Agar Kampung Halaman Tidak Ditinggalkan Generasi Produktifnya, Wirausaha Harus Ditanamkan Sejak Dini
PURWOKERTO – Pendidikan wirausaha dinilai sangat penting diajarkan kepada para siswa sejak dini. Hal ini penting dilakukan dengan tujuan menjadikan sekolah sebagai penghasil wirausahawan tangguh yang mampu mandiri dan menciptakan lapangan kerja.
Ketiadaan upaya menanamkan wirausaha, disinyalir menjadi sebab berduyun-duyunnya generasi muda produktif meninggalkan kampung halaman, merantau mencari pekerjaan ke daerah lain yang tersedia lapangan kerja. Mereka merantau mencari kerja, bukan merantau membuka wirausaha.
“Pada masa mendatang orientasi untuk menjadikan sekolah sebagai penghasil wirausahawan tangguh harus terus diperkuat dan ditingkatkan,” kata Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Nanang Martono, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (26/12/2019).
Dosen Sosiologi Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed itu menambahkan, orientasi untuk menghasilkan lulusan yang merupakan seorang pemikir juga harus terus ditingkatkan.
Hal tersebut, kata dia, perlu didukung dengan memperkuat model pembelajaran yang berbasis mencari solusi terhadap suatu permasalahan atau problem solving.
“Untuk menghasilkan seorang pemikir, format pendidikannya sebenarnya dapat dimulai sejak tingkat sekolah dasar dengan mengenalkan siswa pada metode mencari solusi atau proses pembelajaran berbasis problem solving,” katanya.
Dengan metode tersebut, kata dia, siswa akan dipaksa untuk berpikir dan menganalisis guna menemukan jawaban-jawaban atas berbagai masalah yang telah diberikan.
“Metode ini akan memberikan dampak yang positif bagi siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang nantinya dihadapi,” katanya.
Dia menambahkan, pada masa mendatang kualitas sebuah program studi pada level perguruan tinggi jangan diukur hanya dari seberapa banyak lulusannya yang diterima bekerja.
“Menurut saya ini jelas tidak sejalan dengan visi pemerintah yang ingin membentuk lulusan perguruan tinggi yang diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja melalui wirausaha,” katanya.
Seharusnya, menurut dia, indikator kualitas sebuah program studi adalah keberhasilan menghasilkan lulusan yang menjadi wirausahawan.
“Jadi, pertanyaannya bukan berapa jumlah lulusan yang diterima kerja, namun berapa jumlah lulusannya yang menjadi wirausahawan,” katanya.
Selain itu, dia juga berharap upaya untuk memberikan pendidikan wirausaha sejak dini kepada para siswa diharapkan dapat lebih banyak mencetak lulusan yang menjadi wirausahawan. []