April 28, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Belajar Dari Insiden Sekeluarga Tewas Di Palembang, Memendam Masalah Rumah Tangga Bisa Berujung Petaka

2 min read

Tragedi naas keluarga Fransiskus Xaverius (FX) Ong (45) membuat kerabat, tetangga, dan publik tercengang tak percaya. Bagaimana tidak? Aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Ong yang akhirnya bunuh diri memang menimbulkan banyak pertanyaan.

Ong nekat membunuh istri, Margaret, dan kedua anaknya. Lalu, berakhir dengan menembak kepala sendiri menggunakan senjata api jenis revolver.

Apa yang mendorong seorang suami dan ayah tega menghabisi keluarganya?

Psikolog, Nana Gerhana, M.Psi, dari Biro Psikologi Askara Pelangi, menduga bahwa pemicunya adalah depresi yang tidak tertangani.

Membunuh orang yang disayangi dan bunuh diri, kata Nana, tidak selalu dilakukan karena pelaku menderita gangguan jiwa atau gangguan kepribadian. Sebab, semua orang bisa mengalami depresi.

“Ketika seseorang memiliki masalah otomatis akan timbul stres. Kemudian, masalah tersebut jadi berlarut-larut hingga tak mampu diselesaikan dengan baik. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami depresi. Semua yang dipikirkan menjadi negatif, tidak mampu melawan balik, tidak menemukan solusi, dan akhirnya menyerah. Lalu, mempersiapkan diri untuk menuntaskan semuanya dengan cara bunuh diri,” jelas Nana seperti yang ditulis Berita.ID.

Profesi Ong sebagai seorang pengusaha, menurut dia, bisa menjadi salah satu pematik stres yang bergulir pada kondisi depresif.

“Dalam bisnis ada tekanan-tekanan yang tentu sangat besar, bagaimana mengembangkan perusahaan agar mampu bertahan, masalah utang, dan lainnya,” ujarnya.

Berdasarkan berita yang berkembang mengenai kematian keluarga Ong dari Palembang ini, Asisten Rumah Tangga (ART) mengatakan bahwa sang majikan diduga memiliki hubungan gelap.

“Cece (Margaret) sering buka HP Koko (FX Ong) dan pernah lihat ada wanita lain. Mamanya Cece, cerita ke orang lain sehingga sering ribut,” kata Sarah, ART, kepada Polda Sumatra Selatan, Rabu malam (24/10/2018) seperti dinukil Kompas.com

Perselingkuhan, kata Nana, memang bisa jadi menjadi sumber stres dan perpecahan pasangan suami istri.

Nana menambahkan, bisa jadi dalam diri Ong sebagai pelaku ada perasaan bersalah, perasaan takut kehilangan, tekanan dari istri dan selingkuhan, serta perasaan malu.

“Merasa tidak ada solusi dan masa depan yang baik mendorongnya untuk bunuh diri dan membunuh orang-orang yang dia sayangi,” jelasnya.

James Sexton, seorang pengacara perceraian dan juga penulis buku bertajuk If You’re in My Office, It’s Already Too Late, mengatakan kurangnya komunikasi antarpasangan juga bisa memicu pertengkaran secara terus menerus. Jika tidak diselesaikan dan ditangani tentunya dapat memicu perpisahan.

“Harus ada perbincangan mengenai melakukan perbincangan itu sendiri,” ujar Sexton.

Namun, budaya terbuka memiliki masalah rumahtangga bukan sebuah kebiasaan umum di Indonesia.

Kebanyakan justru pasangan suami istri menyimpan dan memendam rapat-rapat masalah perkawinan mereka. Tak sedikit masalah tersebut dibiarkan terendap sehingga menjadi duri dalam pernikahan.

Oleh karena itu, Nana merekomendasikan pada pasangan suami istri, apabila pernikahan mengalami guncangan segera lakukan komunikasi dan membicarakannya dengan pikiran terbuka untuk mendapatkan penyelesaian.

“Ketika mendeteksi ada yang tidak beres dalam rumahtangga sebaiknya segera selesaikan. Tidak membuat masalah berlarut-larut adalah kunci menyelesaikan masalah,” terangnya.

Dia juga merekomendasikan bahwa ketika pasangan suami istri tidak bisa menuntaskan masalah tersebut, lebih baik segera konsultasikan dengan orang terdekat dan para profesional.[]

Advertisement
Advertisement