Adab dan Larangan Dalam Hoho Hihe
JAKARTA – Hoho hihe atau berhubungan Seks antara Suami dan Istri termasuk ke dalam ibadah. Meski begitu, ada adab-adab yang perlu diperhatikan saat berhubungan Intim.
Jangan sampai hal tersebut memberikan penderitaan bagi salah satu pihak. Dalam Islam, ada beberapa Gaya Hubungan Suami Istri yang di larang dalam Agama Islam.
- Berhubungan Seks Ketika Istri Sedang Menstruasi
Saat istri sedang datang bulan, sebaiknya tidak memaksakan untuk berhubungan seks. Jika dipaksakan, itu dapat meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual. Dalam Agama Islam, larangan tersebut tercantum pada surat Al-Baqarah ayat 222, yang berbunyi:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.”
- Tidak dianjurkan Berhubungan Seks Melalui Dubur
Suami dan istri sangat dianjurkan untuk berhubungan seks sesuai dengan kaidah agama. Seperti yang dijelaskan pada surat Al-Baqarah ayat 223:
“Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.”
Meski begitu, bercinta melalui dubur tidak dianjurkan. Rasulullah bersabda:
“Terkutuklah orang yang menyetubuhi isteri di duburnya.” (Hadis Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’i dari Abu Hurairah)
- Berhubungan Badan Saat Puasa
Ada waktu-waktu yang dilarang untuk melakukan hubungan seks antara suami dan istri, yakni ketika berpuasa. Saat puasa, manusia diharapkan dapat menahan rasa lapar dan haus, serta hawa nafsu mereka. Oleh sebab itu, berhubungan seks saat puasa sangat dilarang karena dapat membatalkan ibadah tersebut.
Diriwayatkan oleh Bukhari, 2600 dan Muslim, 1111. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata:
“Seseorang datang kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, celakalah saya!” Beliau bertanya, “Ada apa dengan anda?” Dia menjawab, “Saya telah berhubungan intim dengan istri sementara saya dalam kondisi berpuasa (Di bulan Ramadan),” Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallalm bertanya, “Apakah anda dapatkan budak (untuk dimerdekakan)?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya, “Apakah anda mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya, “Apakah anda dapatkan makanan unttuk memberi makan kepada enampuluh orang miskin?” Dia menjawab, “Tidak.” Kemudian ada orang Anshar datang dengan membawa tempat besar di dalamnya ada kurmanya. Beliau bersabda, “Pergilah dan bershadaqahlah dengannya.” Orang tadi berkata, “Apakah ada yang lebih miskin dari diriku wahai Rasulullah? Demi Allah yang mengutus anda dengan kebenaran, tidak ada yang lebih membutuhkan diantara dua desa dibandingkan dengan keluargaku.” Kemudian beliau mengatakan, “Pergilah dan beri makanan keluarga anda.”
- Langsung Berhubungan Intim
Ada baiknya saat ingin berhubungan seks dimulai dulu dengan ‘pembuka’ seperti menyentuh tangan suami atau berciuman. Rasulullah tidak menganjurkan untuk langsung berhubungan seks.
Rasulullah bersabda, “Siapa pun di antara kamu, janganlah menyamai isterinya seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan perantaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan itu ? Rasul Allâh SAW bersabda, “yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis”. (HR. Bukhâriy dan Muslim).
- Tidak Memulai Hubungan Seks dengan Doa
Islam menganjurkan kita untuk berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan, termasuk bercinta. Minta berkat Allah saat melakukan ibadah tersebut.
Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila salah seorang mereka akan menggauli istrinya, hendaklah ia membaca: “Bismillah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami”.
Sebab jika ditakdirkan hubungan antara mereka berdua tersebut membuahkan anak, maka setan tidak akan membahayakan anak itu selamanya.” (Shahih Muslim No.2591)
Posisi Hubungan Suami Istri dalam Islam
Bagaimana posisi hubungan suami istri dalam Islam? Dilansir Islam Pos, Islam membolehkan suami istri menggunakan beragam gaya atau posisi berhubungan intim sepanjang menuju ‘tempat yang benar’. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas:
“Umar datang menemui Rasulullah SAW dan berkata: “Wahai Rasulullah, binasalah aku.” Rasulullah bertanya: “Apa yang membinasakanmu?”. Umar menjawab: “Aku mengalihkan tungganganku tadi malam,” Rasulullah diam, tidak menjawab apapun. Kemudian turunlah ayat:
“Istri-istrimu adalah (laksana) tanah tempat bercocok tanam bagimu, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu sebagaimana saja yang engkau kehendaki,” (QS Al Baqarah: 223). (Rasulullah pun bersabda) “Engkau boleh dari depan atau belakang, tetapi jangan ke dubur dan saat haid.”
Berdasarkan hadis tersebut, Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Zaadul Ma’ad menerangkan bahwa posisi hubungan suami istri dalam Islam yang paling baik adalah saat suami berada di atas istri. Posisi ini juga menunjukkan kepemimpinan suami atas istrinya.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan.” (QS An Nisa’: 34).
Adab Posisi Hubungan Suami Istri dalam Islam
Berhubungan suami istri termasuk urusan kehidupan yang penting. Termasuk posisi hubungan suami istri dalam Islam.
Selain memberikan petunjuk mengenai posisi hubungan suami istri, Islam juga memiliki adab berhubungan yang harus dilaksanakan, karena hubungan intim bukan hanya sekedar kenikmatan dan penyaluran gairah seksual, tapi juga bernilai ibadah.
Rasulullah SAW menekankan hal ini agar manusia bisa menahan pandangan dan mampu mengaga diri dari sesuatu yang haram. Sebab, sesuatu yang halal dan mengandung pahala adalah melakukan hubungan intim dengan pasangan yang sah, yakni suami atau istri untuk menyalurkan hasratnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai para pemuda, siapa yang mampu menikah diantara kamu semua, maka menikahlah. Karena ia lebih dapat menahan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Siapa yang belum mampu, hendaknya berpuasa, karena ia sebagai tameng.” (HR Bukhori dan Muslim).
Ada beberapa adab posisi hubungan suami istri dalam Islam, yakni:
- Niat
Ini dimaksudkan agar terhindar dari sesuatu yang haram. Berniat untuk memperbanyak keturunan dari umat Islam akan menjadi pahala terhadap perbuatan ini.
Dari Abu Dzar RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Dalam kemaluan salah satu di antara kamu itu shodaqoh –maksudnya dalam berjima dengan istrinya- mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah satu diantara kita menyalurkan syahwatnya dia mendapatkan pahala? Beliau menjawab: “Apakah pendapat anda kalau sekiranya diletakkan pada yang haram, apakah dia mendapatkan dosa? Begitu juga kalau diletakkan yang halal, maka dia mendapatkan pahala.” (HR Muslim).
- Melakukan foreplay
Misalnya dengan cumbuan, rayuan, permainan dan ciuman. Dahulu Nabi SAW juga melakukan hal tersebut.
Hal ini juga dapat membedakan manusia dengan hewan yang hanya langsung melakukan hubungan.
- Berdoa
Baik suami atau istri dapat membaca doa: “Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkan syetan dari kami dan jauhkan syetan dari apa yang Engkau rezkikan kepada kami.
Rasulullah SAW bersabda:
“Kalau Allah mentakdirkan diantara keduanya anak, syetan tidak akan (dapat) mencelakainya selamanya.” (HR Bukhori).
- Diperbolehkan melakukan hubungan intim lewat qubul (kemaluannya) dari sisi mana saja
Baik dari depan atau belakang dengan syarat harus di kemaluannya. Rasulullah SAW bersabda:
“Baik depan atau belakang selagi itu di kemaluannya (tidak apa-apa).” (HR Bukhori dan Muslim).
- Tidak boleh lewat dubur
Rasulullah SAW bersabda:
“Dilaknat orang yang mendatangi istrinya di duburnya.” (HR Ibnu Ady).
- Jika suami ingin kembali berhubungan seks, dianjurkan berwudlu terlebih dulu.
Rasulullah SAW bersabda:
“Kalau salah satu di antara kamu telah mendatangi istrinya kemudian ingin mengulanginya, hendaknya dia berwudu di antara keduanya, karena hal itu lebih bersemangat dalam mengulanginya.” (HR Muslim).
- Diperbolehkan mandi bersama
Aisyah RA berkata:
“Dahulu saya mandi bersama Nabi SAW dalam satu bejana antara diriku dan dirinya. Bergantian tangan kami dan beliau mendahuluiku sampai saya mengatakan ‘Biarkan untukku, biarkan untukku’ berkata, “Keduanya dalam kondisi junub.” (HR Bukhori dan Muslim).
Meski memiliki posisi hubungan suami istri dalam Islam yang terbaik, suami sitri bisa mengeksplor bagian tubuh lainnya untuk mendapatkan kepuasan, kecuali lewat dubur.[]
Sumber Islamic Base