Beberapa Perilaku yang Menyebabkan Musibah dan Bencana
JAKARTA – Musibah adalah sesuatu yang tidak disenangi oleh jiwa. Padamnya lampu saat dibutuhkan penerangan adalah musibah, demikian Imam ar-Razy, dalam tafsirnya mengutip satu riwayat yang dinisbahkan kepada Rasulullah SAW.
Dikutip dari Kalam.sindonews.com, musibah dan bencana adalah salah satu sunnatullah. Tak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali atas izin Allah SWT. Di antara musibah yang terjadi, Allah menjadikan sebagai penggugur dosa bagi hamba-Nya dan ada juga yang jadi peringatan untuk diambil pelajaran.
Selanjutnya dengan merujuk kepada ayat-ayat Al-Qur’an, ditemukan aneka musibah yang dapat menimpa manusia pada diri, keluarga, harta jiwa, dan agamanya.
Dikutip dari Republika.co.id, Yang paling berat dari sekian musibah adalah yang menimpa keberagamaan seseorang. “Semua musibah ringan asal tidak menimpa agama.” Demikian ungkapan populer dalam literatur agama.
Dilansir dari Kalam.sindonews.com, Ustaz Rikza Maulan, Dai lulusan Al-Azhar Mesir mengatakan, sebagai manusia, kita perlu introspeksi diri atas setiap musibah dan bencana yang menimpa. Sebab, bisa jadi hal tersebut adalah karena perilaku kita yang mendatangkan murka dari Allah SWT.
Berikut beberapa perilaku yang disebutkan Al-Qur’an yang mengakibatkan bencana dan musibah:
- Karena mengingkari atau mendustakan ayat-ayat Allah SWT.
Padahal jika mereka beriman, Allah akan membukakan pintu-pintu keberkahan baik dari langit maupun dari bumi. Hal ini sebagaimana yang firman Allah SWT berikut:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)
- Karena adanya proses menyekutukan Allah dengan sesuatu (syirik).
Hal ini sebagaimana firman Allah:
“Dan mereka berkata: ”Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam: 88-92)
- Karena suatu kaum tidak mau memberikan peringatan kepada orang-orang zalim di antara mereka.
Berikut firman Allah:
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan (azab/bencana) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)
- Karena perbuatan zina dan riba yang dilakukan terang-terangan oleh suatu kaum.
Dalam hadis Rasulullah bersabda:
“Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Rasulullah bahwa beliau bersabda: ”Tidaklah suatu kaum mereka melakukan dengan terang-terangan berupa riba dan zina, melainkan halal bagi Allah untuk menimpakan azabnya kepada mereka.” (HR. Ahmad)
- Karena tingkah manusia yang merusak alam.
Hal ini sebagaimana yang Allah firmankan:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Dilansir dari Republika.co.id, Musibah-musibah yang dialamai boleh jadi merupakan:
1) Ujian bagi keimanan dan kesabaran seseorang. Ini merupakan keniscayaan dalam hidup (QS. Al-Ankabut: 2-3), boleh jadi juga;
2) Sebagai cara yang ditempuh Allah SWT guna pengampunan dosa (QS. Ali Imran 140-141). Nabi SAW bersabda: Tidak ditimpa seseorang duri dalam perjalanannya kecuali dihapus Allah dosanya.
3) Sebagai pembalasan atas kesalahan (QS. al-Ankabut 40),
4) Sebagai obat atas penyakit yang diderita (QS. al-Mukminun 75-76)
Selanjutnya Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa musibah terjadi akibat memperturutkan nafsu (QS. asy-Syura 30 dan Thaha 81), atau kebodohan manusia. Karena itu Allah memerintahkan manusia untuk selalu belajar.
Nabi SAW mengingatkan lewat sabdanya: ”Jadilah seorang cendekiawan, atau penuntut ilmu, atau pendengar ilmu yang baik, atau pencipta ilmu, dan jangan menjadi yang kelima (orang bodoh), karena jika demikian engkau akan celaka.”
Akhirnya perlu digaris bawahi bahwa ada musibah yang merupakan kebaikan bagi manusia. Pemilik perahu yang dibocorkan Nabi Musa adalah orang-orang miskin, pembocoran tersebut padahal tidak menyenangkan para pemilik itu musibah bagi mereka.
Namun, pada hakikatnya tidak demikian: Adapun perahu itu (yang saya bocorkan) maka ia adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan memberi aib (membocorkan sehingga nampak tidak sempurna) karena di hadapan mereka ada raja (penguasa) yang mengambil perahu-perahu (yang baik) secara paksa (QS. Al-Kahfi: 79). Mudah-mudahan musibah yang dihadapi bangsa kita adalah jenis musibah ini.
Mengenai hikmah musibah ini, Nabi Muhammad memberi kabar gembira bagi kaum muslim. Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah sesuatu menimpa seorang muslim, baik berupa rasa letih, rasa sakit, gelisah, sedih, gangguan, gundah gulana, bahkan duri yang menusuknya (adalah ujian baginya), melainkan dengan hal itu Allah akan mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim). []