Sebelum Sedih Atau Bahagia, Kenali Dulu Sebab Dan Akibat Nilai Dolar Tinggi
Dolar naik bikin ribut semua orang. Katanya, hidup bakal lebih susah ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah. Benarkah begitu?
Nyatanya, memang penguatan dolar menimbulkan dampak yang bikin khawatir. Banyak orang tentu masih ingat bagaimana krisis 1998 membuat rupiah terjun bebas.
Dolar berjaya. Harga bahan pokok naik tak terkira. Akhirnya, masyarakatlah yang kena.
Pemerintah tentunya tak mau rakyatnya menderita. Segala cara ditempuh untuk mengantisipasi kenaikan dolar. Bank Indonesia antara lain menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate.
Namun penguatan dolar tak hanya mempengaruhi rupiah. Sejumlah negara berkembang ikut terpukul, di antaranya Argentina, Sri Lanka, Cile, dan Malaysia. Indonesia sendiri sebenarnya dinilai masih stabil oleh lembaga pemeringkat kondisi ekonomi, Moody’s.
Penyebab Dolar Naik
Gerakan nilai mata uang, termasuk dolar, dipengaruhi banyak hal. Penyebab dolar naik-turun, seperti halnya rupiah, bisa berasal dari dalam dan luar negeri.
Ada setidaknya lima hal penyebab dolar naik, yakni:
- Bank sentral Amerika, Federal Reserve, berencana menaikkan suku bunga acuan. Federal Reserve itu seperti Bank Indonesia-nya Amerika. Karena suku bunga dolar naik, imbal hasil surat utang dolar juga otomatis naik. Maka banyak investor di bursa efek mengalihkan dana investasinya ke Amerika.
- Permintaan dolar pada semester II tiap tahun umumnya naik karena ada pembagian dividen emiten. Karena sebagian besar investor di bursa efek dari asing, mereka mengalihkan dividen itu ke mata uang dolar AS.
- Importir lebih banyak memegang dolar AS untuk kegiatan bisnis. Dolar juga banyak dibeli perusahaan untuk membayar utang bermata uang dolar karena takut nilai dolar makin naik. Jika dolar lebih kuat, utang jadi lebih besar.
- Impor barang konsumsi naik menjelang Lebaran, sehingga defisit transaksi berjalan ikut naik.
- Pertumbuhan ekonomi belum mencapai target.
Kelima hal di atas membuat aktivitas bisnis dan investasi yang menggunakan dolar makin ramai. Karena itulah dolar kian menguat dibanding rupiah.
Akan berbeda halnya jika pemerintah atau perusahaan lebih banyak menggunakan mata uang asing lain dalam transaksi. Misalnya Wuling Motors, yang menggunakan yuan atau renminbi Cina untuk transaksi.Manajemen Wuling mengaku penguatan dolar tak berpengaruh pada aktivitasnya karena memakai yuan. Karena itu, harga jual mobil Wuling tak ikut melonjak.
Terus, Apa Ngaruhnya Buat Hidup Kita?
Oke, udah tahu kan penyebabnya. Lantas apa akibatnya pada hidup kita jika dolar naik terus?
Satu hal yang pasti, harga barang yang komponennya impor pasti melonjak mahal. Sebab, transaksi impor menggunakan mata uang dolar.
Industri yang diprediksi paling terkena dampak adalah tekstil, besi baja, dan farmasi. Semuanya masih mengandalkan impor untuk produksi.
Sektor ternak juga berpotensi terpengaruh karena pakan ternak juga masih banyak mengandalkan impor. Artinya, harga daging ayam hingga sapi berpeluang naik mengikuti tren kenaikan dolar.
Pengaruh lainnya adalah utang perusahaan yang bermata uang dolar jadi meningkat karena nilai tukar dolar naik. Ujungnya adalah perusahaan berpotensi menaikkan harga produknya untuk menutup utang.
Itu berarti warga sekali lagi menerima kenyataan pahit harus membeli produk dengan harga lebih mahal. Jika harga produk tak dinaikkan, perusahaan berisiko mengalami gangguan keuangan akibat naiknya dolar.
Karena hal-hal di atas, pemerintah berupaya menjaga rupiah tetap stabil. Bukan hanya pemerintah Indonesia, tapi juga negara berkembang lain yang amat bergantung pada dolar.
Adapun Bank Indonesia memprediksi penguatan dolar hanyalah tren sementara. Semoga saja prediksi itu jadi kenyataan agar roda ekonomi warga tetap berjalan lancar.
Nah, sambil nungguin dolar normal lagi, manfaatin buat investasi di sejumlah produk yang menguntungkan. []