Cerita WNI yang Terjebak Pusaran Aksi Masa Warga Hong Kong Tolak RUU Ekstradisi
HONG KONG – Situasi memang darurat. Terlebih lagi jika beraktifitas di luar ruangan, di jalanan, tentu akan kesulitan memantau update suasana dinamika di lokasi aksi masa menentang RUU Ekstradisi yang dilakukan oleh ratusan ribu bahkan dikabarkan tembus lebih dari satu juta manusia.
Ada cerita humanis yang kami dapatkan, dari mereka yang dengan terpaksa harus menerobos pusaran aksi masa warga Hong Kong karena tidak ada pilihan lain.
Cerita pertama, adalah jurnalis ApakabarOnline sendiri saat sampai di exit MTR Admiralty sekira jam 16:45 kemarin (12/06/2019) mendapati suasana sangat padat. Butuh waktu hingga beberapa menit untuk bisa keluar melalui exit D.
“Begitu keluar dari exit D, saya merasakan atmosfer yang begitu mencekam. Mata langsung pedas. Suasana carut marut. Suara dar…der…dor…bersusulan. Asap mengepul. Demonstran berhamburan, terpecah belah.” tutur Yuni Sze.
Derap langkah pasukan anti huru-hara beserta tameng pelindung yang mereka hentakkan ke lantai membuat suasana makin mencekam.
“Dari sebelah kanan saya, mereka menyisir area jembatan layang di United Centre. Tembakan Gas air mata, semprotan bubuk merica membuat mata ini pedih. Berair. Keadaan sangat kacau. ” lanjutnya.
Aksi protes di Hong Kong berubah menjadi kekerasan. Beberapa kali Yuni melihat polisi mengarahkan senjatanya ke arah demonstran meski mereka tak memiliki peralatan apapun.
“Mereka bentrok dengan aparat. Nampak beberapa anggota Legislatif yang berada ditengah masyarakat.” pungkasnya.
Kondisi serupa juga dialami oleh Heribertus Hadiarto atau yang akrab disapa dengan Romo Heri.
Romo Heri mengatakan bahwa ia terkena tembakan gas air mata ketika kepolisian sedang berupaya membubarkan massa yang kian ramai di depan gedung Dewan Legislatif, di mana unjuk rasa berpusat.
“Semakin banyak orang. Polisi sempat siram gas air mata. Saya kena sedikit,” ujar Heri kepada CNNIndonesia.com.
menurutnya, polisi sudah melepaskan setidaknya dua tembakan gas air mata. Ketika situasi mulai tidak kondusif, Heri pun keluar dari kerumunan dan berlindung di stasiun kereta di depan gedung Dewan Legislatif.
Berprofesi sebagai romo gereja Katolik di Hong Kong, Heri awalnya datang ke lokasi demonstrasi bersama ratusan umatnya setelah mengadakan misa bersama pada Rabu pagi.
“Kita seluruh umat Katolik Hong Kong berdoa di gereja Our Lady of Mount Carmel. Ada ratusan umat datang. Misa dipimpin langsung oleh kardinal dengan uskup juga hadir. Setelah berdoa, saya dengan umat ke sini,” katanya. []