March 31, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Bolehkah Pasrah Dengan Takdir Tanpa Melakukan Ikhtiar Apapun ?

2 min read

ApakabarOnline.com – Sebagaimana termaktub dalam rukun iman, keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.  Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.

Allah SWT telah mengatur takdir setiap makhluknya. Rezeki, jodoh, maut semuanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Tak akan ada satupun makhluk yang bisa mengubah takdir dari-Nya. karena itu tak perlu kita mengeluh atau melayangkan ‘protes’ kepada Allah SWT ketika hidup tak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, ya sudah, kita tinggal bertawakal karena Allah SWT yang Maha Menentukan. Jika hasil dari apa yang kita kerjakan dapat segitu, ya sudah. Tak usah berencana ingin jadi kaya. Jadi kaya tetap begitu-begitu juga. Kalaupun usaha gagal, hanya bikin hidup tambah susah.

Kalau sudah memang kematian menjemput, ya mau apa lagi. Bukankah kita sudah berusaha maksimal, semuanya sudah ditakdirkan. Dan kita sudah berobat. Dokterpun kalau pasiennya meninggal setelah mengalami penanganan medis darinya akan secara dramatis bilang: “Sudah takdir. Kami sudah maksimal menanganinya.”

Hidup kita itu jangan terlalu dibikin repot. Semuanya sudah digariskan, jadi kita tidak usah repot-repot menggariskan kembali kehidupan yang sudah digariskan. Kita hanya diwajibkan untuk selalu berusaha. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka,” (QS. Ar Raad : 11).

Semua gambaran di atas hanya deskripsi kasar bahwa kita seolah menyerah pada nasib. Ada perbedaan besar antara nasib dan takdir. Kita tidak mungkin melawan takdir, tapi kita bisa mengubah nasib kita.

Keputusasaan, kemauan yang lemah, jiwa pecundang. Syaitan menyukainya. Sebab dengan begitu mereka tidak banyak mengubah hidupnya. Merasa benar bertedeng pada kata-kata kita sudah maksimal melakukannya. Sadarkah kita maksimal adalah barometer angka atau capaian yang sudah ada tingkatan terendahnya dan tertingginya? Minimal di angka tiga dan maksimal di angka delapan. Minimal tidak minta-minta, maksimal tidak menyusahkan orang.

Coba kita optimalkan kemampuan kita. Sebab optimalisasi tidak ada batasan maksimal. Dia akan terus bertambah seiring bertambahnya kemampuan.

Allah SWT tidak akan mengubah kita kecuali kita mengubahnya sendiri. Itu keniscayaan. Allah SWT punya rencana buat kita tapi kita pun harus punya rencana buat diri kita sendiri. Wallahualam. []

Advertisement
Advertisement