Disambut Tangis Haru, Saat PMI Korban Penganiayaan Majikan di Taiwan Dipulangkan
JAKARTA – Suasana haru menyelimuti penyambutan Reni Kasta (39), Pekerja Migran Indonesia Taiwan yang tiba di tanah air pada Jum’at (12/7/2024) pukul 13.15 WIB di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Reni, Pekerja Migran sektor domestik asal Desa Kedokan Bunder, Indramayu adalah korban penyiksaan berat yang dilakukan majikan, sepanjang medio 2021 hingga 2022.
Hari-hari bak neraka yang dialami Reni dikisahkan hingga menggemparkan jagat dunia maya oleh akun tiktok influencer sekaligus pegiat buruh migran, Faisal Soh, yang turut datang menjemput Reni, bersama keluarga besar dan Kepala Desa Kedong Bunder.
“Reni merupakan korban penganiayaan berat yang dilakukan majikannya di Taiwan. Tubuhnya disetrika, dipukuli, hingga disiram air panas. Hingga akhirnya Reni menyelamatkan diri dan kami dorong untuk mencari keadilan. Ketika kami bertemu Reni pada tahun 2022, kondisinya sangat memprihatinkan, cacat terlihat hampir di seluruh tubuh, karena perlakuan majikannya”, ungkap Faisal Soh di lounge PMI Bandara Soekarno-Hatta.
Derita Reni tuntas ketika pengadilan Taiwan memutus majikan Reni bersalah dan harus mengganti kerugian materil atas penyiksaan yang dilakukan. Namun belum diketahui hukuman pidana yang dijatuhkan kepada majikan atas perlakuan tidak manusiawi yang hampir tiap hari diterima Reni.
“Berapapun ganti rugi yang diterima Reni tidak akan dapat mengganti kecacatan, trauma yang diterima Reni. Sehingga kami disini untuk terus memperjuangkan keadilan bagi Reni serta para Pekerja Migran lainnya yang mengalami kejadian serupa’, tambahnya.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pelindungan dan Pemberdayaan Kawasan Asia dan Afrika sekaligus Wakil Ketua Tim Quick Response BP2MI, Firman Yulianto mengatakan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) berupaya untuk memberikan pelindungan menyeluruh kepada setiap pekerja Migran Indonesia yang mengalami kendala saat bekerja.
“BP2MI sebagai Lembaga Pemerintah bersyukur ibu Reni dapat kembali ke Tanah Air dengan Selamat, dan kami mengapresiasi Ibu Reni yang berani bersuara dan berjuang untuk mendapatkan keadilan. kami mendorong agar ibu Reni untuk tetap bersemangat, segera buka lembaran baru kehidupan. BP2MI siap memfasilitasi rencana-rencana ibu Reni sesuai dengan wewenang dan kapasitas yang dimiliki”, pungkas Firman.
Reni mengisahkan hari-hari penuh derita yang dialaminya selama bekerja di majikan pelaku penganiayaan, dengan hampir sekujur tubuhnya mendapatkan tanda trauma kekerasan baik pukulan hingga sayatan. Ia bahkan mengisahkan, pernah diminta oleh majikannya untuk bunuh diri, melompat di rumah majikannya yang terdapat di lantai 23 sebuah Gedung pemukiman.
“Saat saya sudah tidak tahan lagi dengan siksaan yang saya alami, saya menyelamatkan diri dari rumah majikan dengan menyusuri tangga lantai 23, karena jika saya naik lift mungkin saya tertangkap majikan tersebut. Meskipun mataku saat itu sulit untuk melihat, aku harus berlari, aku gak mau mati konyol, aku masih punya tanggungan anak”, ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Saat ditanyakan rencana ke depan, Reni mengaku masih ingin melepas rindu dengan keluarga yang ia tinggalkan bekerja sejak tahun 2020.
“Dari sebelum pulang aku sudah sangat rindu dengan anakku, ibu dan suamiku. Meskipun ada sedikit keibginan untuk bekerja di luar negeri lagi, tapi melihat orangtua yang sudah tua, sepertinya saya akan menjaga orangtua saja”, tukasnya. []