Derma Aipda Purnomo untuk Dhuafa
SURABAYA – Pandangan seseorang menyangkut kebaikan untuk orang lain sangat beragam. Ada yang memahami kebaikan itu sebagai pilihan ketika mampu, dan berhenti melakukan saat sudah tidak mampu. Namun, ada pula yang memahami kebaikan sebagai ikhtiar sepanjang usia terlepas dari segala rintangan untuk melaksanakannya.
Adalah Aipda Purnomo, seorang anggota polisi di Lamongan, Jawa Timur yang memilih untuk menjadi salah satu dari orang-orang baik tersebut. Bagi Purnomo, filosofi hidup itu sesederhana
“Kita tinggal di dunia ini hanya sesaat, mengapa tidak mulai berbuat baik sekuat mungkin sekarang juga?”
Niat pria 41 tahun itu mudah dipahami. Dia hanya ingin membantu orang-orang telantar, fakir miskin, anak-anak yatim, hingga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Mengupayakan mereka mendapat kehidupan yang lebih baik. Kegiatannya dilakukan sejak beberapa tahun silam, melalui Yayasan Berkas Bersinar Abadi yang ia dirikan.
Sebanyak 74 anak yatim diasuh d idalamnya. Segala kebutuhan mereka dipenuhi, termasuk biaya pendidikan.
Yayasan juga menyalurkan beasiswa kepada puluhan mahasiswa berprestasi di wilayah Lamongan, memberi bantuan modal usaha secara konsisten kepada keluarga kurang mampu, menggelar program bedah rumah, hingga membagi uang tunai kepada ratusan anak asal berbagai daerah di Indonesia.
Tak berhenti di situ, yayasan juga secara rutin menyalurkan bantuan penunjang pendidikan kepada anak-anak di Lamongan serta wilayah Jawa Timur yang lain. Beragam kegiatan itu ditopang menggunakan donasi masyarakat yang simpati dengan tindakan Purnomo.
Merogoh Uang Saku
Cerita bermula dari tahun 2017, ketika Purnomo bertugas sebagai personel Bhabinkamtibmas Polsek Babat, Lamongan. Nyaris saban hari, dia berkeliling dari desa ke desa. Bertemu serta bersapa dengan warga dengan berbagai latar keadaan. Saat itulah dia mendapati, masih banyak orang-orang yang tertimpa ketidakberuntungan.
Mereka yang hidup teramat miskin, anak-anak yatim piatu tak terurus, hingga orang dengan gangguan jiwa yang telantar. Perasaannya tersentuh. Niat hati ingin mengulur tangan, namun apa daya kemampuan harta terbatas.
Tak banyak pilihan, Purnomo lantas menggunakan uang saku sebagai Bhabinkamtibmas yang tak seberapa, untuk menolong orang-orang itu.
“Saya merasa bersyukur. Dulu saya dinasnya di Kalimantan Timur, terus pindah dapat ke Lamongan. Jadi saya bersyukur karena dekat rumah dan keluarga lagi. Akhirnya, sebagai wujud rasa syukur itu, dan dengan persetujuan istri, uang saku itu itu saya gunakan untuk program sosial,” cerita Purnomo kepada Validnews.
Kegiatan Purnomo dimulai dari berbagi nasi bungkus dan sedekah kepada anak yatim. Setelah mapan terselenggara, dia lanjutkan dengan aksi yang lebih besar. Seperti, memberi modal usaha pada pedagang kecil, hingga bedah rumah untuk keluarga miskin.
Rekaman aktivitas-aktivitas itu kemudian diunggah ke media sosial. Tanpa diduga, simpati mengucur sedemikian deras setelah itu. Orang-orang dari berbagai kalangan lantas berdonasi untuk mendukung kegiatan Purnomo.
Jalan setapak rintisan Purnomo, seiring waktu menjelma lebar. Yayasan untuk menampung aliran donasi pun didirikannya bersama istri yang seorang bidan. Nama Berkas Bersinar Abadi disematkan sebagai juluk yayasan pada Maret 2018.
Meragamkan Kegiatan
Usai pendirian yayasan, Purnomo menjaring anak-anak yatim untuk diasuh. Mereka difasilitasi belajar di luar hari sekolah, di rumah pintar yang dikelola yayasan. Biaya pendidikan mereka ditanggung, termasuk pula kebutuhan kesehatan.
“Yayasan memiliki 74 anak yatim piatu yang jadi anak asuh kami, setiap bulan kami sisihkan per satu anak Rp300 ribu,” tutur Purnomo.
Aksi berlanjut dengan menebar “amplop senyum”. Setiap minggu yayasan mengirimkan amplop berisi uang Rp30-50 ribu kepada 200 penerima di 30 kota se-Indonesia. Disambung dangan program bedah rumah untuk keluarga miskin. Hingga saat ini, sudah 50 rumah di wilayah Jawa Timur yang dipugar.
Donasi masyarakat yang bertambah hari kian membesar, juga disalurkan sebagai modal bagi yang benar-benar ingin membangun usaha. Masing-masingnya disokong Rp750 ribu.
“Ada juga program sedekah telur polisi. Jadi setiap keluarga kita kasih 5 Kg telur, silakan dijual dan untungnya buat mereka, kita enggak minta apa-apa asalkan mereka nanti beli bahan jualannya lagi ke kita,” papar Purnomo.
“Sedekah polisi” diarahkan Purnomo sebagai program rutin. Melaluinya, yayasan memberikan modal usaha bagi pedagang keliling sebesar Rp500 ribu. Lalu setiap hari, para penerima wajib sedekah Rp1.000 ke yayasan, yang akan dipakai lagi untuk membantu pedagang lain. Uang terus berputar, sehingga satu sama lain bisa saling menopang.
Tak kalah keren adalah program beasiswa. Program tersebut dihadirkan untuk membantu anak-anak muda berprestasi, agar mampu melanjutkan pendidikan.
Purnomo berharap, penyaluran itu bisa pula menjadi media pembelajaran bagi para pemuda penerima, tentang nilai-nilai empati dan kasih sayang pada sesama. Saat ini, 20 mahasiswa telah menerimanya, dengan masing-masing mendapat Rp3 juta setiap semester.
“Tujuan beasiswa, saya maunya adek-adek mahasiswa ini kita didik jiwa sosialnya. Mereka kan sering datang ke rumah, melihat kita mengajar adek-adek yatim, merawat mereka, mengajarkan mengaji. Kita berharap nanti kalau dia sukses dia kembali untuk orang Lamongan, terus saya ingin biar mereka ada jiwa sosial dan empatinya,” jelasnya.
Sampai sekarang, setelah hampir empat tahun berdiri, yayasan telah menerima kelimpahan donasi masyarakat. Rata-rata setiap tahun, total yang terkumpul bisa mencapai Rp2 miliar. Bentuk kegiatan sosial pun kian diragamkan.
Antara lain, membagikan banyak sepeda kayuh khusus untuk yatim-piatu di Lamongan. Juga berdonasi 7.000 tas dan 10.000 sepatu untuk anak sekolah, serta 5.000 Al-Qur’an ke tempat-tempat mengaji.
Merawat ODGJ Telantar
Belakangan, beredar video-video yang memperlihatkan keuletan Purnomo merangkul Orang Dengan Gangguan Jiwa. Tampak telaten membujuk mereka agar mau dirawat. Bahkan Purnomo tak segan memandikan, membantu mengenakan pakaian, hingga menyuapi mereka makanan. Menyaksikan itu, simpati publik sontak bertaburan.
Adegan-adegan dalam video tersebut, memang bagian dari upaya Purnomo dan yayasan untuk lebih giat memperhatikan ODGJ telantar. Meski perhatian kepada mereka sudah tercurah lama, baru akhir-akhir ini saja Purnomo dan tim mampu menyediakan perawatan secara baik bagi ODGJ di rumah penampungan khusus milik yayasan.
Purnomo pun rajin mencari para ODGJ yang telantar di jalanan sekitar Jawa Timur, khususnya Lamongan.
“Misalnya kami temukan ODGJ, kami kasih makan dan ganti bajunya, kami rawat. Kita kan ada di medsos, ternyata banyak ODGJ ini yang sebenarnya dicari-cari oleh keluarganya, akhirnya bisa kita antar pulang,” kata Purnomo.
Sejak rutin mengunggah konten-konten penjaringan ODGJ, yayasan menemukan sumber pendanaan baru, yakni dari penghasilan di YouTube. Hasilnya, sebuah rumah penampungan khusus bagi ODGJ telantar mampu.
“Dulu kita susah untuk melakukan itu, karena kita nggak punya tempat untuk ODGJ. Jadi dalam menjaring di jalanan, jujur, saya carinya memang ODGJ yang bisa diajak berkomunikasi saja, karena dari situ kita bisa antar mereka pulang. Tapi kalau sekarang kita mampu rawat mereka. Kalau memang enggak tahu alamatnya, ya sudah kita tampung untuk dirawat,” jelasnya.
Hingga saat ini, paling tidak 100 ODGJ dan orang telantar sudah berhasil dipulangkan yayasan ke keluarganya. Sementara, jumlah yang masih ditampung, sebanyak 21 ODGJ orang.
Purnomo yang selalu merendah dengan berkata “ingin belajar baik” tersebut memandang ODGJ sebagai saudara yang harus dibantu, alih-alih diusik atau diperlakukan sebagai manusia yang tak berguna.
Ia meyakini, perbuatan baik yang dilakukan seseorang bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa. Itulah yang diharapkannya, dengan mengunggah setiap kegiatannya ke platform media sosial. []
Penulis: Andesta Herli Wijaya