Balasan bagi Orang yang Memutus Silaturahmi
JAKARTA – Silaturahmi adalah menjalin hubungan baik dengan kerabat dekat, sanak saudara yang masih memiliki hubungan darah. Menyambung silaturahmi merupakan salah satu amalan yang dapat mendekatkan diri ke surga.
Sebaliknya, memutuskan silaturahmi akan mendapat ganjaran yang keras. Dikutip Sindonews.com dari Kitab Tanbihul Ghafilin, Imam Abu Laits As-Samarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu. berkata: “Seorang Arab Badui menghadang Nabi Muhammad SAW dan memegang kendali untanya lalu berkata: “Ya Rasulullah, beritahu padaku apa yang dapat mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari api neraka?”
Lalu Baginda Nabi menjawab: “Sembahlah Allah Ta’ala dan jangan mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, dirikanlah sholat, keluarkan zakat dan sambunglah silaturahmi (hubungi kerabat).”
Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pada suatu petang hari Arafah kami bersama baginda Nabi tiba-tiba beliau bersabda: “Jangan duduk bersama kami siapa yang memutuskan hubungan kekeluargaan, supaya bangun dari tengah-tengah kami. Maka tidak ada orang kecuali seseorang di belakang baginda Nabi sendiri, tidak lama ia kembali maka ditanya oleh Rasulullah.
“Ada apa denganmu, tidak ada orang yang bangun kecuali engkau?” Jawabnya: “Ya Rasulullah, ketika saya mendengar sabdamu, saya segera pergi ke rumah makcikku yang memutuskan hubungan dengan aku, lalu dia bertanya: “Mengapa kau datang, ganjil sekali kedatanganmu ini?” Maka saya beritahukan apa yang saya dengar dari engkau, maka ia membaca istighfar untukku dan aku juga membaca istighfar untuknya.”
Nabi SAW bersabda: “Bagus, duduklah sekarang karena rahmat Allah tidak akan turun pada suatu kaum jika ada di antara mereka yang memutuskan hubungan kekeluargaan.”
Imam Abu Laits berkata: “Hadis ini menjadi dalil bahwa memutuskan silaturahmi adalah dosa besar, sebab dapat menolak rahmat baginya dan bagi orang-orang yang duduk bersamanya.”
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada perbuatan baik yang lebih cepat pahalanya daripada menghubungi keluarga dan tidak ada dosa yang layak disegerakan balasannya di dunia di samping mendapat siksa di akhirat seperti memutuskan hubungan kekeluargaan dan berlaku zalim aniaya.”
Sementara itu, Imam Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Amr bin Al’-Aash berkata: “Seorang datang kepada Baginda Nabi: “Ya Rasulullah, saya mempunyai keluarga yang saya hubungi tetapi mereka memutuskan hubungan kepadaku. Saya baik kepada mereka tetapi mereka zalim padaku dan saya membantu mereka dan mereka berbuat jahat padaku, apakah boleh saya membalas perbuatan mereka dengan perbuatan yang sama?”
Jawab Baginda Nabi: “Tidak, sebab jika kamu membalas mereka, maka engkau sama dengan mereka. Tetapi hendaknya engkau tetap mengambil cara yang lebih baik dan tetap menghubungi mereka, maka engkau akan mendapat pertolongan dari Allah selama engkau berbuat demikian.”
Melansir Republika.id, Allah dalam Al-Qur’an mengecam mereka yang memutus hubungan silaturahmi. Di antaranya, Allah berfirman, “Orang-orang yang merusakkan janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mengadakan kerusakan di bumi. Orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (neraka jahanam).” (QS Ar-Ra’d [13]: 25).
Selain itu, Allah juga memberikan ancaman keras sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surah Muhammad ayat 22-23. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang memutuskan tali kekeluargaan akan dilaknat Allah dengan dibuat tuli pendengarannya dan dibutakan penglihatannya. []