Berbangga Diri Dengan Sesuatu yang Tidak Didapatkan Bagaikan Memakai Dua Baju Kedustaan

ApakabarOnline.com – Terkadang seseorang membanggakan sesuatu keutamaan pada dirinya, padahal itu bukan miliknya atau padahal pada hakekatnya ia tidak memiliki keutamaan tersebut. Orang seperti ini bagaikan menggunakan dua pakaian kedustaan.
Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:
“Ada seorang wanita, ia berkata: ‘Wahai Rasulullah, saya pernah mengatakan kepada orang lain, bahwa suami saya memberikan sesuatu kepada saya, padahal itu tidak pernah diberikan.’
Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Orang yang berbangga dengan sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan, bagaikan menggunakan dua pakaian kedustaan.’” [HR. Muslim no. 2129]
Dalam riwayat lain, dari Asma’ bintu Abi Bakar radhiallahu’anha, ia berkata:
“Ada seorang wanita, ia berkata: ‘Wahai Rasulullah, saya memiliki dharrah (madu dalam poligami). Apakah boleh bagi saya jika saya berbangga di depan dia, bahwa suami saya memberikan sesuatu kepada saya, padahal itu tidak pernah diberikan?’
Maka Rasulullah bersabda:’Orang yang berbangga dengan sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan, bagaikan menggunakan dua pakaian kedustaan.’” [HR. Al Bukhari no. 5219, Muslim no. 2130).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu taala menjelaskan:
“Perbuatan seperti ini akan menyakiti hati si madu. Demikian juga perbuatan ini termasuk berbangga yang akan menimbulkan sakit hati dan sombong. Orang yang berbangga akan sombong, dan lawan bicaranya akan sakit hati. Karena perbuatan ini termasuk mengganggu dan juga dusta. Maka tidak boleh seorang istri berbangga dengan sesuatu yang tidak pernah diberikan suaminya.” [Ta’liq Ibni Baz ‘ala Qira’ati Syaikh As Sadhan, hadis 5219]
Hadis di atas berlaku umum untuk semua orang yang berbangga terhadap sesuatu yang tidak ia miliki.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala menjelaskan:
“Al mutasyabbi’ adalah orang yang merasa kenyang, padahal ia tidak kenyang. Maknanya dalam hadis ini adalah, bahwa ia menampakkan telah mendapatkan suatu keutamaan, padahal sebenarnya itu tidak ia dapatkan. Dan maksud dari (memakai dua baju kedustaan) adalah ia memakai atribut kedustaan. Yaitu ia membohongi orang-orang dengan seolah-olah ia adalah orang yang ahli zuhud, ahli ilmu, dan orang kaya, agar orang-orang tertipu. Padahal sebenarnya tidak demikian.” [Syarah Riyadhis Shalihin, 6/185-186]
Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullahu ta’ala juga menjelaskan:
“ Sabda Nabi (memakai dua baju kedustaan) maksudnya perkataan dan perbuatannya dusta. Ia seolah-oleh disifati dengan dua sifat yang tercela. Dan seolah-olah ia memakai dua baju kedustaan, tidak hanya satu baju. Ini menunjukkan adanya tambahan dosa dan tambahan bahaya.” [Syarah Sunan Abi Daud, 255/13]
Wallahu a’lam. []