May 10, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Dengan Kantong Pribadi, Pak Camat Turun Tangan Biayai Pengobatan Mantan PMI Yang ODGJ

3 min read

SUKABUMI – Yayasan Aura Welas Asih akhirnya menerima Reni (23 tahun) sebagai salah satu pasiennya. Reni adalah mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Curugkembar, Kabupaten Sukabumi yang mengidap gangguan jiwa sepulang dari negara penempatan.

Camat Curugkembar, Pendi, membiayai perawatan Reni yang akan direhabilitasi di Yayasan Aura Welas Asih di Palabuhanratu. Dananya bersumber dari dompet pribadi.

“Biar saya ikhlas membiayai dengan dana sendiri. Asal warga saya sembuh dan kembali seperti semula,” Pendi kepada sukabumiupdate.com, Kamis (16/8/2018).

Pendi mengaku tak keberatan harus mengeluarkan dana sebesar Rp 600 ribu per bulan. Ia mengerti dengan kondisi keuangan Yayasan Aura Welas Asih yang kini pas-pasan.

“Yang penting sembuh dan ada rejekinya saja. Saya titipkan Reni semoga kerasan dan cepat sembuh,” imbuhnya.

Petugas kecamatan dan tim medis puskesmas setempat menjemput Reni dari rumahnya di Kampung Sukamanah RT 04/01, Desa Mekartanjung, Kecamatan Curugkembar. Usai dipastikan adanya biaya, Reni kemudian dibawa ke ruangan isolasi setibanya di Yayasan Aura Welas Asih.

Ketua Yayasan Aura Welas Asih, Denny Solang mengatakan, pihaknya tidak bisa membantu perawatan Reni secara cuma-cuma. Pihaknya punya kendala pendanaan operasional.

Saat ini, Yayasan Aura Welas Asih memiliki pasien lebih dari 120 orang. Butuh biaya tak sedikit untuk mengurus orang sebanyak itu.

“Kami harus menambah pasien asal titipan keluarga, maka diminta kontribusi biaya makannya saja ke panti. Agar beban operasional untuk makanan pasien lain juga tetap terjaga dan cukup untuk 2 atau 3 bulan ke depan, “jelas kata Denny.

Selain dari kantong pribadi pemilik yayasan, Aura Welas Asih mengandalkan dana dari para donatur. Termasuk pemerintah.

“Bila ditambah terus dengan pasien titipan keluarga. Pihak panti keberatan karna stok permakanan tersedia hanya untuk ODGJ terlantar,” sambung Deni.

Reni, Korban Kekerasan Majikan Hingga Derita Gangguan Jiwa

Dalam pemberitaan sebelumnya, Reni berangkat kerja pada Oktober 2015 dan pulang pada Maret 2016.Sekilas tak ada yang aneh dengan kondisi Reni, secara fisik ia tampak seperti wanita normal pada umumnya. Namun sangat sulit berkomunikasi dengan ibu tiga anak ini.

Disebuah rumah berdindingkan kayu Reni tinggal. Rumah Reni berdampingan dengan rumah Asikah (52 tahun), ibu Reni.

Asikah menuturkan Reni pamit bekerja ke Dubai dengan alasan ingin membuat rumah. Reni diantar suaminya Andri (30 tahun) pergi ke tempat penyalur kerja, padahal saat itu anak Reni sudah memiliki dua anak dan yang kecil masih baru berusia satu tahun.

“Akhirnya saya izinkan anak saya pergi dan dua anaknya Reni yang masih berusia balita saya yang urus,” ungkap Asikah.

Setelah enam bulan berlalu, Asikah tiba-tiba menerima telepon dari seseorang yang mengaku majikan Reni. Dibantu oleh tetangga, Asikah bisa berkomunikasi dengan orang yang berbahasa arab itu. Dari penjelasan ditelepon itu, Reni dijelaskan dalam keadaan sakit dan akan dipulangkan. Tapi pulang tanpa bawa uang karena upahnya selama 5 bulan kerja dipakai untuk ongkos pulang.

Sehari setelah menerima telepon itu, Reni pun pulang. Suami dan saudara Reni pun menjemputnya ke Bandara Soekarno Hatta. Di bandara Reni tidak didampingi siapapun dan ditemukan di pos satpam bandara sedang melamun.

Kondisi mental Reni tak stabil, kadang sadar kemudian mendadak mengamuk, meski demikian suaminya selalu ada hingga Reni mengandung anak ke tiganya.

“Pas itu Reni kadang sadar kadang engga, kadang ngamuk juga tapi sama suaminya tetap akur makanya hamil,” ujarnya.

Namun, satu hari setelah Reni melahirkan anak ketiga, suaminya pergi dan hingga kini tak pernah lagi menampakan batang hidungnya.

Akhirnya Reni dan dua anaknya diurus Asikah. Sedangkan anak ketiga Reni diurus saudaranya.[]

Sumber : Sukabumi Update

Advertisement
Advertisement