Feeling Blue, Larut Dalam Perasaan Sedih Berlebihan dan Cara Mengatasinya
JAKARTA – Di tengah aktivitas sehari-hari, kerap kali kita menghadapi momen-momen yang membuat perasaan kita menjadi sedih. Fenomena ini dikenal dengan istilah feeling blue. Dilansir dari Medical News Today, feeling blue merupakan idiom yang menggambarkan pengalaman sedih atau melankolis. Biasanya, perasaan ini terkait dengan kesedihan, muram, murung, tak bahagia, dan putus asa.
Dikutip dari Huffington Post, ada dugaan kata feeling blue berasal dari tradisi kapal yang mengibarkan bendera biru dan bergambar pita biru, saat seorang kapten meninggal. Dugaan muasal lainnya, berasal dari mistisisme yang melibatkan nila biru, yang banyak digunakan dalam budaya Afrika Barat pada upacara kematian, di mana semua pakaian pelayat akan diwarnai dengan warna biru nila untuk menunjukkan penderitaan.
Lalu, asosiasi mistis itu diterjemahkan ke Amerika Serikat dan para budak yang bekerja di perkebunan kapas di wilayah selatan, yang sering kali menyanyikan lagu-lagu seperti nyanyian pujian yang disebut sebagai blues.
Kata “blue”, lanjut Huffington Post, pertama kali digunakan penyair Inggris, Geoffrey Chaucer pada 1385 dalam puisinya “Complaint of Mars”. Penulis dan diplomat Amerika, Washington Irving dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan istilah “the blues” pada 1807 sebagai sinonim untuk kesedihan.
Terlepas dari apa muasal feeling blue, Health Line menyebut, bila kita merasa sedih, biasanya kita ingin menghabiskan waktu sendiri dan kekurangan motivasi. Feeling blue lazimnya tak muncul begitu saja. Sering kali ada penyebab spesifik, seperti terlewatkannya sebuah kesempatan, kehilangan pekerjaan, kehilangan teman atau orang yang dicintai, perpisahan, frustasi dengan hidup, serta pengkhianatan.
Psikolog Fitri Ayu mengatakan, feeling blue adalah pengalaman emosional yang sering dialami banyak orang. “Ini bukan hanya tentang sedih, tetapi juga bisa menggambarkan perasaan kehilangan semangat, kebingungan, dan terkadang hampa,” ujarnya kepada Alinea.id, Kamis (21/12).
Rasa sedih ini bersifat sementara. Menurutnya, harus dibedakan antara perasaan sedih yang sementara dengan kondisi yang lebih serius, seperti depresi. Feeling blue, kata dia, mungkin merupakan respons alami terhadap stres atau peristiwa kehidupan. Namun, jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan mengganggu aktivitas sehari-hari, maka memerlukan perhatian khusus dari profesional kesehatan mental.
Medical News Today menyebut, ada perbedaan antara feeling blue dengan depresi. Pertama, feeling blue biasanya mempunyai alasan. Namun, depresi bisa terjadi tanpa alasan sama sekali. Kedua, kesedihan cenderung membaik seiring berjalannya waktu. Namun, depresi berlanjut hampir sepanjang hari, selama dua minggu atau lebih.
Ketiga, feeling blue biasanya tak mengganggu aktivitas sehari-hari. Sedangkan depresi dapat berdampak signifikan terhadap kemampuan seseorang dalam mengelola tanggung jawab sehari-hari. Selain itu, ditambahkan dari Health Line, depresi dapat menyebabkan pikiran untuk bunuh diri. Sedangkan kesedihan tak menimbulkan pikiran untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri.
“Masyarakat harus menyadari bahwa memahami dan menerima perasaan emosional adalah langkah awal yang penting,” ujar Fitri.
“Komunikasi terbuka, perhatian pada pola tidur dan makan, serta menjaga koneksi sosial yang sehat adalah hal-hal yang dapat membantu mengelola perasaan tersebut.”
Fitri bilang, pendekatan mandiri mungkin membantu bagi beberapa individu. Biasanya, kita bisa mengidentifikasi pemicu kesedihan. Setelah mengetahui penyebabnya, biasanya kita dapat mengambil tindakan untuk mulai mengatasinya.
Health Line membeberkan tip mengatasi feeling blue. Pertama, berbagi kesedihan dengan seseorang yang dipercaya. Kedua, usahakan membangkitkan suasana hati dengan menonton film komedi atau bermain gim lucu agar kita bisa tertawa.
Ketiga, melakukan aktivitas fisik, seperti berolahraga. Keempat, pergi menghabiskan waktu ke alam. “Menghabiskan waktu di sekitar pepohonan, bunga, air mengalir, dan elemen alam lainnya juga dapat meningkatkan kesejahteraan dan menghilangkan perasaan sedih atau tertekan,” tulis Health Line.
Terakhir, mengekspresikan emosi dengan beberapa kegiatan kreatif dan bermanfaat. Misalnya, menulis puisi, mendengarkan musik untuk mengungkapkan perasaan, atau mengubah rutinitas. Akan tetapi, bantuan profesional sering kali diperlukan.
“Konseling atau terapi psikologis dapat memberikan strategi yang efektif dalam mengatasi perasaan feeling blue,” ujar Fitri.
“Ini bukan tanda kelemahan, tetapi langkah positif untuk kesejahteraan mental kita.” []