December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Golongan Orang yang Diabaikan Saat Hari Kiamat

3 min read

JAKARTA – Allah SWT menyediakan surga untuk hamba-Nya yang Dia kehendaki. Disebutkan dalam sebuah hadis, ada tiga golongan orang yang tidak akan masuk surga.

Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orang, di mana pada hari kiamat nanti, Allah tidak akan berbicara pada mereka, tidak melihat mereka, serta tidak mau membersihkan (dosa-dosa) mereka. Bagi mereka disediakan siksaan yang amat pedih.

Siapa mereka? Mereka adalah orang tua yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang fakir yang takabur.” Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dan perawi lainnya yang bersumber dari Abu Hurairah RA.

Dikutip dari Republika.co.id, zina adalah dosa besar. Bahkan mendekati zina saja haram. Allah SWT berfirman, “Janganlah kalian mendekati zina karena zina itu tindakan keji dan jalan yang amat buruk.” (QS al-Isra’: 32).

Allah SWT bahkan mengaitkan dosa zina dengan dosa besar lainnya, yakni syirik dan pembunuhan.

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat.” (QS al-Furqan: 68-70).

Bagaimana dengan penguasa yang pendusta? Seseorang mendapat amanah sebagai penguasa itu tidaklah ringan tanggung jawabnya. Dia hendaknya menjadi pelayan rakyat dan berkewajiban membawa rakyatnya hidup makmur.

Kedustaan itu bisa menutup mata hati terhadap kebenaran, sebagaimana yang dilakukan orang Yahudi terhadap kerasulan Muhammad SAW. Adapun cara yang paling efektif untuk mengatasi penyakit dusta ini adalah dengan bersikap diam. Karena dengan diam, maka pembicaraan menjadi berkurang. Secara otomatis akan mengurangi kesalahan.

Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi setan daripada orang alim yang berbicara berdasarkan ilmu, berdiam juga berdasarkan ilmu.”

Setan berkata, “Lihatlah pada orang alim ini, diamnya itu lebih berat bagiku daripada pembicaraannya.

Sebagian ulama menyifati wali abdal (kekasih Allah SWT dari golongan hamba-Nya). Wali abdal hanya berjumlah tujuh orang pada setiap masanya. Artinya, ketika seorang wali abdal tutup usia, maka Allah SWT akan mencari pengganti.

Mereka mengatakan, “Makannya wali abdal adalah pada waktu lapar, tidurnya saat mengantuknya, bicaranya pada saat terpaksa. Ia tidak mau berbicara kecuali pada saat ditanya. Ketika ia ditanya dan menemukan orang lain yang mampu menjawabnya, maka ia memilih bersikap diam. Kemudian kalau dibutuhkan ia akan mengabulkannya. Sesungguhnya wali abdal itu senantiasa memperhitungkan awal pembicaraan sebelum ditanya tentang syahwat (keinginan) yang tersembunyi pada pembicaraan.”

Dari pendapat di atas jelas bahwa menghindari berdusta itu keharusan. Sedangkan, berbicara saja hendaknya berlandaskan ilmu atau lebih baik diam.

Maka bagi penguasa, berhentilah berdusta karena amanah yang kau pegang hendaknya dijalankan dengan baik dan bagi calon penguasa mulailah berlatih bersikap jujur.

 

Ada empat ciri orang fakir yang takabur.

Pertama, enggan berdoa (ibadah). Allah SWT sangat senang kepada seorang hamba yang taat dan selalu meminta kepada-Nya. Setiap permohonan akan dipenuhi dengan cara-Nya sendiri. Namun, jika orang miskin enggan berdoa, maka itulah pertanda kesombongan. Sekiranya pun berdoa, tidak sepenuh hati.

Kedua, malas melaksanakan tugas. Semestinya orang miskin harus sungguh-sungguh memenuhi kebutuhan hidup dan mewujudkan cita-cita.

Namun, jika orang miskin malas ibadah, bekerja, belajar atau lalai akan janji (komitmen), maka itulah pertanda kesombongan. (QS an-Nisa: 142).

Ketiga, suka melanggar aturan. Tujuan agama diturunkan agar hidup manusia menjadi tertib, disiplin, dan bertanggung jawab. Seorang Muslim wajib patuh pada aturan Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun, jika orang miskin suka melanggar aturan atau tidak mau mendengarkan nasihat, itulah pertanda kesombongan.

Keempat, tak pandai berterima kasih. Orang kaya yang tulus tidak mengharapkan balasan dari orang yang ditolongnya. Namun, orang miskin wajib berterima kasih atas kebaikan yang diterimanya. Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah SWT. (HR Ahmad).

Dilansir dari Khazanahimani.com, dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan dalam hadisnya yaitu: “Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat kepada mereka dan tidak pula mensucikan mereka dan bagi mereka azab yang pedih.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda demikian hingga tiga kali. Abu Dzarr berkata, “Sungguh Merugi sekali, siapa mereka wahai Rasulullah ?”

Beliau bersabda, “Musbil (laki-laki yang memakai kain melebihi mata kakinya), orang yang selalu mengungkit-ungkit pemberiannya dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.” Hadis riwayat al-Imam Muslim (no. 106) dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu. []

 

 

Advertisement
Advertisement