April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Butuh Pemahaman Supaya Tidak Saling Tuduh Majikan Pelit atau PRT “Kikrik” Makan

2 min read

HONG KONG – Ketiadaan komunikasi dan ketiadaan pemahaman antara majikan dengan PRT Asing yang bekerja di rumah tangga Hong Kong atau sebaliknya, acapkali memicu pelbagai persoalan, yang sebenarnya sepele, namun bisa menjadi bertele-tele. Urusan menu makanan misalnya.

Sebuah jurnal yang publikasikan oleh Caritas Community Development Service (CCDCS) menyebutkan, banyak majikan di Hong kong yang tidak memahami budaya makan asal dari daerah asal PRT yang bekerja pada mereka. Hal ini mempengaruhi bagaimana majikan melaksanakan salah satu kewajiban mereka terhadap PRTnya, yaitu memberi makan gratis atau memberi uang makan jika tidak menyediakan makanan gratis di rumah.

Seorang calon PRT sebelum sampai di rumah majikan, sejak di penampungan sudah diberi pengetahuan perihal budaha termasuk salah satunya budaya makan negara tujuan. Namun, sebaliknya, tidak demikian dengan keluarga majikan. Mereka, tanpa berinisiatif mencari tahu atau mencari informasi, tidak akan ada yang memberi pemahaman tentang budaya asal PRT yang bekerja pada mereka.

Meski sudah berlangsung sejak bertahun-tahun lamanya, perselisihan paham berbasih pemahaman budaya ini masih saja terjadi hingga sekarang.

CCDCS menyatakan, banyak majikan yang menuduh PRTnya “kikrik” lantaran tidak mau memakan daging bagi. Atau banyak majikan yang panik saat mengetahui PRT yang bekerja di rumahnya selama sebulan berpuasa di siang hari. Mereka mengkhawatirkan PRTnya akan sakit karena tidak makan.

Lebih parah lagi, banyak keluarga di Hong Kong yang budayanya tidak memakan nasi saat sarapan pagi, atau saat mnakan siang, bahkan makan malam. Sedangkan PRT asing yang mayoritas berasal dari Indonesia, Filipina, Vietnam serta negara asia lainnya, memiliki budaya memakan nasi sebagai makanan pokok tiga kali sehari.

Tentu kondisi demikian jika tidak disikapi dengan penuh pemahaman dan tidak dikomunikasikan dengan baik, akan menjadi pangkal keluarnya tuduhan “majikanku pelit untuk urusan makan aku tidak pernah dikasih nasi” atau sebaliknya, kalangan majikan menjadi rawan memiliki anggapan “PRTku rewel, urusan makan saja milih milih, tidak mau makan apa yang ada dan tersedia”.

Perselisihan paham dalam hal makan dan makanan, dampaknya tidak sesederhana kenyang atau lapar. Lebih jauh, lembaga ini menyorot, kesehatan fisik dan mental akan mempengaruhi kinerja PRT dan kepuasan majikan atas kinerja PRT asing yang bekerja padanya.

Yuk, dari sekarang membangun komunikasi yang baik dengan majikan, untuk meminimalkan perselisihan paham soal makanan. [Asa]

Advertisement
Advertisement