Dihadapan Puluhan PMI, Tim dari Unesa Berikan Pelatihan Kesehatan Mental
JAKARTA – Kesehatan mental merupakan hal krusial yang tidak kalah pentingnya dengan kesehatan jasmani. Kesehatan mental wajib dipelihara oleh siapa saja dengan latar belakang yang berbeda beda.
Resiko kesehatan mental pada setiap orang memanglah berbeda beda. Latar tempat tinggal, lingkungan, pekerjaan, pendidikan, dan hal-hal fasilitatif lainnya seperti personality dan kecerdasan.
Unesa (Universitas Negeri Surabaya) memberikan pelatihan resiliensi dan pemberdayaan diri untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Kantor KBRI, Singapura. Masalah kesehatan mental seperti stres dan depresi menjadi perhatian utama.
Kegiatan ini merupakan pengabdian kepada masyarakat skema internasional oleh LPPM Unesa. Tujuannya, untuk memberikan penguatan kesehatan mental para wanita PMI di Singapura.
“Agar teman-teman ini bisa mengelola emosi dan manajemen stres. Ini sekaligus untuk mengedukasi bahaya depresi serta mengenalkan perbedaan antara stres dan depresi kepada mereka,” ujar Ketua PKM Dr Diana Rahmasari, Selasa (03/10/2023).
Ada sejumlah hal yang bisa memicu stres seperti permasalahan rumah tangga, perceraian, kesehatan, kekhawatiran akan masa depan, risiko dipecat dari pekerjaan, ataupun terlalu banyak beban tanggung jawab.
Permasalahan yang bisa memicu stres (stressor) pun bertingkat levelnya, mulai dari stressor akut seperti ancaman keamanan di jalan; stressor kronis sebentar, sampai kronis seperti kondisi medis darurat misalnya.
Tim PKM Unesa pun memberikan sejumlah teknik mengelola stres. Antara lain teknik afirmasi positif dengan terapi Jose Silva, Brain Gym, teknik Meditasi Abundance, juga teknik Butterfly Hug.
“Teknik Butterfly Hug ini bisa diterapkan saat seseorang merasa cemas. Dengan menyilangkan telapak tangan ke pundak, lalu ambil dan buang nafas secara perlahan, tutup mata dan tetap fokus, sambil tepuk-tepuk lembut pundak dengan telapak tangan,” bebernya.
Diana mengatakan, komunikasi menjadi sangat penting untuk berkehidupan di dunia kerja maupun lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Bukan hanya mengelola stres, tapi PKM ini memberikan pelatihan cara menjalin komunikasi efektif dengan atasan atau teman kerja, juga bagaimana bijak untuk berkomunikasi di media sosial.
Menurutnya, komunikasi yang kurang baik rentan menimbulkan kesalahpahaman saat bekerja juga bisa memicu timbulnya stres. Stres yang berkelanjutan bisa menyebabkan depresi.
“Tandanya merasa sedih, kosong, merasa tidak berharga, sukar berkonsentrasi, sukar membuat keputusan, mengalami gangguan tidur, berubahnya selera makan, mudah tersinggung hingga gelisah,” jelas Diana.
Sementara Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura IGAK Satrya Wibawa mengatakan, pelatihan ini sangat dibutuhkan para pekerja imigran karena tekanan pekerjaan yang tinggi saat bekerja bisa menimbulkan stres.
“Oleh karena itu, intervensi antar profesional di bidang yang terkait sangat diperlukan. Kami membuka pintu bagi teman-teman Unesa untuk melakukan riset-riset di bidang pendidikan atau ketenagakerjaan yang nantinya bisa berkontribusi dalam pengambilan kebijakan pemerintah,” ungkapnya.
Kegiatan pengabdian ini melibatkan 7 dosen Unesa, yaitu Dr. Diana Rahmasari.,M.Si; Dr. Wiwin Yulianingsih, M.Pd; Dr. Utari Dewi, S.Sn., M.Pd; Dr. Nunuk Hariyati, M.Pd; Ira Darmawanti, M.Psi.,Psikolog; Dr. Retno Tri Hariastuti, M.Pd., Kons; dan Vinda Maya Setianingrum, S.Sos., M.A. []