Demi Tumbuh Kembang Anak dan Keutuhan Rumah Tangga, Pekerja Migran Asal NTB Khusus ke Malaysia Diwajibkan Membawa Keluarga
JAKARTA – Warga Nusa Tenggara Barat (NTB) yang bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit di Malayasia jumlahnya signifikan. Bahkan, diklaim terbanyak dibandingkan pekerja migran Indonesia (PMI) dari daerah lain.
“Kalau kita berkunjung ke negeri jiran tersebut, orang Malaysia mengatakan, ‘Di mana ada pohon kelapa sawit, di situ pasti ada orang NTB,'” ujar Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, dalam peresmian “BLK Komunitas 2022 dan Festival Kemandirian BLK Komunitas”, Jumat (10/02/2023).
Zulkiefli pun berencana mewajibkan warga NTB yang bekerja di Malaysia untuk membawa keluarganya. Dirinya memohon inisiatif tersebut disetujui Wakil Presiden Ma’ruf Amin serta Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, yang turut hadir dalam acara tersebut.
“Kami minta izin kepada Pak Wakil Presiden dan Bu Menteri, kalau semuanya siap, komunikasinya nanti sudah sangat matang, kami minta izin agar diberikan kesempatan untuk mengirimkan tenaga kerja yang akan bekerja di Malaysia nanti beserta keluarganya. Jadi, kami akan melarang tenaga kerja ini tidak membawa keluarganya,” tuturnya.
Menurut Zulkiefli, langkah itu penting mengingat selama ini banyak keluarga pekerja sawit yang ditinggalkan di NTB justru tidak terurus dan bermasalah. “Paling mendasar adalah stunting dan persoalan pembangunan ekonomi.”
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini optimistis permasalah tersebut teratasi jika pekerja yang merantau ke Malaysia turut membawa keluarganya. Apalagi, diklaim akan menekan biaya komunikasi dan biaya hidup di sana.
Selain itu, Zulkiefli berharap pekerja sawit yang membawa keluarganya ke Malaysia dapat menghadirkan perubahan besar terhadap anak-anaknya. Perubahan tersebut terutama dalam sektor pendidikan.
“Anak-anak yang ikut ke sana, mereka akan terintegrasi dengan dengan sistem pemerintahan yang lebih baik, sistem pendidikan yang lebih baik, dan minimal anak-anak yang sekolah di luar negeri ini tidak alergi dengan bahasa asing. Siapa tahu 30 atau 40 tahun mendatang kita akan menemukan anak NTB yang jadi wali kota atau gubernur di negara lain,” paparnya.
Di sisi lain, Zulkiefli menerangkan, ribuan generasi muda asal NTB telah dikirim untuk belajar di beberapa universitas luar negeri. Tujuannya, meningkatkan rasa nasionalisme dan kebangsaan. []