Adab Saat Mendengar Adzan
JAKARTA – Sobat, sudah tahu tentang 10 adab yang sebaiknya kita lakukan saat mendengar adzan? 10 amalan ini telah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, setiap kali Beliau tengah mendengarkan adzan.
Sebagai umat Islam, sudah tentu kita dianjurkan untuk mengikuti sunnah yang telah dicontohkan Rasul kita, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Lantas, apa saja 10 amalan tersebut? Berikut adalah 10 Adab Ketika Mendengarkan Adzan.
- Mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh muadzin. Sehingga mendapat pahala mendengarkan adzan
- Bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Allahumma sholli ‘ala Muhammad
- Minta pada Allah untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wasilah dan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah: Allahumma robba hadzihid da’watit taammah wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah …
- Membaca: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, radhitu billahi robbaa wa bi muhammadin rosulaa wa bil islami diinaa, sebagaimana disebutkan dalam hadits Sa’ad bin Abi Waqqash.
- Memanjatkan doa sesuai yang diinginkan. Sebab terdapat doa mustajab antara adzan dan iqamah
- Berdoa agar dosa dosa diampuni.
- Tidak Berbicara.
- Menghentikan aktifitas yang dilakukan.
- Menyegerakan shalat. Agar terhindar dari waktu terlarang untuk shalat
- Tidak keluar dari majid atau mushala setelah adzan.
Dalil dari 10 hal tersebut disebutkan dalam hadits sumber syariat islam berikut :
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin. Kemudian bershalawatlah untukku. Karena siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat padanya (memberi ampunan padanya) sebanyak sepuluh kali.
Kemudian mintalah wasilah pada Allah untukku. Karena wasilah itu adalah tempat di surga yang hanya diperuntukkan bagi hamba Allah, aku berharap akulah yang mendapatkannya. Siapa yang meminta untukku wasilah seperti itu, dialah yang berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim no. 384).
Dari Jabir bin Abdillah,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, tentang hukum membaca pujian setelah adzan
“Barangsiapa mengucapkan setelah mendengar adzan ‘allahumma robba hadzihid da’watit taammah wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah’ [Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid),
shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi), dan fadilah (kedudukan lain yang mulia). Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqom (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan padanya], maka dia akan mendapatkan syafa’atku kelak.” (HR.Bukhari no. 614 )
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang mengucapkan setelah mendengar adzan: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, radhitu billahi robbaa wa bi muhammadin rosulaa wa bil islami diinaa
(artinya: aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku ridha sebagai Rabbku, Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai agamaku), maka dosanya akan diampuni.” (HR. Muslim no. 386)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa seseorang pernah berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya muadzin selalu mengungguli kami dalam pahala amalan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ucapkanlah sebagaimanadisebutkan oleh muadzin. Lalu jika sudah selesai kumandang adzan, berdoalah,maka akan diijabahi (dikabulkan).” (HR. Abu Daud no. 524 dan Ahmad 2: 172.Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Artinya, doasesudah adzan termasuk di antara doa yang diijabahi.
Baca doa ini selepas azan berkumandang agar kita meraih ampunan di sisi Allah Ta’ala:
“Siapa yang mengucapkansetelah mendengar azan: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lahwa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, radhitu billahi robbaa wa bi muhammadinrosulaa wa bil islami diinaa.
Artinya: aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku ridha sebagai Rabbku, Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai agamaku), maka dosanya akan diampuni.” (HR. Muslim no. 386).
“Doa antara azan dan iqamat tidak ditolak.” [HR. Abu Dawud no. 489]
Dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu,
Dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika muadzin mengucapkan, ‘Allaahu akbar, Allaahu akbar.’ Maka hendaklah salah seorang di antara kalian (juga) mengucapkan, ‘Allaahu akbar, Allaahu akbar.’ Kemudian jika muadzin mengucapkan, ‘Asyhadu allaa ilaaha illallaah.’
Maka ia mengucapkan, ‘Asyhadu allaa ilaaha illallaah.’ Kemudian jika muadzin mengucapkan, ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullaah.’ Maka ia mengucapkan, ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullaah.’ Kemudian jika muadzin mengucapkan, ‘Hayya ‘alash shalaah.’ Maka ia mengucapkan, ‘Laa haula walaa quwwata illaa billaah.’
Kemudian jika mu-adzin mengucapkan, ‘Hayya ‘alal falaah.’ Maka ia mengucapkan, ‘Laa haula walaa quwwata illaa billaah.’ Kemudian jika muadzin mengucapkan, ‘Allaahu akbar, Allaahu akbar.’ Maka ia mengucapkan, ‘Allaahu akbar, Allaahu akbar.’ Kemudian jika muadzin mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah.’ Maka ia mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah,’ dengan hati yang tulus, maka dia akan masuk Surga.”
Dari Abu Sya’tsa’, dia berkata,
“Kami pernah duduk-duduk di masjid bersama Abu Hurairah Radhiyallahuanhu maka mu-adzin pun mengumandangkan adzan. Lantas ada seorang laki-laki yangbangkit dan berjalan keluar masjid. Kemudian Abu Hurairah mengikutinya denganpandangannya hingga ia keluar masjid. Lalu Abu Hurairah berkata, ‘Orang initelah mendurhakai Abul Qasim (Nabi Muhammad). Shallallahu ‘alaihi wa sallam’”
Ucapan Nabi kepada Malik ibnul Huwairits dan teman-temannya :
“Apabila datang waktu shalat, hendaklah salah seorang dari kalian menyerukan adzan untuk kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533) Nabi tidak mengatakan, “Hendaklah orang lain yang mendengarnya mengikuti adzan tersebut.”
Seandainya menjawab adzan itu wajib niscaya Nabi n tidak akan menunda keterangannya dari waktu yang dibutuhkan. Karena, ketika itu beliau tengah memberikan pengajaran kepada Malik dan teman-temannya. (Fathu Dzil Jalali wal Ikram 2/195, Asy-Syarhul Mumti’, 2/82,83).
Bila terdengar adzan dari beberapa masjid maka adzan manakah yang kita jawab?
Hadits dalam masalah menjawab adzan menyebutkan secara mutlak, “Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang sedang diucapkan muadzin.” Tidak ada pembatasan muadzin yang pertama atau muadzin yang kesekian, atau muadzin di masjid yang dekat dengan rumah kalian.
Berarti menjawab adzan ini berlaku untuk semua adzan yang didengar. Misalnya muadzin di satu masjid adzan, kita menjawabnya sampai selesai adzan tersebut. Lalu terdengar adzan lagi dari masjid yang lain, kita jawab lagi sampai selesai. Demikian seterusnya. Akan tetapi bila adzan-adzan tersebut saling bersusulan (bersahut-sahutan) maka kita meneruskan untuk menjawab adzan yang pertama kali kita jawab sebelum terdengar adzan yang lain.
Namun bila ternyata adzan yang belakangan lebih keras dan lebih jelas sehingga adzan yang pertama kita dengar terkadang tertutupi (tidak terdengar), maka kita mengikuti adzan yang kedua. (Fathu Dzil Jalali wal Ikram, 2/198-199)
Hukum Berbicara Di Sela-Sela Menjawab Adzan
Tidak ada larangan berbicara di sela-sela menjawab adzan, namun lebih utama ia diam mendengarkan dan menjawabnya. Beda halnya bila ia sedang membaca Al-Qur’an, ia tidak boleh menjawab adzan di sela-sela bacaannya sehingga
tercampur antara suatu zikir yang bukan bagian dari Al-Qur’an dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Yang semestinya, ia menghentikan bacaan Al-Qur’annya untuk menjawab adzan. (Fatwa Asy-Syaikh Abdullah ibnu Abdirrahman t, seorang alim dari negeri Najd, Ad-Durarus Saniyyah fil Ajwibah An-Najdiyyah 4/213, 214).
Hadits Anas ibnu Malik z secara marfu’:
“Sesungguhnya doa di antara adzan dan iqamat tidak ditolak, maka berdoalah kalian.” (HR. Ahmad 3/155, berkata Al-Imam Al-Albani t: sanadnya shahih, perawinya rijal shahih selain perawi yang bernama Buraid ibnu Abi Maryam, ia disepakati ketsiqahannya. Ats-Tsamar 1/198) Saat yang demikian ini merupakan salah satu saat terkabulnya doa dan dibukanya pintu-pintu langit. (Al-Ikmal, 2/253)
Dibolehkan baginya untukmengangkat kedua tangannya ketika berdoa, karena mengangkat tangan ketikaberdoa adalah perkara yang diizinkan oleh syariat. Ketika berdoa, dia tidakmengeraskan suaranya. (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah, 6/91-92)
Adapun mengusap wajahketika selesai berdoa, sebagaimana dalam hadits Ibnu ‘Abbas c yang diriwayatkanoleh Ibnu Majah t: “Apabila engkauberdoa, maka berdoalah kepada Allah dengan kedua telapak tanganmu dan janganberdoa dengan punggung tanganmu. Lalu jika engkau telah selesai, usaplahwajahmu dengan kedua telapak tanganmu.”
Demikian yang dapatpenulis sampaikan, semoga dapat menjadi wawasan untuk diterapkan dalamkehidupan sehari hari, sampai juma di artikel berikutnya, terima kasih. []
Sumber Islamic Base