Berkali-Kali Terapkan Lockdown, Filipina Belum Berhasil kalahkan Corona, Kasus Baru Masih Tinggi
HONG KONG – Sampai mendapat gelar lockdown paling ketat di dunia, namun faktanya, pandemi COVID-19 di Filipina masih belum bisa diatasi.
Pembatasan aktivitas kembali diberlakukan di Filipina sejak tanggal 4 Agustus selama dua minggu setelah pakar kesehatan masyarakat memperingatkan bahwa sistem medis negara akan segera kewalahan. Sebelumnya Filipina juga sempat menerapkan lockdown dari 15 Maret sampai 1 Juni.
Mengutip South China Morning Post, Universitas Filipina memperkirakan jumlah pasien Covid-19 akan menyentuh angka 220.000 sebelum bulan Agustus berakhir. Situasi yang semakin buruk di Filipina ini bahkan sempat mendapat sorotan dari surat kabar Thailand, menyebut Filipina sebagai “negeri Covid-19”.
Pada 10 Agustus, sekretaris pemerintah dalam negeri dan daerah Eduardo Año, yang juga menjabat sebagai ketua satuan tugas penanganan pandemi, mengatakan pada ABS-CBN bahwa pemerintah masih mampu mengendalikan pandemi dan berharap jumlah kasus akan meningkat.
Pada hari Minggu lalu, Año mengumumkan bahwa dirinya positif Covid-19. Ini adalah yang kedua kalinya dalam enam bulan. Sebagai pemimpin satuan tugas, ia menyalahkan orang-orang Filipina yang masih bandel dan tidak mengikuti aturan lockdown yang diterapkan negara.
Ia juga menyatakan bahwa orang-orang sudah diberi kemudahan untuk melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing tanpa perlu datang ke fasilitas kesehatan.
Risa Hontiveros, politisi dari pihak oposisi, mengatakan bahwa sampai saat ini tidak ada strategi pemerintah yang berubah dalam upaya penanganan pandemi. Oleh sebab itu pandemi di Filipina tidak dapat diatasi dan penularan virus tidak akan melambat.
Hontiveros menilai serangkaian lockdown dan pengujian yang diterapkan sangat tidak efektif, membingungkan, dan tidak terkoordinasi dengan baik. Pejabat negara juga baru-baru ini mewajibkan penggunaan masker bagi masyrakat setelah jumlah kasus sangat tinggi. Keterlambatan respons ini juga dinilai memmbuat Filipina gagal menyikapi pandemi.
Pada bulan Februari lalu, Presiden Rodrigo Duterte dengan percaya diri mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja dan virus corona tidak perlu ditakuti. Sekarang, setelah korban terus meningkat, sang presiden mulai menerapkan kebijakan ketat dengan menangkap para pelanggar protokol kesehatan.
Bahkan ia juga mengatakan bahwa langkah itu terpaksa dilakukan karena negara mulai kehabisan uang untuk merawat para korban. Presiden Duterte diperkirakan akan segera mengumumkan kebijakan baru pada hari Selasa ini setelah menaruh harapanya pada vaksin buatan China atau Rusia yang mungkin baru bisa tersedia pada bulan Desember. []