Bonus Demografi Peluang Bagi PMI di Negara yang Alami Aging Population Tinggi
JAKARTA – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) gelar Sosialisasi Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di Bekasi pada Jumat (19/7/2024). Kegiatan yang terlaksana atas Kerjasama BP2MI dan Migrant Watch ini dihadiri langsung oleh Sekretaris Utama BP2MI, Rinardi, yang juga sebagai narasumber pada Sosialiasasi ini, mewakili Benny Rhamdani, Kepala BP2MI yang berhalangan hadir.
Dihadapan 200 peserta yang seluruhnya adalah Mahasiswa Institut Bisnis Muhammadiyah Bekasi, Rinardi menjelaskan tugas BP2MI memastikan para Pekerja Migran Indonesia terlindungi dari sebelum berangkat, saat di negara penempatan mereka bekerja, sampai setelah pulang ke Tanah Air.
“Kita angkat Pekerja Migran Indonesia dari sebelumnya istilahnya TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Para PMI ini menyumbang 227 Triliun untuk negara dalam wujud devisa. Harus kita lindungi.” Tegasnya.
Rinardi melanjutkan, PMI dulu tidak dihargai, berangkat tidak diketahui dari mana, pulang tinggal nama, dan banyak yang jadi korban TPPO. “Namun saat ini, kita jadikan Pekerja Migran Indonesia sebagai VVIP, kita berikan Fasilitas yang layak.”
Rinardi juga menjelaskan kepada para mahasiswa yang hadir tentang negara Indonesia yang memiliki bonus demografi. Menurutnya dengan hal ini, seharusnya menjadi peluang yang bagus jika dikelola dengan baik. “Usia produktif lebih besar dari usia nonproduktif . Tapi kalau tidak di dengan baik, bonus demografi akan sia sia.”
Indonesia, lanjut Rinardi, banyak peluang mengirimkan Pekerja Migran keluar negeri, tapi kita harus siap. Tidak bisa semua bertumpu ke BP2MI. Ada Kemnaker, Kemenlu, BPJS dan sebagainya. Kalau rakyat di dalam negeri tidak bisa mendapat kerja, pemerintah harus memfasilitasi.
“Juga ada beberapa negara yang mengalami aging population. Hal ini terjadi karena masyarakat di negara tersebut enggan menikah atau enggan memiliki keturunan. Banyak negara maju yang SD, SMP, sampai SMAnya tutup, karena ga ada yang daftar. Dengan begitu ekonominya hancur. Ini juga menjadi peluang Indonesia untuk mengirimkan Para Pekerja Migran.”
Rinardi berpesan kepada para mahasiswa agar mempersiapkan diri untuk masa depannya. “Sebelum lulus, adik-adik harus mempersiapkan, apakah lanjut pendidikan atau bekerja. Jika bekerja, perlu disiapkan juga kompetensinya.”
Rektor IBM, Jaenudin, yang juga hadir sebagai narasumber berharap sosialisasi ini berdampak positif untuk para mahasiswanya. “Saya harapakan sosialsisisai ini membuka wawasan mahasiswa. Sehingga tujuan lulusnya tidak lagi kerja di Cikarang, tapi kerja diuar negeri. Di Cikarang gajinya standar UMR rupiah. Kalau diluar UMRnya besar.
Tapi, lanjut Jaenudin, ada syaratnya untuk kerja diluar, nah BP2MI ini berikan regulasi agar PMI dapat terjamin Kesehatan, keselamatannya.
“Mau jadi orang sukses? Satu modalnya, kuasai Bahasa asing. Dengan kuasai Bahasa asing, akan banyak peluang terbuka diluar sana. Dan itulah salah satu syarat untuk menjadi Pekerja Migran Indonesia.” Ungkapnya.
Direktur Migrant Watch, Aznil Tan menjelaskan, kesedihan yang tergambar pada Pekerja Migran Indonesia adalah pekerja lowskill dan yang tidak dengan jalur prosedural. Aznil mengatakan saat ini Indonesia harus berfikir bagaimana cara merebut peluang kerja luar negeri terutama sektor formal.
“Di Indonesia ini lapangan kerja kecil. Ada lowongan dengan gaji dibawah UMR tapi antrian panjang. Kenapa bisa seperti itu? Jika melihat dari sisi lapangan pekerjaan sulit seperti ini, akan menjadi indoensia cemas 2045.” Kata Aznil.
Aznil juga menjelaskan skema penempatan ke luar negeri kepada para peserta Sosialisasi yang antusias mendengarkan materi paparan. “Ada banyak cara bekerja keluar negeri. G to G, P to P, G to P, Mandiri dan UKPS. Dan semua ini dapat dengan mudah dilakukan. Jadilah Pekerja Migran yang sesuai prosedur.”
Turut hadir dalam kegiatan, Praktisi Hukum, Dosen, sekaligus Staf Ahli Watimpres, Dr. Triana Dewi Seroja, SH, M.Hum. []