December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Adab Buang Air Dalam Islam

3 min read

JAKARTA – Islam memang agama yang sangat sempurna. Setiap aspek kehidupan telah mendapatkan aturan sendiri di dalam syariat Islam. Salah satunya adalah mengenai buang hajat. Muslim yang baik dan taat tentu akan beradab dalam buang hajat. Berikut ini adalah beberapa adab ketika buang hajat yang perlu diamalkan:

  1. Dilakukan di tempat tertutup

Tidak akan mungkin seorang muslim yang baik buang hajat di tempat yang terbuka. Lakukanlah buang hajat di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain untuk menjaga aurat selama kita buang hajat.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

“Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar, beliau tidak menunaikan hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh sampai tidak nampak dan tidak terlihat.” ( HR. Ibnu Majah no. 335. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

 

  1. Membaca doa

Sebagaimana perbuatan lain, buang hajat pun harus dilakukan dengan membaca doa terlebih dahulu. Namun bacalah doa sebelum masuk ke dalam tempat buang hajat atau bacalah di dalam hati. Doa yang dibaca merupakan permohonan agar kita dilindungi dari gangguan jin yang jahat selama buang hajat karena biasanya setan bernaung di tempat buang hajat.

“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Penghalang antara jin dan aurat anak Adam jika salah seorang dari kalian memasuki al khalaa’ adalah ia mengucapkan, “Bismillah”. ( Shahih: [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 3611)], Sunan at-Tirmidzi (II/59/ no. 603) ini adalah lafazhnya. Sunan Ibni Majah (I/109 no. 297), dengan lafazh: إِذَا دَخَلَ الْكَنِيْفَ. “Jika memasuki al kaniif”)

 

  1. Tidak menghadap atau membelakangi kiblat

Buang hajat dengan tidak membelakangi kiblat dilakukan baik di dalam ruangan maupun luar ruangan. Hal ini sesuai dengan perintah Rasul.

Dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

“Jika kalian hendak buang hajat, janganlah menghadap dan membelakangi kiblat. Tapi, menghadaplah ke timur atau ke barat.”

 

  1. Tidak membawa barang berlafaz Allah

Lafaz Allah terlalu suci untuk dibawa ke tempat yang penuh dengan kotoran seperti tempat buang hajat. Maka lepaskanlah setiap atribut yang mengandung lafaz Allah seperti gelang, cincin, kalung, atau pakaian. Anda dapat memakainya kembali setelah keluar dari kamar mandi.

Allah Ta’ala berfirman,

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al Hajj: 32)

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya.”. Akan tetapi hadits ini adalah hadits munkar yang diingkari oleh banyak peneliti hadits. Namun memang cincin beliau betul bertuliskan “Muhammad Rasulullah” ( HR. Bukhari no. 5872 dan Muslim no. 2092)

 

  1. Tidak buang hajat di sembarang tempat

Buang hajat hendaknya dilakukan di tempat tertentu dimana tidak terdapat mahluk hidup yang tinggal di dalamnya. Buang hajat di tempat tinggal mahluk hidup merupakan penghinaan kepada mahluk Allah yang lain.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa ssallam bersabda,

“Hati-hatilah dengan al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia)!” Para sahabat bertanya, “Siapa itu al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia), wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Mereka adalah orang yang buang hajat di jalan dan tempat bernaungnya manusia.”

 

  1. Diam

Ketika buang hajat, hendaknya diam dan tidak melakukan apapun selain segera menyelesaikan buang hajat. Jangan berbicara kecuali ada keperluan yang jauh lebih mendesak. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Rasul ketika ada yang memberikan salam ketika beliau buang hajat.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, beliau berkata,

“Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.”

Syaikh Abu Malik mengatakan, “Sudah kita ketahui bahwa menjawab salam itu wajib. Ketika buang hajat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya, maka ini menunjukkan diharamkannya berbicara ketika itu, lebih-lebih lagi jika dalam pembicaraan itu mengandung dzikir pada Allah Ta’ala. Akan tetapi, jika seseorang berbicara karena ada suatu kebutuhan yang mesti dilakukan ketika itu, seperti menunjuki jalan pada orang (ketika ditanya saat itu, pen) atau ingin meminta air dan semacamnya, maka dibolehkan saat itu karena alasan darurat. Wallahu a’lam.” (Shahih Fiqh Sunnah, 1/95).

 

  1. Beristinja’

Jika sudah selesai buang hajat, hendaknya beristinja’ agar bersih kembali. Selain menaati perintah Allah dan sunnah Rasul, juga menjaga kesehatan tubuh sendiri.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk buang hajat, aku dan anak sebaya denganku datang membawa seember air, lalu beliau beristinja’ dengannya.”

Itulah beberapa adab buang hajat yang perlu diketahui. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. []

Sumber Islamic Base

Advertisement
Advertisement