Ditengah Ketatnya Persaingan, Daya Saing SDM Indonesia Masih Tertinggal
JAKARTA – Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa daya saing Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Ketertinggalan itu, menurutnya, merupakan satu dari tiga tantangan utama pemerataan pembangunan ekonomi.
“SDM Indonesia masih berada pada peringkat 65 dari 130 negara dengan skor 62,19, tertinggal dibandingkan dengan Malaysia di peringkat 33, Thailand di peringkat 40, Filipina di peringkat 50, bahkan Vietnam di peringkat 64,” katanya dalam Pembukaan Indonesia Development Forum (IDF) 2019 di JCC Senayan, Jakarta, seperti dalam rilis yang diterima Senin (22/07/2019).
Selain daya saing yang masih tertinggal, sebanyak 60% pekerja Indonesia masih berada di sektor informal dengan produktivitas yang rendah. Sektor manufaktur pun belum berhasil menjadi penggerak utama dalam penciptaan lapangan kerja.
“Ketiga, masih rendahnya akses kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, serta penduduk daerah tertinggal terhadap kesempatan kerja yang berkualitas. Mayoritas mereka masih bekerja di sektor informal karena sulit mengakses lapangan kerja formal dan lingkungan kerja yang inklusif,” jelas Menteri Bambang.
Untuk merespon tantangan tersebut, menurut dia, pembangunan SDM di Indonesia selayaknya dilakukan secara holistik dan terintegrasi. Penyediaan pelayanan dasar dan perlindungan sosial, pemerataan layanan kesehatan dan pendidikan berkualitas, serta pengembangan IPTEK dan inovasi menjadi prasyarat keberhasilan untuk mewujudkan SDM yang andal, adaptif, kreatif dan inovatif.
Selain itu, kata Bambang, kesiapan SDM juga perlu diraih diiringi dengan upaya penguatan sektor produktif agar dapat memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya pada masyarakat sehingga pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial dapat diatasi.
“Untuk itu mendorong kesempatan kerja yang berkualitas melalui transformasi struktural, perbaikan iklim investasi, meningkatkan kewirausahaan dan daya saing UMKM dan usaha sosial juga turut menjadi fokus penting dalam pembangunan SDM,” ujar Bambang.
Menteri Bambang menyampaikan bahwa dalam lima tahun ke depan angka pengangguran Indonesia ditargetkan menciut hingga 3-4%. Saat ini, angka pengangguran Indonesia yang di kisaran 5% memang sudah rendah, tetapi mayoritas masih bekerja di sektor informal. Mereka pun perlu diberikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengingatkan masyarakat untuk tidak terjebak hanya sebagai penikmat dari perkembangan teknologi yang semakin memudahkan pergerakan masyarakat, melainkan harus menjadi bagian yang dapat menciptakan inovasi dengan teknologi tersebut.
“Kita tentu juga tidak ingin hanya menjadi konsumen daripada teknologi, tapi kita juga harus menjadi bagian dari inovasi tersebut. Teknologi merupakan suatu kemajuan, juga sekaligus tantangan karena kemudian teknologi mengubah banyak kehidupan dan perilaku,” katanya seperti dilansir Antara, Senin (22/07/2019).
Inovasi berdasarkan teknologi tersebut, lanjut JK, hanya dapat dilakukan apabila kualitas SDM dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan. Selain itu, bonus demografi yang dimiliki Indonesia, yakni angka penduduk usia produktif lebih banyak daripada penduduk non-produktif, seharusnya menjadi nilai tambah bagi generasi muda untuk berinovasi.
“Tantangan teknologi itu harus dipenuhi dengan kemampuan sumberdaya manusia. Generasi muda yang hadir di sini tentu tidak hanya belajar menghadapi tantangan, tapi juga bagaimana membuat solusi pada tantangan tersebut,” katanya.
Oleh karena itu, Wapres JK berharap dengan adanya forum semacam IDF dapat memantik pemikiran generasi muda untuk menciptakan inisiatif dan inovasi yang efektif bagi pembangunan. [Asa]