November 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Akibat Bersikap Sombong

2 min read

JAKARTA – Diantara kita boleh jadi secara sadar atau tidak sadar pernah membanggakan diri atas pencapaian yang telah diraih. Perbuatan yang dibenci Allah ini seringkali ditemui dari berbagai kalangan.

Pelajar bersikap sombong karena telah mendapatkan piala. Tetangga yang membanggakan anak-anaknya kepada tetangga yang lain. Pun para guru yang sombong karena naik pangkat.

Perbuatan yang telah diajarkan saat iblis enggan bersujud kepada Nabi Adam ini sangat jauh dari perangai mulia yang Allah cintai. Dalil-dalil tentang perintah Allah agar tidak menjadi manusia yang sombong telah tertulis dalam Al-Quran.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Luqman [31]: 18)

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 37)

Karena itu, setiap muslim tentu harus berusaha untuk membebaskan diri dari sifat tersebut, hingga kemudian akhirnya dapat menjadi bagian dari golongan-golongan yang dicintai Allah SWT. Caranya adalah senantiasa dengan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW.

Ali bin Abi Thalib menerangkan, “Jika Rasulullah berjalan, seakan-akan turun melalui tempat yang miring.” (HR. Tirmidzi dari Ali bin Abi Thalib).

Artinya, Rasulullah jika berjalan seperti meluncur. Cara berjalan seperti ini adalah menyatukan antara unsur kesemangatan, kekuatan, dan tawadhu’. Sedang untuk menyelamatkan diri dari berbangga diri adalah dengan menanamkan sikap tawadhu’ (merendahkan diri).

Rasulullah telah menegaskan, “Bertawadhulah kamu, sehingga tidak ada lagi orang yang membanggakan diri terhadap orang lain, dan tidak ada pula orang yang menganiaya terhadap orang lain.” (HR. Abu Dawud)

Tawadhu hanya bisa dilakukan apabila kita melupakan hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya rasa lebih tinggi, baik keturunan, kekayaan, kedudukan maupun ilmu pengetahuan.

Perilaku tawadhu’ ini termasuk golongan hamba-hamba Allah yang baik dan selalu dirindukan. Sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al-Furqan: 63,

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”

Tawadhu’ hanya bisa dilakukan ketika mengimplementasikan sikap zuhud. Dalam Al-Quran, Allah telah menegaskan,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (Q.S. Al-Hadid [57]: 20)

Adalah kurang ajar jika kita berjalan di bumi Allah dengan segala fasilitas yang telah disediakan Tuhan Yang Maha Esa. Sudah sepantasnya kita menanamkan nilai-nilai kebaikan agar jauh dari golongan yang dibenci Allah. Sombong hanya memberi kepuasan nafsu sesaat, namun dampaknya sungguh mengerikan karena akan dijauhi oleh Allah. Naudzubillah. []

Advertisement
Advertisement