Jangan Diminum, Air Dalam Botol yang Terpapar Matahari Bisa Timbulkan Kanker, Begini Sebabnya
JAKARTA – Menyimpan botol minuman berbahan plastik di bawah sinar matahari bisa memicu kanker, karena ternyata bahan kimia beracun bisa keluar dan membahayakan kesehatan.
Studi baru menunjukkan bahwa botol air mineral plastik yang terkena sinar matahari bisa rusak dan mengeluarkan berbagai macam senyawa organik yang mudah menguap (VOC).
VOC merupakan bahan kimia yang mudah menguap pada suhu ruangan dan dapat ditemukan di banyak produk, termasuk bahan bakar, pelarut, cat, dan produk pembersih, dikutip dari kumparan.com, Minggu (30/6/2024).
Bahan ini juga dapat ditemukan pada plastik seperti yang digunakan untuk membuat botol air minum dan kemasan makanan. Banyak di antaranya tidak berbahaya, tapi ada juga yang punya dampak buruk terhadap kesehatan dalam jangka pendek maupun panjang.
Dalam studi baru yang terbit di jurnal Eco-Environment & Health, para ilmuwan di China mencoba menempatkan enam jenis botol air plastik di bawah sinar UV A dan sinar matahari.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa proses tersebut dapat melepaskan campuran VOC kompleks pada kemasan, termasuk alkana, alkena, alkohol, aldehida, dan asam. Ada juga beberapa bukti VOC yang sangat beracun, termasuk karsinogen seperti n-hexadecane.
Peneliti menemukan, meski bahaya meminum satu kali air kemasan sangatlah kecil, namun jika terus berulang dan berlangsung lama, ini akan berisiko menyebabkan gangguan kesehatan kumulatif.
“Temuan kami memberikan bukti kuat bahwa botol plastik jika terkena sinar matahari dapat melepaskan senyawa beracun yang menimbulkan risiko kesehatan. Konsumen perlu mewaspadai risiko ini, terutama di lingkungan di mana air kemasan terkena sinar Matahari dalam waktu lama,” ujar Dr. Huase Ou, peneliti utama dari Guangdong Key Laboratory of Environmental Pollution and Health di Jinan University di China, sebagaimana dikutip IFL Science.
Kendati begitu, peneliti menegaskan bahwa risiko kesehatan yang ditimbulkan memang relatif rendah karena jumlah bahan kimia yang dilepaskan dari botol relatif kecil.
“Mengingat berat rata-rata sebuah wadah (sekitar 20 gram), jumlah VOC yang menguap dari satu wadah hanya beberapa nanogram saja. Artinya, bahkan setelah botol terpapar dalam jangka waktu lama, membuka dan mengonsumsi air minum dari wadah botol tersebut hanya menimbulkan risiko kesehatan yang rendah bagi kita,” tulis peneliti.
Adapun semua botol dalam penelitian ini terbuat dari polietilen tereftalat (PET), salah satu plastik yang paling umum digunakan. Namun beberapa botol dibuat menggunakan komposisi dan konsentrasi VOC yang bervariasi.
Hal ini tampaknya terkait dengan proses produksi yang bervariasi dan bahan tambahan yang berbeda. Pelepasan bahan kimia dari botol ini kemungkinan besar disebabkan oleh proses yang disebut fotodegradasi, dimana struktur plastik terurai sebagai respons terhadap cahaya.
Sinar matahari bukanlah satu-satunya hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal keamanan botol plastik. Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa membiarkan air dalam botol plastik selama satu hari dapat menyebabkan ratusan bahan kimia meresap ke dalam air minum.
Beberapa zat tersebut diduga berpotensi menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan, termasuk bersifat karsinogen atau pengganggu endokrin yang berdampak buruk pada sistem hormonal.
Selain itu, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa memanaskan botol plastik bisa menyebabkan konsekuensi berbahaya. Penelitian pada 2020 menemukan, antara 1,3 hingga 16,2 juta partikel mikroplastik per liter dilepaskan ke dalam botol bayi selama proses sterilisasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di abad ke-21, masalah sampah plastik ini memang menjadi semakin menakutkan. Mikroplastik dapat ditemukan dari yang terdekat sampai ujung dunia, alias dari penis manusia hingga es Antartika.
Kini, mikroplastik dianggap menjadi ancaman nyata bagi planet Bumi dan kelangsungan seluruh makhluk hidup di seluruh dunia. Sementara banyak orang yang seringkali mengisi ulang botol minum kemasan dengan tujuan menghemat.
Padahal, botol minuman kemasan umumnya didesain hanya untuk sekali pakai. Jika digunakan secara berulang, botol kemasan ini justru bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Biasanya, botol plastik minuman kemasan sekali pakai terbuat dari bahan plastik PET atau PETE (polyethylene terephthalate). Meski jelas diberi label sekali pakai, tapi tidak sedikit orang yang menggunakan botol PET ini berulang kali karena alasan ingin menghemat atau lebih praktis jika diisi ulang.
Setiap botol plastik terbuat dari bahan yang berbeda, dengan tujuan penggunaan yang berbeda pula. Anda dapat membedakannya dengan memperhatikan kode angka pada logo segitiga di bawah kemasan.
Mengutip alodokter.com, botol plastik PET umumnya dilambangkan dengan kode angka 1. Botol ini tergolong aman dan biasa digunakan sebagai botol minum sekali pakai, botol minyak goreng, soda, atau selai.
Botol ini memiliki ciri bening, tipis, tidak dapat diisi ulang, dan akan rusak jika terkena panas atau suhu tinggi. Setelah sekali pakai, botol ini dapat didaur ulang menjadi plastik siap pakai dan tekstil.
Jenis botol PET ini bahkan dapat berubah bentuk jika digunakan untuk menyimpan air panas. Jika selama ini Anda sering mengisi ulang botol air minum sekali pakai, sebaiknya hentikan kebiasaan tersebut dari sekarang.
Berikut ini adalah beberapa risiko yang dapat membahayakan kesehatan Anda karena sering mengisi ulang botol minum sekali pakai: terkontaminasi bakteri dan tercemar bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan botol air minum kemasan sekali pakai, seperti monomer, dapat bercampur dengan air minum apabila digunakan terlalu lama atau jika botol tersebut terpapar suhu panas.
Selain itu, logam berat yang digunakan dalam pembuatan botol PET, yaitu antimony, juga dapat tercampur dengan air minum. Pencemaran zat ini akan lebih mudah terjadi apabila botol minum sekali pakai digunakan untuk menyimpan cairan lain.
Beberapa riset menunjukkan bahwa paparan zat antimony dari pemakaian botol plastik air minum secara berulang bisa menyebabkan gangguan paru-paru, jantung, hingga peningkatan risiko terjadinya kanker paru.
Paparan suhu panas secara langsung pada botol air minum kemasan dapat menyebabkan perpindahan zat kimia yang ditandai dengan perubahan rasa, bau, dan warna air. Zat kimia tersebut juga memberikan dampak buruk bagi kesehatan. []