Belum Bisa Kembali ke Hong Kong, Sriani Pilih Menyulam Jala
WONOGIRI – “Dulu saya niatnya hanya mau setahun saja di rumah, tapi baru beberapa bulan di rumah, pengiriman TKW tiba-tiba menjadi sulit dan bahkan sempat dihentikan. “ tutur Sriani, combatan Hong Kong warga Desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com pada Rabu (25/08/2021).
“Saya pulang bulan Maret 2020 kemarin. Lalu bulan Agustus, saya coba-coba mendaftar lagi ke PT di Madiun, tapi ternyata tutup. “ lanjutnya.
Mendapati kenyataan proses untuk kembali ke Hong Kong sulit dan kecil sekali peluangnya, akhirnya Sriani terpaksa bertahan ditengah sulitnya perekonomian karena terpaan pandemi.
“Waktu pulang, tabungan saya pas-pasan, sebab sebagian besar hasil kerja saya selama 6 tahun di Hong Kong sudah habis untuk membeli tanah dan memperbaiki rumah. Makanya waktu itu masih kepingin kembali lagi ke Hong Kong untuk menambah modal supaya nanti pas pulang seterusnya, pondasi ekonomi kami sudah kuat” lanjutnya.
Di Kampung halamannya, saat situasi normal, Sriani bersama suami berangan-angan ingin menjadi nelayan penangkap ikan yang punya kapal sendiri. Disamping itu, Sriani juga berkeinginan memiliki warung untuk jualan saat suami melaut menangkap ikan.
Cita-cita tersebut akan sulit terwujud, jika kondisi keduanya minim penghasilan. Suami Sriani hanyalah menjadi buruh nelayan yang ikut kapal orang dengan penghasilan yang dibawa pulang seringkali pas-pasan. Sedangkan Sriani berusaha bermain di dunia jual beli ikan dengan modal kecil-kecilan.
Harapan keduanya sempat mendapat angin segar, Sriani yang bekerja di Hong Kong selama 6 tahun telah dikelola dan diwujudkan pada sebidang tanah yang rencananya untuk didirikan rumah usaha serta memperbaiki rumah tempat tinggal mereka agar lebih layak dan sehat.
Untuk kehidupan sehari-hari, Narto, suami Sriani selama ditinggal ke Hong Kong telah mampu mencukupinya, termasuk untuk biaya sekolah kedua anaknya. Sehingga, hampir 100 persen hasil kerja Sriani dimaksimalkan untuk aset yang ada saat ini.
Memandang sebidang tanah kosong tersebut, Sriani semakin gelisah, hasrat ingin kembali bekerja ke Hong Kong kian meletup-letup. Sebuah kapal penangkap ikan serta bangunan toko atau warung terbayang dipelupuk matanya menjadi harapan akan masa depan.
“Entah kapan, kami bisa mewujudkan, semoga tahun ini saya mendapat jalan untuk kerja ke Hong Kong lagi” harap Sri.
Selama ini, dengan memanfaatkan apa yang ada, Sriani sehari-hari hanya bisa membantu suami bertanam sebisanya. Sebab hasil melaut tidak lagi seperti saat sebelum pandemi corona menjadi pandemi seluruh dunia.
“Jarang melaut, kalaupun melaut, hasilnya tidak seperti dulu. Yang penting tidak putus dengan dunia laut saja agar jika nanti sewaktu-waktu mendapat kesempatan dan peluang bagus tidak kaku” pungkas Sri.
Sriani, sejatinya hanyalah satu dari ribuan calon pekerja migran Indonesia yang saat ini karena pandemi terpaksa bertahan di kampung halaman dengan berbagai keterbatasan. Harapan mereka, tentu saja pandemi ini akan segera sirna, kemudian pintu bagi mereka untuk kembali ke negara penempatan segera menjadi kenyataan. []