December 4, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Agar Wirausaha yang Kita jalankan Berkah

5 min read

JAKARTA –  Berwirausaha, berdagang, atau memulai usaha sendiri, sangat dianjurkan dalam agama Islam. Nabi Muhammad SAW sendiri dulunya adalah seorang pedangang yang cerdas, jujur, dan amanah.

Dengan berdagang secara jujur dan ulet, seseorang bisa meraih kesuksesan dan rezeki yang berkah.

Rasulullah SAW menganjurkan agar seorang Muslim dapat berwirausaha. Nabi menilai aktivitas berwirausaha merupakan hal yang bermanfaat bagi orang banyak. Di samping berwirausaha, Nabi mengemban amanah untuk berdakwah dan mengembangkan ajaran Islam.

Kita sebagai umat Muslim, hendaknya mengikuti langkah Rasulullah dan menjadikannya suri tauladan dalam kehidupan.

Kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk berwirausaha di usia muda. Seiring berjalannya waktu, dengan berwirausaha kita akan merasakan hasilnya.

Tetapi, memang tidak mudah untuk mendapatkan hasil secara instant. Dalam berwirausaha pun, pasti ada kendala atau tantangan yang harus dihadapi.

Kita sebagai manusia, telah diberikan karunia berupa akal, panca indra, dan potensi. Maka, kita harus memaksimalkan semua yang telah Allah SWT beri dengan sebaik mungkin. Salah satunya untuk memaksimalkan diri dalam hal berwirausaha.

Melansir dari idntimes.com, salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dengan berdagang. Agar dagangan yang diperjual-belikan laris dan mendapatkan keberkahan, tentu saja tidak asal-asalan dalam berdagang.

Misalnya, penjual harus tetap bersikap ramah, dan sabar dalam menghadapi pembeli, atau customer agar mereka puas dan mau membeli barang dagangan yang diperjual-belikan.

Berikut ini sembilan etika dalam berdagang menurut Islam yang perlu dipahami agar dagangan yang dijual laris dan berkah.

 

  1. Dari segi barang yang diperjual-belikan, barang yang dijual adalah barang yang halal dan memiliki kualitas baik.

Menjual barang-barang haram, selain tidak akan berkah hasil jualannya tentu saja akan berdosa. Untuk itu, juallah barang-barang yang halal agar rezeki yang diperoleh menjadi berkah.

Selain halal, barang yang dijual juga harus memiliki kualitas yang bagus dan masih layak digunakan agar tidak merugikan orang lain. Menjual barang-barang dengan kualitas yang bagus akan membuat pembeli merasa puas.

Dengan puasnya para pembeli akan berdampak bagus terhadap barang dagangan yang diperjual-belikan. Sehingga, para pembeli menjadi langganan di toko tempat kita berjualan. Selain halal, berdagang juga harus menghindari riba.

 

  1. Tidak menjual barang yang cacat atau rusak

Menjual barang yang cacat atau rusak akan berdampak pada menurunnya tingkat pembelian. Selain itu, menjual barang yang cacat atau rusak juga tidak dianjurkan dalam agama Islam, karena merugikan pembelinya. Apabila menjual barang yang mengalami sedikit kerusakan, sebaiknya dijelaskan kerusakan seperti apa dan seberapa parah kerusakannya, agar pembeli tidak kecewa.

 

  1. Berdagang harus jujur

Sikap jujur dan transparan dalam berdagang penting untuk dilakukan. Seperti misalnya, jujur dan transparan dengan hasil timbangan agar para pembeli merasa puas dan yakin dengan berat barang yang mereka beli atau dijual. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Asy-Syu’ara ayat 181-183 yang artinya:

“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”

Jujur, memang terlihat sepele dan gampang untuk dilakukan, tetapi justru pada saat itulah iman seseorang akan diuji melalui sifat jujur saat berdagang. Untuk itu, sifat jujur perlu diterapkan dalam berdagang agar mengundang keberkahan.

 

  1. Tidak memberikan janji ataupun sumpah palsu dalam berdagang

Sebagai Muslim, sebaiknya jangan mudah untuk mengatakan atau mengobral sumpah dan janji. Karena akan mendatangkan kerugian pada diri kita sendiri berupa dosa apabila melanggar janji dan sumpah palsu yang diucapkan.

Mungkin sering kita dengar pada saat kita berada di pasar, ada pedagang yang dengan mudah mengatakan “sumpah ini barangnya berkualitas bagus atau ini barangnya paling murah.”

Nah, hal-hal seperti itulah yang sebaiknya dihindari, dalam berdagang agar menjadi berkah. Karena, sumpah dan janji akan menjadi tanggung jawab kita semuanya sampai di akhirat kelak.

 

  1. Murah hati

Salah satu trik dalam berdagang atau berbisnis adalah memberikan pelayanan yang terbaik untuk para pembelinya. Dengan pelayanan yang terbaik, pembeli akan merasa nyaman dan puas dalam berbelanja.

Melayani pembeli dengan sifat yang murah hati akan membuat mereka merasa dihargai. Seperti misalnya, dengan tersenyum atau seolah-olah memperlakukan pembeli seperti raja mereka akan merasa lebih senang. Untuk itu, bersikap baiklah kepada para pembeli agar barang dagangan menjadi laris dan berkah.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an potongan surah Al-A’raf ayat 56 :

“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

 

  1. Tidak saling menjatuhkan harga dengan pedagang lain

Banyaknya jumlah pedagang mendorong untuk bersaing antar pedang. Bersaing memang diperbolehkan, tetapi dengan cara-cara yang sehat dan tentu baik secara agama. Misalnya, dengan memperbaiki pelayanan kepada pembeli dan kualitas barang yang diperjual-belikan.

Cara bersaing dengan menjatuhkan harga dengan pedang lainnya tentu saja tidak dibenarkan, karena dapat mematikan usaha pedagang lainnya. Bersainglah dengan cara sehat dalam berdagang.

 

  1. Adil dalam berdagang

Adil dalam melayani pembeli, tidak membedakan antara pembeli satu dan lainnya. Sifat adil dengan pembeli juga merupakan salah satu bentuk pelayanan kepada pembeli agar pembeli merasa senang dan dihargai.

 

  1. Mencatat utang piutang

Manusia memiliki sifat pelupa, untuk itu sebaiknya pedagang ataupun pembeli mencatat utang piutang dalam jual beli. Mencatat utang piutang juga bisa menjadi solusi saat terjadi kesalahpahaman di antara dua pihak untuk menghindari tuduhan yang tidak benar.

 

  1. Mengeluarkan hak orang lain atau berzakat

Setiap harta atau rezeki yang kita miliki terdapat haknya orang lain yang harus kita berikan atau disebut dengan zakat perdagangan. Zakat yang dikeluarkan akan membawa keberkahan dan bisa menambah rezeki yang kita dapat. Zakat yang dikeluarkan tidak akan mengurangi harta yang kita miliki, tetapi zakat akan menjadi amal baik yang bernilai pahala untuk bekal di akhirat kelak.

Melansir dari Islampos.com, ada 5 tips dari Abul Layts as-Samarqandi agar usaha kita berkah:

 

1.Tidak mengakhirkan dan mengurangi sedikit pun kewajiban ibadah kepada Allah demi pekerjaan

Sesibuk-sibuk kita bekerja dan mengejar target, usahakan untuk minimal tidak meninggalkan salat tepat waktu. Meninggalkan salat wajib seolah sepele, tapi nyatanya dapat menghanguskan keberkahan usaha kita. Akibatnya, sebanyak apapun untung yang kita raup, tak pernah membuat kita puas dan bahagia.

 

  1. Tidak menyakiti pihak lain demi pekerjaan

Bagi kita yang harus menjalin relasi dengan banyak pihak, jangan sampai kita menyakiti dan merugikan mereka. Meski mungkin suatu saat kita merasa aman, tapi di saat yang lain kita pasti akan menyadari hal itu sangat merugikan dan menyisakan penyesalan.

 

  1. Usaha yang dikerjakan diniatkan untuk menjaga kehormatan diri dan keluarga, bukan menumpuk harta

Kadang, kemudahan-kemudahan yang Allah SWT berikan kepada kita dalam bekerja justru membuat kita lupa tujuan. Kita menjadi tamak, tak puas-puas, menimbun dan menghimpun kemewahan.

Padahal, tujuan mendasar dari bekerja adalah untuk menjaga kehormatan diri dan keluarga agar tidak meminta-minta dan menjadi beban orang lain, selain turut membantu memberikan hak sebagian mereka yang membutuhkannya.

 

  1. Tidak memaksakan diri bekerja di luar kemampuan

Kerja keras baik. Tetapi jika melampaui kemampuan dan kodrat, justru bisa fatal. Ingat, Allah tak pernah membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Malah, kita yang membuat over beban untuk diri kita sendiri. Ingat juga, bahwa sekeras apapun kita bekerja, belum tentu menambah takaran jatah rezeki kita yang telah ditentukan-Nya.

 

  1. Tidak meyakini bahwa rezekinya berasal dari usahanya, tapi berasal dari Allah Ta’ala

Ini soal akidah. Allah Ar-Razzaq, Maha Pemberi rezeki. Karena Allah-lah Maha Pemberi rezeki, maka kita tidak boleh merasa, meyakini dan mengklaim diri kita bisa mendatangkan rezeki sendiri. Pekerjaan kita hanyalah usaha, sebab dan perantara.

Bukan yang kuasa mendatangkan apa-apa. Karena Allah-lah Maha Pemberi rezeki, maka tak ada alasan bagi kita untuk pesimis dan berkecil hati saat usaha kita terbatas. Kita harus tetap optimis, husnuzan kepada Yang Maha Pemberi rezeki. Ingat, keterbatasan usaha kita selamanya tak akan membatasi Allah untuk mengaruniakan rezeki-Nya.  []

Advertisement
Advertisement