Dahsyatnya Gempa Bumi yang Mengguncang Maroko, Lebih dari Dua Ribu Nyawa Meninggal Dunia, Ribuan Orang Terluka, dan Lebih dari Seribu Orang Dalam Keadan Kritis
JAKARTA – Orang-orang di Maroko tidur di jalan-jalan Marrakesh selama tiga malam berturut-turut, ketika tentara dan tim bantuan internasional yang mempergunakan truk dan helikopter, mulai menyebar ke kota-kota pegunungan terpencil yang paling parah dilanda gempa bersejarah.
Bencana tersebut menewaskan lebih dari 2.100 orang-jumlah ini diperkirakan terus meningkat-dan PBB memperkirakan 300.000 orang terkena dampak gempa berkekuatan 6,8 skala richter yang terjadi pada Jumat (08/09/2023) malam.
Di tengah tawaran dari beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Prancis, para pejabat Maroko mengatakan pada Minggu (10/09/2023), bahwa mereka hanya menerima bantuan internasional dari empat negara: Spanyol, Qatar, Inggris dan Uni Emirat Arab.
“Pihak berwenang Maroko telah secara hati-hati menilai kebutuhan di lapangan, mengingat kurangnya koordinasi dalam kasus-kasus seperti itu akan menjadi kontraproduktif,” kata Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan.
Sementara beberapa tim pencarian dan penyelamatan asing tiba pada Minggu, ketika gempa susulan mengguncang warga Maroko yang sudah berduka. Tim bantuan lain yang siap dikerahkan masih menunggu pemerintah secara resmi meminta bantuan.
“Kami tahu ada urgensi besar untuk menyelamatkan orang-orang dan menggali di bawah sisa-sisa bangunan,” kata Arnaud Fraisse, pendiri Rescuers Without Borders, yang timnya terjebak di Paris menunggu lampu hijau. “Ada banyak orang yang sekarat di bawah reruntuhan, dan kami tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkan mereka.”
Bantuan yang lambat tiba di Amizmiz, di mana sebagian besar rumah batu bata oranye dan merah yang diukir di lereng gunung tampaknya hilang. Bahkan, menara masjid telah runtuh.
“Ini adalah bencana,” kata Salah Ancheu, 28, seorang warga desa. “Kami tidak tahu bagaimana masa depan. Bantuannya masih belum mencukupi.”
Warga menyapu puing-puing dari jalan utama menuju kota dan masyarakat bersorak ketika truk penuh tentara tiba. Namun mereka memohon bantuan lebih lanjut.
“Tidak ada ambulans, tidak ada polisi, setidaknya untuk saat ini,” kata Ancheu, berbicara tentang banyak wilayah di wilayah tersebut pada Minggu pagi.
Mereka yang kehilangan tempat tinggal-atau takut akan terjadi gempa susulan lagi-tidur di luar pada Sabtu (09/09/2023) di jalan-jalan kota kuno Marrakesh atau di bawah kanopi darurat di kota-kota the High Atlas yang terkena dampak paling parah seperti Moulay Brahim.
Baik di sana maupun di Amizmiz, warga paling khawatir dengan kerusakan yang terjadi di komunitas yang sulit dijangkau. Kerusakan terparah terjadi di masyarakat pedesaan yang bergantung pada jalan tak beraspal yang melintasi daerah pegunungan yang tertutup bebatuan.
Menurut Survei Geologi AS, daerah tersebut kembali diguncang pada Minggu dengan gempa susulan berkekuatan 3,9 skala Richter. Belum jelas apakah gempa tersebut menyebabkan lebih banyak kerusakan atau korban jiwa. Namun gempa tersebut mungkin cukup kuat untuk menggetarkan wilayah di mana kerusakan telah menyebabkan bangunan tidak stabil dan warga khawatir akan terjadi gempa susulan.
Di wilayah di mana banyak orang membangun batu bata dari lumpur, gempa bumi yang terjadi pada Jumat merobohkan bangunan yang tidak cukup kuat untuk menahan gempa dahsyat tersebut, menjebak orang-orang di dalam reruntuhan, dan membuat orang lain melarikan diri karena ketakutan. Kementerian Dalam Negeri melaporkan, sebanyak 2.122 orang dipastikan tewas dan sedikitnya 2.421 lainnya luka-luka-1.404 di antaranya kritis.
Kata kementerian itu, sebagian besar korban tewas-1.351-berada di distrik Al Haouz di Pegunungan the High Atlas,
Bendera diturunkan di seluruh Maroko, ketika Raja Mohammed VI memerintahkan tiga hari berkabung nasional mulai Minggu. Tentara memobilisasi tim pencarian dan penyelamatan, dan raja memerintahkan air, jatah makanan, dan tempat berlindung dikirimkan kepada mereka yang kehilangan rumah.
Raja juga menyerukan masjid-masjid untuk mengadakan salat Ghaib pada Minggu bagi para korban, banyak di antara mereka yang dimakamkan pada Sabtu di tengah hiruk pikuk upaya penyelamatan di dekatnya.
Meskipun untuk pertama kalinya pada Minggu, pemerintah Maroko menyatakan akan menerima bantuan dari empat negara, tetapi Maroko belum mengajukan permohonan bantuan internasional seperti yang dilakukan Turki beberapa jam setelah gempa besar awal tahun ini.
Tawaran bantuan mengalir dari seluruh dunia, dan PBB mengatakan pihaknya memiliki tim di Maroko yang mengoordinasikan dukungan internasional. Sekitar 100 tim yang terdiri dari total 3.500 penyelamat terdaftar di platform PBB dan siap dikerahkan di Maroko jika diminta, kata Rescuers Without Borders. Kantor berita dpa melaporkan, Jerman memiliki tim yang terdiri lebih dari 50 penyelamat yang menunggu di dekat Bandara Cologne-Bonn tetapi kemudian memulangkan mereka kembali karena tidak adanya permintaan dari Maroko.
Menurut unit militer darurat Spanyol, tim pencarian dan penyelamatan Spanyol tiba di Marrakesh dan menuju ke pedesaan Talat N’Yaaqoub. Menteri Luar Negeri Spanyol José Manuel Albares mengatakan, dalam sebuah wawancara radio bahwa pihak berwenang Maroko meminta bantuan. Tim penyelamat lainnya dari Nice, Prancis, juga sedang dalam perjalanan.
Para pejabat di Republik Ceko sebelumnya mengatakan negara tersebut mengirimkan sekitar 70 anggota tim penyelamat yang terlatih untuk mencari reruntuhan setelah menerima permintaan resmi dari pemerintah Maroko. Menteri Pertahanan Ceko Jana Cernochova mengatakan, tiga pesawat militer disiapkan untuk mengangkut tim tersebut.
Di Prancis, yang memiliki banyak hubungan dengan Maroko dan mengatakan empat warganya tewas dalam gempa tersebut, kota-kota besar telah menawarkan bantuan lebih dari 2 juta euro ($2,1 juta).
Pusat gempa pada Jumat itu berada di dekat kota Ighil di Provinsi Al Haouz, sekitar 70 kilometer (44 mil) selatan Marrakesh. Wilayah ini terkenal dengan desa-desa dan lembah-lembah indah yang terletak di Pegunungan the High Atlas.
Kehancuran melanda setiap kota di sepanjang jalan setapak yang curam dan berkelok-kelok di High Atlas, dengan rumah-rumah hancur dan orang-orang menangis ketika anak-anak lelaki dan polisi yang mengenakan helm membawa orang mati melalui jalan.
“Saya tertidur saat gempa terjadi. Saya tidak dapat melarikan diri karena atapnya menimpa saya. Saya terjebak. Saya diselamatkan oleh tetangga yang membersihkan puing-puing dengan tangan kosong,” kata Fatna Bechar di Moulay Brahim. “Sekarang, saya tinggal bersama mereka di rumah mereka karena rumah saya hancur total.”
Hanya ada sedikit waktu untuk berkabung ketika para penyintas berusaha menyelamatkan apa pun dari rumah-rumah yang rusak.
Wajah Khadija Fairouje sembab karena menangis saat dia bergabung dengan kerabat dan tetangganya yang mengangkut harta benda di jalan-jalan yang dipenuhi batu. Dia kehilangan putri dan tiga cucunya yang berusia 4 hingga 11 tahun ketika rumah mereka runtuh saat mereka sedang tidur kurang dari 48 jam sebelumnya.
“Tidak ada yang tersisa. Semuanya jatuh,” kata adiknya, Hafida Fairouje.
Yayasan Solidaritas Mohammed V mengoordinasikan bantuan untuk sekitar 15.000 keluarga di provinsi Al Haouz, termasuk makanan, bantuan medis, perumahan darurat dan selimut. Kantor berita negara MAP mengutip ketua organisasi tersebut Youssef Rabouli, setelah dia mengunjungi wilayah tersebut.
Tim penyelamat yang didukung oleh tentara dan polisi mencari rumah-rumah yang runtuh di kota terpencil Adassil, dekat pusat gempa. Kendaraan militer membawa buldoser dan peralatan lainnya untuk membersihkan jalan, lapor MAP. Ambulans membawa puluhan orang yang terluka dari desa Tikht, berpenduduk 800 orang, ke Rumah Sakit Universitas Mohammed VI di Marrakesh.
Di Marrakesh, bongkahan besar hilang dari atap yang terbuat dari kayu, dan hanya logam yang melengkung, beton yang hancur, dan debu yang tersisa dari sebuah bangunan yang ditutup oleh polisi.
Wisatawan dan warga antre untuk mendonorkan darah.
“Saya bahkan tidak memikirkannya dua kali,” kata Jalila Guerina kepada The Associated Press, “terutama dalam kondisi di mana orang-orang sekarat, terutama pada saat mereka membutuhkan pertolongan, bantuan apa pun.” Dia mencontohkan tugasnya sebagai warga negara Maroko.
Gempa tersebut berkekuatan awal 6,8 ketika terjadi pada pukul 23:11, berlangsung beberapa detik, kata USGS. Gempa susulan berkekuatan 4,9 terjadi 19 menit kemudian. Tabrakan lempeng tektonik Afrika dan Eurasia terjadi pada kedalaman yang relatif dangkal, sehingga gempa menjadi lebih berbahaya.
Berdasarkan catatan USGS, gempa tersebut merupakan gempa bumi terkuat yang melanda negara Afrika Utara tersebut dalam lebih dari 120 tahun, namun gempa tersebut bukanlah yang paling mematikan. Pada 1960, gempa berkekuatan 5,8 skala Richter melanda dekat kota Agadir, menewaskan sedikitnya 12.000 orang. Gempa tersebut mendorong Maroko untuk mengubah peraturan pembangunan, namun banyak bangunan, terutama rumah di pedesaan yang tidak dibangun untuk tahan terhadap guncangan tersebut.
Pada 2004, gempa berkekuatan 6,4 skala Richter di dekat kota pesisir Mediterania Al Hoceima menyebabkan lebih dari 600 orang tewas.
Sumber ApakabarOnline dari Associated Press