Bikin Anak Majikan Ketumpahan Air Panas, Seorang PRT Asing Diganjar Pidana Kurungan
HONG KONG – Nasib naas dialami oleh seorang PRT asing berusia 44 tahun asal Filipina yang jobnya menjaga balita di Hong Kong. Meskipun tidak memiliki niat jahat, terlebih niat mencelakai balita momongannya, namun karena dianggap lalai, PRT asing tersebut akhirnya terjerat pasal yang mempidanakannya.
Terungkap di persidangan pengadilan Shatin kemarin (28/10/2025), peristiwa tersebut bermula saat pelaku yang sedang beraktivitas seperti biasanya lengah, hingga balita berusia satu tahun yang dijaganya tiba tiba menarik kabel pemanas nasi dan mengakibatkan air panas dalam mangkuk pemanas tumpah mengenai tubuh mereka berdua pada 3 Maret 2025 silam di Kwong Sin Road, Sha Tin.
Balita laki-laki itu menderita luka bakar tingkat dua superfisial di tangan kanan dan kaki kirinya, serta luka bakar tingkat dua yang lebih dalam di lengan bawah kanannya, sehingga memerlukan cangkok kulit menggunakan dermis buatan. Sedangkan PRT asing tersebut mengalami luka ringan.
Tak lama berselang, PRT asing tersebut ditangkap dan ditahan aparat didakwa melakukan penganiayaan atau penelantaran terhadap anak yang menjadi tanggung jawabnya.
Setelah persidangan, hakim memutuskan bahwa cedera yang dialami anak balita tersebut serius dan hukuman penjara tidak dapat dihindari.
Meskipun telah mengakui dan tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya dan kecil kemungkinannya untuk mengulangi kejahatannya, terutama karena ia kemungkinan tidak akan terus bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Hong Kong, pengadilan memulai dengan hukuman penjara delapan minggu dan menguranginya satu minggu.
Hakim mencatat bahwa kasus penelantaran anak yang serupa sering kali melibatkan tindakan menyakiti yang disengaja, tetapi tingkat keparahan cedera balita dalam kasus ini memerlukan hukuman penjara.
Penasihat hukum terdakwa berpendapat tidak bermaksud menyakiti anak tersebut dan bahwa insiden tersebut bermula dari kecerobohan saat memberikan perawatan rutin.
Mereka mengutip preseden yang menyarankan hukuman non-penjara karena kelalaian dan menyoroti bahwa terdakwa telah kehilangan pekerjaannya, menderita cedera, dan menghabiskan dua minggu dalam tahanan sebagai hukuman yang cukup.
Namun, pengadilan tetap berpendapat bahwa cedera serius yang dialami anak tersebut membenarkan hukuman penjara. []
