Banyak Perempuan Tak Menyadari Dirinya Dieksploitasi
MALANG – Praktek kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi terhadap perempuan, masih saja terjadi di tengah masyarakat. Angkanya cenderung terus meningkat setiap tahun.
Sayangnya, banyak perempuan yang justru tidak sadar dengan kondisi tersebut. Menyikapi permasalahan tersebut, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) komisariat Aufklarung Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar aksi untuk peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
Humas aksi, Misna Wati Dewi, menyampaikan, dari catatan tahunan 2018 yang dikeluarkan Komnas Perempuan, di ranah privat, kekerasan terhadap anak perempuan ada 2.227 kasus. Sedangkan angka kekerasan terhadap istri, berada di peringkat pertama yakni 5.167 kasus. Persentase kekerasan yang kerap dialami perempuan adalah, kekerasan fisik 41persen (3.982 kasus), kekerasan seksual 31 persen (2.979 kasus), kekerasan psikis 15 persen (1.404 kasus), dan kekerasan ekonomi 13 persen (1.244 kasus).
Selanjutnya, kekerasan di ranah publik mencapai angka 3.528 kasus, di mana kekerasan seksual menempati peringkat pertama sebanyak 76 persen (2.670 kasus), yang diikuti kekerasan fisik 13 persen (466 kasus) dan kekerasan psikis 6 persen (198 kasus), serta kategori khusus yakni traficking 5 persen (191 kasus) dan kasus pekerja migran 3 kasus.
Salah satu contoh tidak sadarnya perempuan menjadi korban eksploitas adalah, iklan produk kopi yang dibintangi penyanyi dangdut. Sang bintang iklan yang bernyanyi dengan goyangan erotis dan pakaian mini. Padahal antara produk kopi dengan wanita seksi tidak ada korelasi.
“Itu salah satu contoh ekploitasi, yang mana mereka memanfaatkan perempuan dengan menjual keseksiannya untuk meningkatkan popularitas produknya agar dikenal masyarakat. Sedangkan perempuan yang menjadi model itu sendiri tidak sadar kalau sedang di eksploitasi,” ungkapnya.
Untuk itu, menyikapi hari anti kekerasan terhadap perempuan, IMM komisariat Aufklarung, terus berupaya mempropaganda masyarakat, khususnya para perempuan, agar sadar bahwa sebenarnya banyak praktek kekerasan, diskriminasi maupun eksploitasi yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat.
“Aksi ini merupakan salah satu usaha kami untuk mempropaganda masyarakat disekitar UMM, agar para perempuan itu sadar, bahwa mereka sedang dieksploitasi,” tandasnya.
Dalam aksi tersebut, IMM komisariat Aufklarung Teknik UM menyatakan sikap, meminta penghentian segala bentuk aksi kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. [AN]