu bukan hal yang mudah menjalani kenyataan seperti iini. Terlebih lagi saat suasana lebaran tiba, idealnya sebuah keluarga berkumpul untuk merayakan suka cita.

Bukan hanya Sugianto sebagai suami, Tari dan Ervina pun sebagai anak tentu sangat menginginkan pelukan kasih sayang dari seorang ibu. Kerinduan mereka membuncah bermuara pada kegelisahan yang tak berkesudahan. Kepada Apakabaronline.com mereka menitipkan harapan, dengan ditayangkannya kisah pencarian mereka di rubrik ini, mereka memohon kepada siapa saja yang membaca kemudian mengetahui jejak Hartiningsih untuk segera memberi kabar melalui redaksi.

Berikut petikan harapan yang mereka sampaikan melalui Apakabaronline.com :

 

 

Sugiarto Suami Hartiningsih :

Assalamualaikum, Ning, iki aku bojomu. Tulung ndhang bali, eling anak-anakmu. Mesakno, sak wayah-wayah ngarep-ngarep kowe terus. Sing cilik iki lho awake nganti loro-loronen, sedelo-sedelo nakokne, ibu neng ngendi, ibu nyapo kok ora ono kabaare, kapan ibu wangsul. Aku terus arep njawab kepiye yen koyo ngunu kuwi ning ?

Tulung, yen kowe weruh tulisan iki, muliho. Ora ussah nggowo duwit ritek sing penting muleh, neng ngomah, tak aku sing kerjo ngopeni anak bojo. Cukup kowe neng ngomah wae ndampingi anak-anak, ngurusi lan noto ngomah.

Anakmu saiki wis gedhe – gedhe. Termasuk nalare ya soyo gedhe.Anak-anak iku wedhok kabeh, wis prawan kabeh. 12 ttahun mbok tinggal lungo, kowe ora nate weruh koyo ngopo blegere anakmu. Sing Tari saiki wis SMA, Ervina saiki wis SMP.

Ora usah mikir siing ora-ora, aku jek gelem ngopeni kowe. Nek umpamane kowe ngemohi aku, ya ngomongo terus terang, aku ora opo-opo umpamane nyatane kowe wis ora seneng marrang aku lan anak-anak. Nanging iso ora iso tak jaluk kowe muleh. Mesakno anak-anakmu.

 

 

Puji Lestari Anak Hartiningsih :

Mak, kiy aku Tari, anakmu sing gedhe. Aku saiki wis SMA. Aku kangen karo kowe mak. Muleh mak, aku kangen karo kowe. Mesakno bapak mak, mesakno aku, mesakno adek. Kowe iku kenopo mak kok banjur koyo ngene saiki ? Opo salahku mak ? Opo salahe bapak ? Opo kowe wis emoh karo aku anakmu lan karo bapak ? Kok tego banget kowe mak, mentolo banget.

 

Ervina Agus Rianti Anak Hartiningsih :

Mak, balek mak. Aku kangen ambek emak. Aku wis gedhe. Aku wis SMP. Balik mak, aku kangen mbek kowe. Awit jek cilek aku ora nate weruh emak. [AA Syifa’i SA]

Advertisement
Advertisement