Agar keuangan tetap sehat setelah menikah
Selain menyatukan dua insan yang berbeda, menikah juga akan menyatukan dua keuangan menjadi satu. Ketika mengelola keuangan dua orang sekaligus, tentu harus ada penyesuaian agar kondisi keuangan tetap sehat.
Perencana keuangan Irshad Wicaksono Ma’ruf bilang, prioritas utama adalah mengelola arus kas dari penghasilan dan pengeluaran. Pasangan baru harus bisa berbagi tugas untuk itu.
“Misal, suami berperan untuk pengeluaran rutin bulanan dan investasi, sedangkan istri sebagai eksekutor yang membagi investasi (misal) untuk pendidikan anak, modal usaha, hari tua,” kata Irshad dikutip Tempo.
Irshad melanjutkan, agar kondisi keuangan sehat, persentase utang maksimal hanya 30% dari penghasilan. Di awal pernikahan, pasti ada cita-cita bersama dan biasanya terkait utang. Namun hati-hati, tetap jaga neraca keuangan keluarga dalam posisi sehat.
Maka, pasangan suami-istri harus rutin membuat daftar kewajiban dan lunasi utang terutama yang bertujuan konsumtif seperti kartu kredit, utang jalan-jalan bulan madu, dan lain-lain.
“Jika kalian menciptakan kebiasaan menjaga utang maksimal 30% dari penghasilan, lalu menabung di awal terima penghasilan minimal sebesar 10% dari penghasilan, keluarga akan sehat lahir batin dan begitu pula dengan keuangannya,” kata dia.
Selain itu, Anda tak pernah tahu kapan datang musibah seperti sakit atau keadaan darurat lain. Untuk itu, setelah kewajiban bulanan terpenuhi, alokasikan untuk dana darurat.
Besar dana darurat bila belum ada anak adalah enam kali penghasilan, bila sudah ada anak sebesar 12 kali penghasilan bulanan. []