December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Berawal Laris Layani Orderan PMI, Pedagang Pasar Bunder Sragen Ramai-Ramai Buka Lapak Online

2 min read

SRAGEN –  Pedagang di Pasar Bunder Sragen bertahan di tengah pandemi dengan berjualan online. Bahkan dagangannya kini laris dibeli sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) dari luar negeri.

Seorang pedagang Pasar Bunder Sragen, Kiki Karmiyasih, 23, memulai jualan online sejak awal-awal gemparnya COVID-19 di Sragen pada Februari-Maret lalu. Dagangannya cukup lengkap, seperti telur, bawang merah, bawang putih, kentang, dan bahan bumbu dapur lainnya.

Pedagang yang merupakan warga Sumengko, Sragen Tengah, Sragen, itu biasa mempromosikan dagangannya secara online, yakni lewat Facebook dan Whatsapp. Hal itu dilakukan karena pengunjung di Pasar Bunder turun drastis karena mereka takut berbelanja ke pasar.

“Responsnya ternyata banyak. Bahkan ada TKW di Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia yang pesan barang. Dari Facebook itu kemudian untuk transaksi beralih lewat Whatsapp. Para TKW itu berbelanja bukan untuk dikirim ke negara tempat mereka bekerja tetapi dikirim ke keluarga yang ada di Sragen. Belanjanya banyak bisa sampai Rp1,5 juta,” ujar Kiki, Jumat (23/10/2020) siang.

Sejak itulah sejumlah pedagang lainnya ikut berjualan secara online. Bahkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen memfasilitasi untuk membuat Pasar Online yang anggotanya juga para pedagang Pasar Bunder Sragen.

 

Ongkos Kirim

Saat mengirim barang di dalam Kota Sragen, pedagang di Pasar Bunder Sragen itu berani memasang ongkos kirim gratis untuk mengirim dagangan secara online. Tetapi bila pesanan agak jauh dari Kota Sragen, Kiki memasang tambahan ongkos kirim sampai Rp50.000.

“Untuk pembelian online yang bisa diantar minimal senilai Rp300.000/belanja,” katanya.

Pedagang lainnya, Warti, 34, asal Tamansari, Kroyo, Karangmalang, Sragen, juga memilih berjualan secara online sejak pengunjung Pasar Bunder turun karena Covid-19. Warti menyampaikan penghasilannya per bulan turun sampai 50%.

Sebelum Covid-19, Warti bisa mendapat penghasilan Rp10 juta per bulan, namun sejak ada Covid-19 penghasilannya turun dan tinggal Rp5 juta per bulan. Pedagang di Sragen itu akhirnya memilih berjualan online.

“Pelanggan yang datang turun sampai 60%. Selain itu omset anjlok itu karena tidak ada warga yang hajatan. Biasanya warga yang hajatan itu yang sering belanja dalam jumlah besar. Karena sepi pembeli kemudian ikut jualan online lewat Pasar Online,” ujarnya.

Warti menyampaikan jualan secara online juga tak begitu ramai. Ia cukup senang saat awal-awal jualan online ada order sampai 10 orang per hari. “Sekarang tinggal 3-4 order saja per hari. Belakangan terlihat mulai ada kenaikan pembeli,” kata dia. []

Sumber Solo Pos

Advertisement
Advertisement